BAIT ALLAH di Yerusalem memang megah dan indah.
Kenisah kedua ini direnovasi Herodes Agung sejak tahun 20 SM dan baru rampung tahun 64 M.
Bangunan megah ini menjadi kebanggaan umat Yahudi.
Mereka yakin bahwa kebesaran TUHAN tercermin dalam kemegahan rumah-Nya.
Begitu banyak uang dan tenaga dikorbankan.
Konon, Herodes mengerahkan 100.000 tukang untuk pekerjaan renovasi itu, ditambah dengan 1000 Imam untuk merenovasi bagian-bagian suci, yang tidak boleh dimasuki para pekerja biasa.
Bangunan dan buatan manusia memang selalu multi-wajah.
Di balik kemegahan tentu ada kebanggaan.
Tetapi terselip juga cerita tentang penindasan, kerja-paksa, atau upah yang tak-layak.
Syukurlah, Gereja mengajak kita untuk mengangkat muka.
Jangan terlena dengan kemuliaan dan kemegahan dunia.
Itu semua hanya sementara.
Buktinya sudah ada: Bait Allah !
Hanya 6 tahun kemudian, bangunan megah itu luluh-lantak oleh pasukan Roma.
Nubuat Yesus ini jelas menjadi peringatan untuk kita: jangan memegahkan bangunan, atau apapun buatan manusia !
Yesus berbicara tentang hancurnya Bait Allah sebagai ilustrasi Akhir Zaman.
Peristiwa yang membuat shock umat Yahudi itu menjadi cerminan bagi peristiwa nanti.
Akan tetapi, Yesus sejak awal menegaskan bahwa peristiwa akhir itu masih jauh.
Masih banyak peristiwa, pengalaman, penderitaan, dan rintangan yang dihadapi para murid-Nya.
Ini penting, sebab peristiwa “penghancuran” berskala nasional seperti itu mudah saja dihubung-hubungkan dengan datangnya para pahlawan dan pembebas, para pejuang nasionalis yang mengklaim diri mesias dan memobilisasi massa untuk mengangkat senjata.
Yesus memberikan jawaban ganda:
● Pertama, jangan percaya pada jalan-jalan kekerasan
Bagi Yesus, itu adalah jalan yang sesat
● Kedua, jangan menyerah pada ketakutan dan teror
Lalu, sikap apa yang harus dibangun ?
Senantiasalah “waspada !”.
Kata ini berkaitan dengan verba “melihat”, artinya: kita harus menjalani hidup dengan tenang dan berwawasan iman, agar sepenuhnya sadar bahwa Allah tengah berkarya dalam setiap peristiwa dan kejadian.
Kepastian akan kedatangan TUHAN tidak menghilangkan penderitaan dan ujian.
Para murid-Nya pasti akan mengalami perlawanan dan penindasan dari pimpinan politik dan agama, bahkan dari kaum kerabat.
Mengikuti Yesus berarti mengikuti jalan-Nya.
Perjalanan kepada kebangkitan pasti melalui jalan Salib.
Mahkota kemuliaan bisa digapai lewat pelbagai mahkota duri dalam hidup kita.
Bagaimana kita harus bersikap ?
Tuhan memberi kita kiat dan jaminan, yakni:
■ Pertama, jadikanlah penganiayaan dan penderitaan itu sebagai kesempatan untuk bersaksi
Itulah inti dari kemartiran kita: menjadi saksi bagi Kristus di tengah dunia yang tidak ramah dan penuh ancaman
■ Kedua, Tuhan menjamin penyertaan-Nya
Justru dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman akan YESUS, maka kita akan semakin merasakan penyertaan, tuntunan, dan perlindungan-Nya.
Ia akan memberi kita “hikmat yang tidak dapat ditentang oleh manusia”.
Namun, itu bukan berarti kita akan selalu menang dalam debat, melainkan bahwa semua penganiayaan yang dialami tidak akan membungkam kesaksian kita dan membendung pewartaan Kabar Baik-Nya
Edi Hartanto|GOD is GOOD||
Berkah Dalem