Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 02 Mei 2024

SERIBU KATA

Yakobus 3:1-12

Tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; 
ia adalah sesuatu yang buas, yang tidak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
(Yakobus 3:8)

Dalam film A Thousand Words, dikisahkan bahwa hidup Jack McCall, sang tokoh utama, ditentukan oleh seribu kata yang ia ucapkan. Ada pohon yang tiba-tiba muncul di halaman rumahnya, dan setiap kata yang ia ucapkan akan merontokkan sehelai daun dari pohon itu. Setiap kata menentukan berapa lama ia akan bertahan hidup. Menarik sekali melihat bagaimana McCall harus berhemat sedemikian rupa dalam berkata-kata, termasuk ketika hendak berbicara dengan istri, rekan bisnis, atau memesan kopi di kedai favoritnya.

Meskipun hanya fiktif, kisah Jack McCall mengandung pesan yang sangat baik untuk direnungkan. Alkitab juga mengingatkan betapa berbahayanya lidah manusia; tidak ada seorang pun yang berkuasa menjinakkannya. Lidah digambarkan sebagai sesuatu yang buas, tak terkuasai, dan penuh racun mematikan. Ada banyak orang telah menjadi korban dari lidah yang tidak terkendali. Ada banyak orang tanpa sadar menyebarkan racun yang mematikan lewat perkataan yang terucap secara sembarangan.

Firman Tuhan menasihati kita agar lebih berhati-hati dalam berbicara. Allah tidak perlu “menumbuhkan” pohon ajaib supaya kita dapat lebih berhati-hati dalam bertutur kata. Akan tetapi, kita memerlukan pertolongan-Nya supaya dimampukan untuk mengendalikan kebuasan lidah. Dia ingin lidah kita memuji Tuhan dan mengucapkan perkataan berkat, bukan untuk mengutuk. Mari kita bersungguh-sungguh memperhatikan perkataan supaya bisa menjadi saluran berkat bagi sesama.

SEKALI PERKATAAN TERLONTAR,
IA TIDAK AKAN PERNAH BISA DITARIK KEMBALI

TOPENG KEHIDUPAN

Yakobus 2:1-13

Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: 
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik.
(Yakobus 2:8)

Dunia cenderung mengukur manusia berdasarkan penampilan. Jika seseorang berpenampilan baik, ia dianggap orang baik. Namun, penampilan dapat mengecoh; tidak sedikit orang yang menipu dengan bertopeng penampilan keren. Ya, orang menyebutnya sebagai “penjahat berdasi”. Dengan begitu, tidaklah cukup jika kita menilai seseorang berdasarkan penampilannya saja.

Namun, dalam pelayanan Kristen, kita juga masih banyak yang memakai ukuran duniawi. Ada yang digolongkan sebagai kaum elite, yang mendapatkan prioritas khusus dalam pelayanan. Yakobus mengingatkan orang percaya untuk menjauhi sikap itu. Sikap hati yang membeda-bedakan orang seperti itu dianggap jahat (ay. 4). Sebaliknya, kita mengamalkan iman kristiani dengan mengasihi secara tidak pandang bulu. Bukankah Tuhan sudah memilih orang yang dianggap miskin menurut ukuran duniawi untuk sama-sama menjadi ahli waris Kerajaan yang dijanjikan-Nya (ay. 5)?

Kita mengasihi sesama antara lain dengan berbuat baik kepada mereka (ay. 8). Kita mengasihi tanpa memilah dan memilih, dengan menyadari bahwa setiap orang adalah kepunyaan Allah, sebagaimana diri kita sendiri (ay. 7). Dan, kasih itu sendiri bersumber dari Allah. Karena itu, seharusnya kita sadar seperti Petrus, yang memahami bahwa Allah dalam mengasihi manusia tidak membedakan orang (Kis. 10:34). Mari kita belajar mengasihi tanpa pamrih, dan tidak memandang muka. Jika tidak, kita terhitung orang yang melakukan pelanggaran hukum Tuhan (ay. 9). Tindakan kasih kita hanya seperti topeng.

