Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 27 Januari 2022

Menghadapi Era Digitalisasi dalam Gereja Katolik

Era digitaliasai yang terjadi saat ini, disadari atau tidak, telah membawa masyarakat menuju era masyarakat digital. Teknologi komunikasi yang terus berkembang perlahan mengubah kehidupan sosial masyarakat serta cara manusia berelasi dengan manusia lain. 

Jika dulu relasi di bangun secara langsung dengan bertemu dan bertatap muka, kini relasi juga bisa dibangun melalui dunia maya. Artinya, tanpa perlu bertatap muka, seseorang sudah bisa mengobrol dan mendapatkan teman baru. Begitu juga dengan cara bekerja, belajar, berdoa dan terutama dalam menghidup menggereja.

Di masa mendatang, untuk hidup menggereja antar umat tidak perlu selalu bertemu dan bertatap muka. Setiap orang dapat berpatisipasi aktif dimana saja (remote), namun tetap saling terhubung.


Oleh karena itu, mulai sekarang perlu mengembangkan komunikasi yang lebih baik melalui dunia maya ini, termasuk dalam pelayanan hidup menggereja saat ini. Gereja tidak hanya hidup dalam dunia nyata, namun dunia maya pun perlu dijelajahi sehingga diperlukan suatu wadah yang dapat menggabungkan sepak terjang Gereja yang semakin berkembang sesuai dengan zamannya,

Misa dan Rosario misalnya, sudah mulai menggabungkan dengan yang diikuti di tempatnya dan juga mereka yang tidak bisa mengikuti langsung sehingga memerlukan sarana ini agar tidak ketinggalan serta mereka pun dapat terlibat meski tidak secara langsung karena situasi dan kondisinya yang tidak memungkinkan.

BERSERAH DIRI

BELAJAR DARI INJIL

Luk 2:22-35

Bukti seseorang mengenal dan mengasihi Allah dapat dilihat dari penyerahan dirinya kepada Allah. Orang yang mengatakan mengenal Allah, tetapi tidak taat kepada perintah-Nya adalah pendusta. Maka, untuk mengetahui apakah kita sungguh-sungguh mengenal Allah, salah satu cara yang terbaik adalah menguji ketaatan kita dalam melaksanakan perintah-Nya.

Pengenalan Simeon akan Allah membuat ia tetap setia dalam menantikan kedatangan Mesias sampai masa tuanya. Simeon adalah rang yang saleh dan benar, hal ini dikaitkan dengan keteladanan hidupnya. Pengalaman hidup Simeon juga ditandai dengan karya Allah yang nyata dalam dirinya, yakni ketika Roh Kudus memimpin dia ke Bait Allah dan mempertemukannya dengan bayi Yesus. Simeon menyambut dan menantang bayi Yesus sambil memuji Allah. Kemudian ia menyampaikan permohonan penyerahan dirinya: “Biarkanlah hambamu ini pergi dalam damai sejahtera” (Mat 2:29). Permohonan tersebut tidak didorong oleh kekecewaan, tetapi sebagai ungkapan kepercayaannya. Kesetiaan Simeon ini menginspirasi kita untuk menemukan dan melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan dalam kehidupan kita.

Ya Allah, semoga sabda-Mu sungguh meresap dalam diri kami, sehingga kami dapat melihat berbagai kebaikan-Mu dalam hidup kami.

260222

HATI UNTUK KEMULIAAN ALLAH

BELAJAR DARI SEORANG HANA

Luk 2:36-40

Tujuan hidup kaum beriman ialah mencapai kehidupan abadi, yakni bersatu kembali dengan Allah, Sang Pencipta. Ketika Yohanes mengatakan bahwa janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, hendak mengingatkan kita supaya seluruh tenaga dan perhatian tidak terlena dengan hal-hal duniawi yang akhirnya menjauhkan kita dari Allah. Pada umumnya, istilah dunia dalam pandangan Kitab Suci merujuk kepada hal-hal yang menggiring manusia melakukan keinginan daging dan bersikap angkuh. Dengan kata lain, manusia yang angkuh akan merasa tidak perlu bergantung kepada Allah dalam hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan manusia akhirnya jatuh dalam perbudakan dosa dan tidak mampu lagi melakukan apa yang dikehendaki Allah.


