Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Rabu, 03 Juli 2024

MELAWAN DOSA

Mazmur 119:1–16

Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? 
Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. 
(Mazmur 119:9)

Zaman makin maju dan tampaknya norma susila dan agama sudah ketinggalan zaman. Hidup baik dan kudus di tengah dunia seakan-akan menjadi sesuatu yang istimewa. Saat seseorang ditangkap karena kasus korupsi, kita geram karena yang mereka korupsi sebagian berasal dari pajak kita. Di sisi lain, seseorang ditangkap karena video asusilanya beredar di dunia maya dan lantas kita berkata bahwa tiap manusia bisa berbuat salah. Ada standar ganda: dosa satu lebih berat atau ringan dari dosa lainnya?

Mazmur 119 bukan hanya merupakan pasal terpanjang di Alkitab, melainkan juga pasal yang tiap ayatnya mencantumkan kata yang mengandung pengertian firman Tuhan. Ada Taurat Tuhan (ay. 2), ketetapan Tuhan (ay. 5), janji Tuhan (ay. 11) dan masih banyak lagi—yang semuanya merujuk pada firman Tuhan. Pemazmur meyakini benar bahwa firman Tuhan adalah pandu yang mengarahkan langkahnya, yang membuatnya bertahan untuk berlaku bersih (ay. 9). Firman Tuhan membuatnya menjauhi dosa (ay. 11), tidak malu (ay. 6), dan berbahagia (ay. 1, 2).

Hidup sebagai orang yang sudah ditebus tidak lantas membebaskan kita dari segala potensi untuk berbuat dosa. Selalu ada jatuh bangun dalam melawan dosa, terlebih lagi jika kita berjuang dengan kekuatan sendiri. Mintalah kekuatan kepada Tuhan untuk menjaga hati kita; mintalah kepada-Nya supaya Dia menumbuhkan kerinduan di hati untuk merenungkan Firman-Nya tiap hari, supaya iman kita makin peka dan dikuatkan dalam melawan pengaruh dosa.

DOSA SAMA DENGAN MELAWAN FIRMAN TUHAN.
MELAWAN DOSA HARUS DENGAN FIRMAN TUHAN.

MELUPAKAN MASA LALU

Filipi 3:1b-16

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, 
tetapi inilah yang kulakukan: 
Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku. 
(Filipi 3:13)

Winston Churchill adalah sosok perdana menteri yang menjalankan kepemimpinan penuh inspirasi bagi Inggris selama Perang Dunia II dan sesudahnya. Namun, siapa yang tahu bahwa seorang kapten bernama Winston Churchill pernah melakukan kesalahan pada Perang Dunia I sehingga ia dianggap “gagal” dan karier militernya habis. Jika Churchill hanya duduk dan merenungkan kegagalan masa lalu, besar kemungkinan kita tidak akan pernah mendengar tentang kiprahnya. Ia melupakan masa lalu dan belajar dari kegagalan.

Tokoh bacaan kita, Paulus, juga berhasil melupakan masa lalu. Ia adalah seseorang dengan masa lalu yang kelam sebagai pengikut Kristus—meskipun dari sudut agama Yahudi, “prestasinya” luar biasa. Ia punya alasan untuk berkutat dan terikat dengan masa lalunya. Bagaimana tidak, ia dapat dikatakan menjadi aktor intelektual di balik penganiayaan umat Allah, ia hadir ketika Stefanus dibunuh. Namun, ia punya titik balik ketika ia berkata: “...tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.” Dia memusatkan perhatian pada masa depan.

Sepanjang sejarah, hanya Kristus yang tidak pernah berbuat dosa. Sedangkan kita, bahkan keseharian kita dipenuhi kegagalan dan kejatuhan. Namun, itu tidak bisa menjadi alasan untuk membuat kita tetap tergeletak. Mohonlah anugerah Tuhan, supaya kita mengalami titik balik, yaitu ketika kita, dengan kerendahan hati bertobat dan “mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.”

ENTAH BERAPA KALI KITA PERNAH GAGAL DAN JATUH.
OLEH ANUGERAH TUHAN, KITA MAMPU BANGKIT DAN MENJADI TANGGUH.

SIGNAL ROHANI

1 Samuel 3:1-21

Lalu datanglah TUHAN, 
berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: 
"Samuel! Samuel!" Dan 
Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." 
(1Samuel 3:10)

Sekarang ini hampir semua orang—baik di kota maupun di desa—nyaris tak bisa lepas dari telepon seluler. Itu terjadi karena setiap orang hendak berjaga-jaga bila sewaktu-waktu ia menerima panggilan atau butuh mengontak orang lain. Jika sudah begitu, hati pun akan merasa tenang karena semua urusan selesai. Baik di kantor, di rumah, maupun di luar negeri, siapa saja bisa saling berkomunikasi dengan mudah asal ada sinyal. Sebenarnya, kita juga membutuhkan hubungan langsung seperti ini dengan surga. Kita jadi bisa tenang dan kuat menjalani perjuangan hidup ini, dengan mendengarkan suara-Nya yang menuntun hidup kita melalui Firman-Nya.