MENYADARI KASIH ITU BUKAN BERASAL DARI DUNIA,
PENERAPANNYA PUN HARUS DENGAN UKURAN TUHAN

PENGURAS ENERGI

1 Samuel 24:1-23

Telah kautunjukkan pada hari ini, 
betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: 
walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, 
engkau tidak membunuh aku. 
(1 Samuel 24:19)

Pada awalnya Saul pribadi yang cukup baik. Tapi, tampaknya kekuasaan membuatnya lupa diri. Ia menjadi pribadi perongrong. Dalam hubungannya dengan Daud, ia menyusun berbagai rencana pembunuhan. Keberadaannya menghadirkan ancaman. Daud harus cerdik untuk menghindarinya.

Orang seperti Saul—sosok pribadi yang menguras energi—selalu ada di sepanjang jaman. Wujudnya dapat seorang bos yang meremehkan kreativitas anak buah. Bisa orang yang iri dan dengki atas kesuksesan saudaranya sendiri. Bisa orang-orang yang di depan kita lembut seperti domba, tetapi di belakang kita ia menjadi seperti serigala ganas yang siap menerkam.

Menghadapi pribadi penguras energi seperti Saul, Daud berhasil menguasai polanya. Ia tidak menghancurkan Saul ketika orang ini terpojok. Justru sebaliknya, Daud memperlihatkan kasih yang nyata. Meskipun berkesempatan membunuhnya, Daud hanya mengiris ujung jubah Saul, dan hal itu pun sudah membuatnya merasa bersalah (ay. 5-7). Saul yang sombong itu pun tersentuh hatinya oleh perlakuan baik ini (ay. 18). Daud tidak membiarkan energinya terkuras oleh keangkuhan Saul; ia justru dengan cerdik dan tulus membidikkan kasihnya, tepat waktu dan tepat sasaran. Ia tidak membiarkan dirinya dikalahkan oleh kejahatan Saul, melainkan mengalahkan kejahatan itu dengan kebaikan.

Kita dapat belajar dari Daud dalam menghadapi pribadi penguras energi di sekitar kita. Kiranya berhasil!

MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN ADALAH SENJATA TEPAT WAKTU
DAN TEPAT SASARAN DALAM HUBUNGAN DENGAN SESAMA

PIKIRAN POSITIF

Filipi 4:2-9

Jadi akhirnya, 
Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, 
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, 
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. 
(Filipi 4:8)

Orang yang memiliki masalah dengan gambar diri sering dinasihati untuk mengenali pikiran yang timbul dalam benaknya. Mereka perlu menolak pikiran negatif dan merusak seperti “Aku adalah orang yang gagal” atau “Aku orang yang malang”, kemudian menggantinya dengan pikiran positif dan membangun seperti “Meskipun aku gagal kali ini, aku bisa berhasil di kemudian hari jika aku belajar dengan baik”. William Backus, seorang psikolog Kristen, menyebutnya sebagai “mengatakan kebenaran kepada diri sendiri”.

Hal yang senada juga dinasihatkan oleh Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Filipi. Dari dalam penjara, Paulus menasihatkan jemaat untuk mengisi pikiran mereka dengan kebenaran dan kebajikan (ay. 8). Ia juga mendorong mereka bersukacita (ay. 4), menyatakan kebaikan hati (ayat 5), tidak khawatir, dan berdoa dengan mengucap syukur (ay. 6). Dengan memikirkan dan melakukan hal-hal itu, damai sejahtera Allah akan melingkupi dan menyertai hati dan pikiran (ay. 7, 9).

Dari pikiran, akan timbul perbuatan. Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan itu akan terbentuklah karakter. Jadi, semuanya dimulai dari pikiran. Jika kita ingin membentuk karakter yang baik, maka mari kita mulai mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif dan membangun, yaitu dengan kebenaran firman Tuhan.

