Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 01 Desember 2022

KEBABLASAN

Maleakhi 1:1-7; 2:17

... di manakah Allah yang menghukum?
(Maleakhi 2:17)

Cara seorang anak merespons kasih sayang orangtuanya bisa beragam. 

Bisa dengan penghormatan dan kepatuhan, bisa juga sebaliknya. 

Seorang anak dapat terus berbuat sesuka hati, melanggar semua aturan yang diberikan, bahkan secara sadar mengulang-ulang hal tersebut. Anak itu bertingkah ”kebablasan” atau kelewatan. Ia berpikir: “Orangtuaku sangat sayang padaku. Mereka tidak akan marah pada apa pun yang kulakukan karena aku ini kesayangan mereka”.


Kalimat pernyataan Tuhan yang pertama dalam kitab Maleakhi adalah: “Aku mengasihi kamu” (1:2). 

Namun, setelah itu terungkap keluhan atas berbagai tingkah umat yang kebablasan. Kasih sayang Tuhan disalahartikan, bahkan dijadikan pembenaran atas berbagai perbuatan yang sesungguhnya mengecewakan hati Tuhan. Umat Israel tidak menyadari betapa mereka menyusahkan hati Tuhan dengan semua perilaku itu.

Kita pun sebagai orang-orang yang dikasihi Tuhan, sering kebablasan. 

Mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita, tidak membuat kita bersyukur dan berusaha hidup benar meneladani kasih-Nya. 

Kita terus melakukan kesalahan dan menganggapnya biasa karena berpikir hal itu tidak mengurangi kasih Tuhan kepada kita. 

Kitab ini mengingatkan bahwa kita keliru menganggap Tuhan berkenan pada perbuatan yang tidak baik. Kalaupun Dia tidak menjatuhkan hukuman, bukan berarti kejahatan kita dibenarkan oleh-Nya. Seperti orangtua yang bisa menegur dan menghukum anaknya agar tidak kebablasan, Tuhan pun dapat mengajar kita walau untuk itu Dia sangat bersusah hati. 

Karenanya, maukah kita tidak lagi kebablasan dan menyalahartikan kasih sayang Tuhan?

KASIH TUHAN ITU MEMBEBASKAN
TETAPI TIDAK MEMBABLASKAN

KEPUTUSAN

Matius 26:47-56

Atau kausangka 
bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, 
supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? 
(Matius 26:53)

Jika kita mengonsumsi makanan berlemak setiap hari dalam porsi besar, apa yang akan terjadi lima tahun mendatang? Timbunan lemak dan kolesterol. 

Jika kita mengisap dan menghabiskan dua bungkus rokok setiap hari, apa yang akan terjadi dengan tubuh kita di tahun-tahun mendatang? Paru-paru kita akan rusak. 

Demikianlah, setiap hari kita membuat keputusan penting. Sebagian dari kita mungkin akan memilih kesenangan bagi diri sendiri saat ini, walau di masa depan ada akibat yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, ada juga keputusan yang kini terasa tidak nyaman, tetapi hasilnya baik di masa mendatang.

Malam itu, setelah perjamuan terakhir dengan para murid, merupakan waktu yang berat bagi Yesus. Sebenarnya Dia bisa membiarkan murid-murid melakukan perlawanan guna mencegah penangkapan-Nya (ayat 51). Dia juga bisa memerintahkan pasukan malaikat untuk melindungi dan melepaskan-Nya dari perjalanan menuju salib yang mengerikan. Akan tetapi, Dia memilih untuk taat kepada perintah Bapa-Nya—melangkah menuju salib. Sebab, Dia sangat tahu keputusan-Nya ini akan berdampak bagi kehidupan manusia di masa mendatang.


Mungkin hari ini Tuhan membawa kita memasuki masa-masa yang paling sulit di hidup kita. 

Dan, kita mesti mengambil keputusan penting. Pertimbangkanlah dengan saksama. Keputusan yang membuat kita nyaman belum tentu berakhir indah dan memuliakan Allah. 