Dalam bacaan kita, tampaknya Imam Eli begitu sibuk melayani hingga ia malah kehilangan kepekaan rohani untuk mendengar suara Tuhan (ay. 1-2). Ketidakpekaan ini membuat dirinya tidak merasa bersalah ketika membiarkan kejahatan anak-anaknya (ay. 12-14). Sebaliknya, Samuel yang sejak muda membantu Eli melayani di rumah Tuhan, malah mampu mendengar suara Tuhan. Ini bisa terjadi, karena Samuel memiliki hati yang murni dan terbuka sebagai hamba Tuhan.

Apakah hati Anda masih cukup bersih dan peka untuk menaati suara Tuhan? Jangan biarkan kesibukan pribadi, pekerjaan, keluarga, bahkan pelayanan malah melemahkan Anda hingga sinyal rohani di hati Anda tak peka lagi. Jika ada dosa, jangan biarkan hal itu mengalangi relasi Anda dengan Tuhan. Cepat bereskan, agar Anda dapat berseru, "Berbicaralah Tuhan, sebab hamba-Mu ini siap untuk mendengar."

BILA HATI BERSIH, RADAR ROHANI KITA AKAN PEKA
UNTUK MENANGKAP SUARA TUHAN DAN KEHENDAK-NYA

JUJUR HANCUR?

Lalu Abraham berkata: 
“Aku berpikir: 
Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku.” 
(Kejadian 20:11)

Sejak manusia jatuh dalam dosa, ketidakjujuran layaknya bumbu penyedap yang selalu ada di setiap menu kehidupan. Dengan alasan malu, takut, bahkan demi kebaikan, acap kali kita berkompromi dan berbohong. Slogan: “orang jujur akan hancur” secara tidak sadar mungkin kita yakini sebagai prinsip yang sudah melekat di tengah keseharian kita di masyarakat.

Jika kita menyimak sepenggal kisah Abraham, kita pun mendapati aspek ketidakjujuran dalam dirinya. Dengan alasan takut dibunuh oleh Abimelekh, ia berdusta, mengatakan bahwa Sara ialah saudaranya—bukan istrinya. Tuhan Yesus, dalam Matius 5:37 memberikan penegasan mengenai bagaimana kita mesti bertindak jujur. Dia berkata bahwa kita mesti tegas, tidak kompromistis pada apa pun, sebab “... apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.” Dengan kata lain, sekecil apa pun ketidakjujuran, yang disebut dusta tetaplah dusta; dan itu adalah dosa, apa pun alasannya.

Setiap kita tentu pernah tidak jujur. Celakanya, sekali kita tidak jujur, akan diikuti oleh ketidakjujuran kedua, ketiga, dan seterusnya. Akibatnya, kita terperosok makin dalam di jurang kebohongan yang kita ciptakan sendiri. Bertobat, mohon pengampunan dan pertolongan Tuhan untuk lepas dari jerat itu. Jika diperhadapkan pada keseharian, memang tidak mudah menjalankannya. Ada risiko diabaikan, dijauhi, bahkan dimusuhi orang lain ketika kita tampil jujur di tengah dunia yang tidak jujur. Namun, Tuhan disenangkan dengan kejujuran kita.

MELAKUKAN KEBOHONGAN SAMA DENGAN MENYIMPAN BOM WAKTU
YANG SETIAP SAAT DAPAT MELEDAK DAN MENGHANCURKAN ANDA

KEBERSAMAAN DENGAN PA BINA PUTRA

Belajar dari peristiwa angin ribut yang diredakan oleh Yesus saat-saat para murid ketakutan khawatir karena badai datang saat mereka berlayar namun Yesus yang ada di perahu tidak disadari karena mereka hanya mengandalkan keegoisannya sehingga tanpa mengurangi kesadaran bahwa sebenarnya Allah senantiasa menyertai kita senantiasa.





Kegiatan bersama Pak Bobby penyuluh Kristen dan Agnes penyuluh non PNS saat mendampingi anak-anak panti asuhan pada hari Selasa sore pada pukul 17.00 sampai 18.15.

MATERI PENYULUHAN BULAN SEPTEMBER 2024

BULAN SEPTEMBER 2024   TGL HARI SUMBER AYAT EMAS KS TEMA INSPIRASI KITAB SUCI NILAI KEUTAMAAN ...