BUANGLAH DARI PIKIRAN KITA HAL-HAL YANG NEGATIF;
ISILAH PIKIRAN KITA DENGAN HAL-HAL YANG POSITIF.

JADI LEBIH BAIK

2 Raja-Raja 5:1-14

Bukankah Abana dan Parpar... 
lebih baik dari segala sungai di Israel? 
(2 Raja-Raja 5:12)

Kata “pemulihan” memiliki arti diubah menjadi persis seperti semula. Ketika kita mengalami sakit, kita melakukan pemeriksaan dan berobat ke dokter agar tubuh kita pulih dan sehat seperti sediakala; pada saat bisnis kita merosot, kita berharap kelak bisnis itu pulih dan lancar seperti semula; kita juga berharap seseorang pulih menjadi orang yang baik seperti sediakala. Demikianlah kita memandang arti pemulihan.

Tidak demikian cara Tuhan memulihkan umat-Nya. Jika Tuhan memulihkan sesuatu, Dia tidak hanya mengembalikannya seperti sediakala, namun malah lebih baik dari keadaan semula atau sempurna! Demikianlah Tuhan memulihkan Naaman dari kustanya. Penyakitnya bukan saja disembuhkan, namun kulitnya pun dipulihkan seperti kulit seorang anak, sempurna! Pemulihan ini terjadi ketika Naaman bersedia merendahkan dirinya dan tunduk kepada firmanTuhan. Apa yang terjadi jika waktu itu Naaman tetap pada pendiriannya, memegang erat-erat harga dirinya, dan tidak mau tunduk dan melakukan firman Tuhan? Jelas pemulihan itu tidak akan terjadi.

Ketaatan untuk melakukan firmanTuhan adalah harga untuk mengalami pemulihan dari Tuhan. Cara Tuhan bekerja memulihkan kita adalah dengan menghancurkan kesombongan dan harga diri kita sampai kita belajar sungguh-sungguh mengandalkan kekuatan Tuhan. Sebab itu, mari uji hati kita, jika Tuhan memberi kita perintah yang bertolak belakang dengan keinginan hati kita, apakah kita bersedia tunduk dan melakukannya dengan taat?

KETAATAN MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN ADALAH
HARGA UNTUK KITA MENGALAMI PEMULIHAN-NYA

TAMENG KEHIDUPAN

Yohanes 10:1-18

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, 
Akulah pintu bagi domba-domba itu... 
siapa saja yang masuk melalui Aku, 
ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. 
(Yohanes 10:7, 9)

Pada 20 Mei 2013, tornado dahsyat menerjang Oklahoma, Amerika Serikat. Angin kencang 300 km/jam itu meluluhlantakkan semua daerah yang diterjangnya. Ada guru di SD Plaza Towers yang menjadi “tameng hidup” bagi murid-muridnya. Bagaimana tidak? Ia berbaring di atas tubuh enam murid di kamar mandi sekolah, agar anak-anak itu tak tercabut oleh pusaran tornado! Akibatnya, ia mengalami luka cukup serius di sekujur tubuh. Ya, ia bukan hanya guru yang mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer hidup bagi murid-muridnya.

Itulah ciri gembala yang sesungguhnya—menurut Yesus. Gembala upahan akan lari saat ada bahaya. Sebaliknya, setiap petang gembala sejati membawa seluruh dombanya masuk ke kandang, lalu ia akan tidur di pintu kandang. Ia tidur di situ agar bisa cepat tahu bila ada binatang buas yang hendak memasuki kandang untuk menerkam domba-dombanya.