Pertimbangkanlah masak-masak, termasuk dampaknya di masa depan bagi kita maupun bagi orang-orang di sekeliling kita. Dan, apakah Allah dimuliakan melalui keputusan tersebut 

KEPUTUSAN KITA HARI INI
BISA MENENTUKAN HIDUP KITA DI HARI ESOK

TETAP DAN TOTAL

Keluaran 13:17-22

TUHAN berjalan di depan mereka, 
pada siang hari dalam tiang awan ... 
dan pada waktu malam dalam tiang api 
untuk menerangi mereka 
(Keluaran 13:21)


Di jalanku, ku diiring oleh Yesus Tuhanku / Apakah yang kurang lagi jika Dia panduku?


Selepas dari negeri Mesir, umat Israel dibimbing sendiri oleh Allah, walau Tuhan tidak menuntun umat Israel melalui jalur terdekat ke Kanaan, yakni melewati negeri orang Filistin. Sebab, Tuhan mempertanyakan kesiapan mental Israel jika harus menghadapi peperangan dengan bangsa Filistin (ayat 17). 

Maka, Tuhan menuntun mereka melalui rute yang jauh lebih panjang, yakni memutar melalui padang gurun menuju Laut Teberau (ayat 18). 

Pilihan rute yang lebih jauh ini mungkin terasa aneh bagi umat Israel. Namun, ada rencana yang luar biasa di balik perjalanan panjang ini, yakni pendampingan total yang Tuhan nyatakan dan berikan bagi mereka. ”TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka ... Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.”

Kini, kita bisa makin mengerti kedalaman ungkapan di atas: Apakah yang kurang lagi, jika Dia panduku? 


Kalau Tuhan yang menjadi pandu bagi hidup kita, berarti Dialah yang akan berjalan di depan setiap langkah kita. Maka, tentu Dia akan menunjukkan kepada kita jalan mana yang benar dan paling membawa damai sejahtera. 

Sudahkah Anda mempercayakan jalan hidup Anda hari ini kepada-Nya? 
Pastikan Tuhan ada di setiap keputusan yang Anda ambil. 
Dia berjanji untuk membimbing Anda secara total dan tetap 

ALLAH MAU TOTAL MEMBIMBING
ORANG YANG MAU TOTAL DIBIMBING

SADAR DIRI

1 Timotius 1:12-17

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, 
”Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” 
dan di antara mereka akulah yang paling berdosa 
(1 Timotius 1:15)


Bila sangat terpukul ketika mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah anak angkat dari orangtua yang mengasuhnya selama ini. 

Namun sejak itu, Mila lebih rajin membantu menjaga toko kedua orangtuanya. Apalagi ketika Mila menikah dan memiliki anak. Ia makin menyadari betapa besarnya kasih orangtua angkatnya. Mereka telah membesarkannya dengan susah payah, dengan kasih yang sesungguhnya tidak layak ia terima. Demikianlah Mila makin lama makin mengasihi kedua orangtua angkatnya.

Kitab 1 Timotius ditulis oleh Paulus pada akhir hidupnya. 

Sejak pertobatannya, Paulus telah melakukan begitu banyak pelayanan—mendirikan jemaat di berbagai daerah. Paulus telah menempuh begitu banyak bahaya dan penderitaan karena Injil. 

Dari semua pengalaman itu, Paulus menyatakan bahwa kerinduan terbesarnya adalah makin mengenal Tuhan yang ia layani. 

Maka, di akhir hidupnya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi malah makin menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar kepadanya. Bahkan, Paulus mengatakan, bahwa dialah orang yang paling berdosa. Mengapa? Karena makin orang mengenal Kristus, ia makin mengenal siapa dirinya, makin mengerti besarnya anugerah yang ia terima, dan makin memberi diri untuk kemuliaan Tuhan.

Ketika kita makin mendalami firman Tuhan, adakah kita makin mengenal siapa Allah yang kita sembah dan siapa kita sesungguhnya? Atau, jangan-jangan semua itu hanya menjadi pengetahuan yang mengisi otak, yang justru membuat kita tinggi hati? 

