Selamat Paskah
Yesus yang telah bangkit itu tampil untuk ketiga kalinya. Kali ini terjadi pagi hari di tepi pantai, di mana mereka sepanjang malam telah berusaha menangkap ikan, namun tidak berhasil.
Dengan menampakkan diri itu terbuktilah lagi, bahwa Yesus yang mendatangi mereka di pantai itu adalah sungguh Yesus, yang satu dan sama, dan yang sebelumnya telah mereka kenal ketika hidup bersama mereka, sampai ketika Ia menderita dan mati di kayu salib.
Yesus terbukti sebagai seorang Guru yang dalam hidup dan kata dan perbuatan-Nya penuh kasih, dan sangat memperhatikan pengikut-pengikut-Nya.
Hal itu terbukti bahwa sesudah bangkit Ia datang kembali menolong murid-murid-Nya menangkap ikan yang sangat mereka butuhkan. Dan dengan sikap kebersamaan dan persaudaraan Yesus yang telah bangkit itu mau ikut makan sarapan dengan murid-murid-Nya.
Yesus terbukti begitu dekat dengan murid-murid-Nya, dan dalam suasana kebersamaan dan persaudaraan itulah Yesus bertanya kepada Petrus.
"Simon, anak Johanes, apakah engkau mengasihi Aku".
Petrus menjawab : "Benar, Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. Dan Yesus menanggapinya dengan berkata : "Gembalakanlah domba-domba-Ku!"
Demikianlah secara berturut-turut Yesus bertanya tiga kali, dan Petrus menjawab tiga kali, dan tiga kali pula Yesus memberikan tugas kepada Petrus, yang akan dijadikan menjadi wakil-Nya.
Dengan kata-kata-Nya itu Yesus menyerahkan tugas penggembalaan atau pastoral, sebagai tugas tertinggi, yaitu sebagai Gembala memimpin Gereja universal.
Tugas inilah yang juga disebut dalam Injil Matius, di mana Yesus berkata : "Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku mendirikan Gereja-Ku. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga" (Mat 16:18-19).
Dari kata-kata Yesus seperti yang disampaikan-Nya kepada Petrus itu terbuktilah, betapa sungguh besar kasih Yesus kepada murid-murid-Nya, khususnya kepada Petrus yang diangkat-Nya menjadi wakil-Nya. Tetapi sekaligus tampaklah pula betapa murni kasih dan kesetiaan janji Yesus kepada Petrus.
Mengapa Yesus sampai tiga kali mengajukan pertanyaan yang sama kepada kepada Petrus?
Karena Petrus telah tiga kali menyangkal dan tidak mau mengakui Yesus sebagai Gurunya, ketika Yesus ditangkap dan mengalami penderitaan.
Yesus pada waktu itu berkata kepada Petrus : "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Mat 26:34).
Waktu itu Petrus menjawab kepada Yesus : "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau" (Mat 26:35). Tetapi dalam kenyataannya Petrus sampai tiga kali menyangkal Yesus.
Dalam Injil Johannes hari ini terbuktilah betapa total kasih Yesus kepada Petrus. Yesus melupakan dan mengampuni ketidaksetiaan Petrus kepada-Nya dengan menyangkal Dia tiga kali.
Ternyata Allah selalu memberi kesempatan kepada kita untuk kedua atau ketiga kalinya, bahkan bagi kita selalu terbuka kemungkinannya untuk selalu mohon ampun kepada-Nya.
Dan juga dalam Injil Johannes hari ini kita dapat belajar dari apa yang dialami Petrus. Petrus mengalami perubahan diri secara total.
Kasih dan kesediaan Yesus untuk mengampuni mengubah Petrus menjadi manusia baru, pribadi baru yang memang penuh semangat meskipun lemah, namun dapat menjadi kuat, taat dan setia sampai mati sebagai martir.
Petrus memiliki kekurangan dan kelemahannya, namun berkat kasih dan kerahiman Allah ia dapat membuktikan dirinya sebagai orang yang sanggup melaksanakan kesetiaannya kepada Kristus dengan mengorbankan hidupnya.
Dalam tanya jawab atau kata-kata timbal balik antara Yesus dan Petrus kita semua dapat belajar untuk hidup dan berbuat dengan baik terhadap Allah dan di antara sesama, masing-masing menurut keadaan dan kemampuan kita masing-masing.
St. Agustinus ketika membaca Injil Johannes hari ini memberi komentar sebagai berikut : "Pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Petrus, juga diajukan kepada setiap orang di antara kita!".
Jadi pertanyaan "Apakah kamu mengasihi Aku" ditujukan kepada siapapun yang menyebut dirinya sebagai orang kristiani.
Kasih merupakan unsur hakiki untuk segala bentuk kepemimpinan dan pelayanan yang tak terpisahkan. Seperti dilaksanakan oleh Yesus sendiri. Yesus memimpin para rasul, Ia memimpin Gereja-Nya.
Yesus memimpin Gereja dengan melayaninya dengan kasih. Kasih kita kepada Kristus jangan sampai hanya bersifat secara pribadi dalam ibadat, melainkan juga sebagai ungkapan nyata pelayanan kita kepada sesama.
Apakah kita tidak rela mengasihi sesama, yang dikasihi Kristus?
Mengasihi Kristus berarti sebenarnya berbuat baik terhadap sesama.
Di mana tidak ada pelayanan, di situ tidak ada kasih. Dan di mana kasih tidak ada, di situ Kristus juga tidak ada!
Di mana Kristus tidak ada, di situ damai juga tidak ada.
Santa Teresa dari Kalkuta berkata : "Buah kasih adalah pelayanan, dan buah pelayanan adalah damai"