Yesus adalah Gembala sejati manusia. Dia berkata: “Akulah pintu ke domba-domba itu”. Di bukit Kalvari, Dia memasang badan-Nya menjadi “tameng hidup” yang menyelamatkan domba-domba-Nya dari maut. Dan, salib Kalvari menjadi pintu menuju surga—tempat teraman dari semua badai keganasan dunia yang sedang menuju kehancuran. Yesus bukan hanya mengajarkan jalan keselamatan, Dia sendirilah jalan keselamatan itu. Dia mengurbankan hidup-Nya demi memperdamaikan manusia dengan Allah, agar setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal. Sudahkah Anda memercayai-Nya dan menyambut keselamatan-Nya?

SIKAP DAN KEPUTUSAN KITA TERHADAP YESUS SAAT INI
MENENTUKAN NASIB KITA DALAM KEKEKALAN

Minggu, 28 April 2024

Jumat Pertama Jumat Berkat

Para pendengar
Yang terkasih dalam Kristus Yesus
BERKAH DALEM!

Apa khabar hari ini?
semoga semuanya dalam keadaan sehat dan bahagia, penuh sukacita dalam Kasih TUHAN YESUS KRISTUS.

Kita bertemu kembali dalam siaran penyejuk iman Katolik bersama saya, Rogatianus Slamet Widiantono, dari Bimas Katolik Kabupaten Bantul, Kemenag DIY.

Para pendengar yang terkasih,
Hari ini saya mengajak untuk mendalami Jumat Pertama, Jumat Berkat!

Kita sering mengikuti dan merayakan Ekaristi Jumat Pertama. Apakah kita tahu dan memahami mengapa dalam Gereja Katolik ada tradisi ini?

Apa keistimewaan dari Misa Jumat Pertama ini?

Para pendengar terkasih,
Sebelumnya, saya akan mengajak saudara-saudari semua untuk mencoba mengenali sejarah Devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Ya, Sejarah Devosi kepada Hati Kudus Yesus sebagai dasar adanya Misa Jumat Pertama.

Para pendengar,
Devosi berfokus kepada Hati Yesus yang maha kudus yang melambangkan kasih Kristus yang menebus dosa manusia. Walaupun tradisi mengatakan bahwa praktek devosi ini telah dimulai sekitar tahun 1000, atau pada jaman St. Anselmus dan St. Bernard (1050-1150) dan juga telah dianjurkan oleh banyak orang kudus di abad pertengahan, seperti St. Albertus Agung, St. Catherine dari Siena, St. Fransiskus dari Sales, dan juga para Benediktin, Dominikan dan Carthusian; namun Santa yang paling sering diasosiasikan dengan devosi Hati Kudus Yesus adalah St. Margaret Mary Alacoque (1647-1690).

Para pendengar terkasih,
St. Margaret memperoleh wahyu pribadi dari Tuhan Yesus yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek mempersembahkan silih (reparation) terhadap dosa- dosa yang dilakukan terhadap Sakramen MahaKudus, pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan.

Pada tahun 1856 Paus Pius IX menetapkan Pesta (perayaan liturgis) Hati Kudus Yesus. 
Pada tahun 1928 Paus Pius XI mengeluarkan surat ensiklik Miserentissimus Redemptor tentang silih kepada Hati Kudus Yesus; 
sedangkan tahun 1956 Paus Pius XII mengeluarkan surat ensiklik tentang Haurietis aquas, tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Devosi umumnya dilakukan menjelang perayaan Pesta Hati Kudus Yesus yang jatuh pada hari Minggu kedua setelah hari raya Pentakosta. Kemudian, devosi kepada Hati Kudus Yesus ini diadakan setiap bulan, yaitu pada hari Jumat pertama.

Para pendengar
Kasih kepada Yesus Kristuslah yang seharusnya menjadi dasar devosi dari umat Katolik. 