Bagaimanakah pengenalan akan Tuhan ini mempengaruhi sikap hati kita ketika melayani Tuhan?

PENGENALAN AKAN TUHAN 
MEMAMPUKAN KITA BERCERMIN DIRI
DAN MENYADARI BESARNYA 
ANUGERAH TUHAN YANG DIBERI

MANIPULASI

Kisah Para Rasul 5:1-11

”Katakanlah kepadaku, 
dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” 
Jawab perempuan itu, ”Betul sekian” 
(Kisah Para Rasul 5:8)

Apabila menilik perbuatan Ananias dan Safira, seberat apakah kesalahan mereka sehingga tak ada kesempatan kedua? 


Mari cermati hal ini agar kita tak mengulang tindakan mereka: Suasana jemaat mula-mula diliputi kegembiraan karena karya Allah begitu nyata dalam persekutuan orang percaya. Sebagian jemaat menjual harta miliknya; bahkan menjual tanahnya untuk kepentingan kelompok. Ananias dan Safira juga. 

Akan tetapi, setelah menjualnya, dengan sengaja mereka menahan hasil penjualannya. Sebetulnya, Petrus serta jemaat mula-mula tidak menuntut Ananias dan Safira menyerahkan keseluruhan hasil penjualan. Sayangnya, Ananias dan Safira mengaku memberikan seluruhnya, padahal mereka menahan sebagian. Itu sebabnya Petrus bertanya, “Dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” (ayat 8).

Mereka dihukum bukan karena tidak mempersembahkan semua hasil tanahnya, melainkan karena dengan sengaja mereka memanipulasi hasil penjualan tanah dan berlaku tidak jujur. 

Barangkali mereka mengharapkan decak kagum dari komunitas jemaat mula-mula, supaya jemaat mengira mereka memberi banyak. 

Bagi Petrus, ini adalah penipuan terhadap Roh Kudus. Tentu umat dan Roh Kudus tidak sama. Akan tetapi, Roh Kudus memperhatikan bagaimana orang bersikap terhadap umat Tuhan.

Bagaimanakah sikap kita terhadap gereja atau sesama? 

Apakah kita kerap terjebak dalam manipulasi, yaitu mengambil untung dari persekutuan atau gereja? Ataukah kita tulus melayani dan memberi diri di situ? 

Tuhan melihat hati kita. Jadilah saluran berkat yang menyenangkan hati-Nya 

KITA TAK PERLU MENCARI PUJIAN SESAMA
TUHAN TAHU 
MENGGANJAR KITA YANG MENYENANGKAN HATI-NYA

HANYA FIRMAN TUHAN

Matius 11:2-19

Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes 
apa yang kamu dengar dan kamu lihat ... 
(Matius 11:4)

Ketika pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan berjalan dengan baik, kita mudah mengatakan bahwa Tuhan menyertai kita. Namun, apa perasaan kita jika musibah tiba-tiba datang sehingga hidup menjadi sulit, tertekan, terancam? 

Apalagi jika kita merasa harus menanggung semua itu sendiri. Bagaimana jika iman kita yang tadinya kita anggap teguh, tiba-tiba goyah?

Yohanes Pembaptis adalah orang yang memecah kebisuan setelah lebih dari 3 abad tidak ada nabi Allah yang berbicara. 

Ia tampil sebagai nabi yang kuat, yang berani menegur dosa banyak orang, termasuk Herodes—raja yang sedang berkuasa—sehingga ia harus masuk penjara. Dialah yang memperkenalkan Yesus sebagai Mesias dan meyakini dirinya hanya pembuka jalan (bandingkan dengan Yohanes 1:19-37). 

Namun, ketika ia menderita di penjara, dan merasa harus menanggungnya sendiri, keyakinan Yohanes goyah. Ia pun mengutus muridnya untuk bertanya kepada Yesus: ”Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menanti yang lain?” 