Kurangnya devosi kepada Hati Kudus Yesus menjadi sebab bagi jatuhnya seseorang kepada dosa yang serius, sebab ia tidak memberikan perhatian yang cukup dan tidak cukup terdorong untuk mempunyai kasih kepada Kristus, padahal kasih inilah yang mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan…. Kita tidak akan sungguh dibentuk menjadi gambaran Tuhan, atau bahkan menginginkan untuk dibentuk menjadi serupa dengan-Nya, jika kita tidak merenungkan kasih yang telah ditunjukkan oleh Kristus.

Untuk maksud inilah maka Tuhan Yesus menyatakan kehendak-Nya kepada St. Margaret Mary Alacoque, agar devosi dan perayaan Hati Kudus Yesus diadakan dan disebarluaskan di Gereja. Melalui devosi ini yaitu melalui adorasi dan doa, umat beriman membuat silih bagi segala luka yang diterima oleh Hati Kudus Yesus karena umat manusia yang tidak berterimakasih dan menghina Sakramen Maha Kudus.

Para pendengar,
“Lihatlah Hati itu”, seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada St. Margaret, 
“yang telah mengasihi umat manusia dan memberikan segala- galanya kepada mereka, bahkan menyerahkan dirinya sediri sebagai jaminan kasih-Nya, tetapi menerima dari sebagian besar umat manusia, bukan balasan kasih, melainkan rasa tidak berterimakasih, dan penghinaan kepada Sakramen Kasih.”

Maka devosi Hati Kudus tidak lain adalah ekspresi kasih kepada Penyelamat kita. Obyek dari devosi ini adalah Hati Yesus yang menyala oleh karena kasih kepada semua umat manusia.

Para pendengar,
Hari Jumat Pertama
Adalah menjadi kerinduan Tuhan Yesus, seperti yang dinyatakan kepada St. Margaret, bahwa setiap hari Jumat pertama setiap bulan dikhususkan untuk devosi dan adorasi kepada Hati Kudus Yesus. 

Untuk mempersiapkannya, adalah baik jika pada malam sebelumnya kita membaca tentang devosi ini, atau Jalan Salib/ Kisah sengsara Tuhan Yesus dan untuk mengunjungi Sakramen Maha Kudus. 

Pada hari Jumat tersebut, begitu bangun tidur, kita mempersembahkan diri kita dan mengkonsekrasikan, seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan kita kepada Tuhan Yesus, agar Hati Kudus-Nya dapat dihormati dan dimuliakan. 

Kita mengunjungi gereja, berlutut di hadapan-Nya yang hadir di tabernakel, agar kita dapat membangkitkan di dalam jiwa kita rasa duka cita (deep sorrow) atas begitu banyaknya penghinaan/ perlawanan yang ditujukan kepada Hati Kudus-Nya di dalam Sakramen Maha Kudus, [dan kemudian mengikuti Misa Kudus]. 

Tidaklah sulit untuk melakukan hal ini jika kita memiliki sedikit saja kasih kepada Kristus. Jika kita menjadi suam-suam kuku, mari mengingat kembali begitu banyaknya alasan yang kita miliki untuk memberikan hati kita kepada Kristus. 

Setelah itu, kita harus mengakui segala kesalahan kita atas kekurangan hormat kita di dalam hadirat Allah dalam Sakramen Maha Kudus, atau melalui kelalaian kita untuk mengunjungi dan menerima Dia di dalam Komuni kudus.

Komuni pada hari itu dipersembahkan untuk membuat silih terhadap segala bentuk penghinaan yang diterima Kristus dalam Sakramen Maha Kudus, dan semangat kasih yang sama harus menghidupkan segala tindakan kita sepanjang hari.

Meskipun devosi ini diadakan sekali sebulan (pada hari Jumat Pertama) namun latihan- latihan rohani ini tidak terbatas hanya sebulan sekali pada hari itu. Yesus layak dihormati setiap saat. 

Dengan demikian mereka yang terhalang untuk merayakan devosi Hati Kudus Yesus pada hari Jumat pertama, dapat melakukannya pada hari- hari lainnya pada bulan itu.