Bagaimana reaksi Yesus? Dia menyuruh murid itu kembali dan menceritakan apa yang mereka dengar dan saksikan tentang segala yang diperbuat Yesus: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati bangkit, dan orang miskin mendengar kabar baik. 

Yesus ingin Yohanes mengingat nubuat Yesaya, yang sedang digenapi dalam hidup dan pelayanan Yesus (Yesaya 29:18, 35:5-6). Maka, kebenaran firman itulah yang meneguhkan lagi iman Yohanes.

Jika iman kita goyah, 
izinkan Roh Kudus berbicara melalui firman yang kita renungkan setiap hari. 

Firman yang hidup itu berkuasa meneguhkan kembali langkah kita dalam mengikut Dia 

APABILA KESUKARAN 
MENGGOYAHKAN KEYAKINAN
CARILAH SANDARAN 
PADA FIRMAN TUHAN 
YANG MENEGUHKAN

PENGHARAPAN

Roma 15:1-13

Semoga Allah, sumber pengharapan, 
memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera 
(Roma 15:13)

Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. 


Regu penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian, diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam 700 meter. 

Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.

Ya, manusia bisa bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernapas. 

Namun, manusia tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan harapan. Itu sebabnya di tengah impitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah—sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. 

Di tengah tekanan sekalipun, Dia sanggup memberi kekuatan dan pengharapan (ayat 13). Maka, yang kuat dapat menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang beriman itu memuliakan Allah (ayat 1-6).

Ketika dunia menganggap 33 penambang Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques—salah satu dari mereka—menolaknya. 

Katanya,”Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan”. 

Ternyata, semasa di dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk menjaga semangat mereka.

Mari jalani hidup ini dengan penuh semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.

HIDUP DIBERI 
AGAR DIJALANI DENGAN PENUH ARTI
MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT
AGAR KITA MENJADI BERKAT

KEPO

Yohanes 21:20-25

Jawab Yesus, 
”Jikalau Aku menghendaki, 
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. 
Tetapi engkau: Ikutlah Aku”
(Yohanes 21:22)

Anak-anak muda di Jakarta akan menjuluki temannya kepo apabila temannya itu ”selalu ingin tahu urusan orang lain”. 

Rasa ingin tahu sebetulnya sangat positif, karena akan menolong seseorang untuk mencari lebih banyak pengetahuan. 

Akan tetapi, kalau rasa ingin tahu itu berlebihan maka dampaknya bisa negatif, karena mengganggu privasi orang lain.

Penyakit kepo ini ternyata juga pernah menyerang Petrus. Ia ingin tahu mengenai kehidupan Yohanes di masa depan. 

Maka, Yesus menegur Petrus, sebab apa yang akan terjadi pada Yohanes sama sekali bukan urusan Petrus. Urusan Petrus adalah mengikut Yesus. 

Tuhan pasti peduli kepada Yohanes dan tahu apa yang terbaik baginya. Di sisi lain, Dia juga peduli terhadap Petrus, tetapi cara Yesus memperlakukan mereka masing-masing bisa berbeda, karena setiap pribadi punya keunikannya sendiri.

Atas adanya perbedaan-perbedaan itu, Allah punya rencana dan kehendak sendiri bagi setiap orang yang percaya kepada Dia. 

Allah tidak berkewajiban memperlakukan kita sama seperti Dia memperlakukan orang lain. 


Dia tidak berkewajiban untuk memberkati kita dengan cara yang sama seperti Dia memberkati orang lain. Kita tak perlu meributkan atau merepotkan diri dengan hal itu. 

Itu sepenuhnya adalah kedaulatan dan wewenang Allah. 

Tugas kita hanya memastikan bahwa kita sendiri sudah atau sedang mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh. Apabila kita mengikut Dia dengan serius, kita tidak akan punya waktu untuk memikirkan bagaimana Dia memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Itu bukanlah urusan kita. 

Mari pikirkan saja bagaimana kita dapat mengiring Dia makin dekat


MASING-MASING PRIBADI KITA UNIK ADANYA
DENGAN SEGALA KURANG DAN LEBIHNYA