Kesederhanaan hidup Hana menunjukkan begitu besar cintanya kepada Allah. Bahkan di usianya yang sudah tua pun dia masih lebih mengutamakan apa yang dikehendaki Allah dalam hidupnya. Pergumulan hidupnya yang begitu panjang senantiasa diwarnai dengan ucapan syukur dan tetap setia menantikan janji Allah. Ia seorang janda, sejak tujuh tahun usia pernikahannya. Dalam situasi yang demikian tentu ia mengalami banyak pergumulan. Namun, semuanya itu dihadapinya tanpa meninggalkan Tuhan, karena dia tahu apa yang menjadi tujuan hidupnya, yakni keselamatan kekal. Maka, setelah Hana bertemu dengan bayi Yesus dia menyampaikan rasa syukur yang sangat mendalam dan bersaksi tentang Anak itu kepada semua orang. Keteladanan hidupnya menunjukkan kedewasaan hidup rohani seorang yang cinta akan Allah.

TERPANGGIL DAN TERPILIH

MENGHIDUPI

2Sam 5:1-7.10

Mencari dan menentukan pemimpin bukan soal gampang. Ada hal-hal yang dapat dipelajari dari perikop ini: 
  • 1) Proses, memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan menentukan seorang karyawan (ayat 2); 
  • 2) Sadar atau tidak sadar, selalu terefleksi sifat kepemimpinannya (ayat 2); 
  • 3) Tuhan turut campur tangan atas keterpilihannya (ayat 2); 
  • 4) Kepemimpinan yang dipilih Tuhan selalu mengemban tugas penggembalaan (ayat 2), sehingga setiap pemimpin kristiani tidak boleh menganggap enteng kepemimpinannya (ayat 5). Kepemimpinan Kristiani selalu mengikat janji di hadapan Tuhan (ayat 3), karena Tuhanlah yang memberikan wibawa kepemimpinan.

Tindakan tepat di saat tepat. Sebaik apapun suatu gagasan, diperlukan pertimbangan akurat, agar menghasilkan yang optimal, bukan bahan tertawaan.
Daud diuji kemampuannya untuk merebut kota Yerusalem, yang kelak menjadi ibu kota kerajaan. Ternyata penyertaan Tuhanlah yang membuat Daud semakin berkuasa (ayat 10)


Mula-mula Daud dinobatkan menjadi raja oleh orang Yehuda saja, 2Sa 2:4+. Sekarang ia menjadi raja orang Israel juga. Tetapi kedua bagian (Israel dan Yehuda) tetap terpisah. Raja adalah raja atas seluruh Israel dan Yehuda. Kerajaan Daud adalah sebuah negara persatuan, bukan negara kesatuan. Dan negara itu selalu terganggu dari dalam sampai akhirnya pecah menjadi dua kembali, 1Ra 12. Yerusalem sebenarnya baru direbut setelah orang Filistin dikalahkan, sebagaimana diceritakan dalam 2Sa 17:25

Ada dua alasan yang menyebabkan suku-suku Israel memihak Daud:
Pertama, keberhasilannya dalam peperangan pada masa lampau;
Kedua, Janji Allah kepadanya. “Gembala” adalah istilah yang sering diterapkan kepada seorang raja, Israel Utara dan Israel Selatan dipersatukan oleh pribadi raja, bukan atas undang-undang dasarnya

IMMANUEL

BERPIJAK DARI

2Sam 6:12b-15,17-19

Imanuel Allah beserta kita. Allah hadir dan berkarya di tengah kehidupan ini. Ia dekat dan mengenal umat-Nya. Ia tahu dan memberikan apa yang diperlukan umat-Nya. Allah telah menciptakan manusia dengan satu kebutuhan hakiki, yaitu bersekutu dengan-Nya, menyembah Dia, dan mengalami hadirat-Nya. Dalam Perjanjian Lama Allah hadir di tengah umat-Nya dalam berbagai lambang berarti. Di antaranya melalui tabut perjanjian. Apa yang hanya berupa lambang itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagi Daud dan rakyat mensyukuri Allah dengan kesukaan tak terkatakan. Lebih lagi sesudah Tuhan Yesus datang. Dalam Tuhan Yesus, yang melayani, mengajar, melakukan mukjizat, mati dan bangkit, Allah hadir untuk menyelamatkan kita. Hati yang terbuka untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus adalah langkah awal untuk menerima kehadiran Allah.

Menerima kehadiran-Nya. Di dalam hukum Taurat, Allah telah menetapkan bahwa orang yang diuntukkan bagi tugas mengangkat tabut harus menguduskan diri terlebih dahulu. Tugas tersebut adalah kehormatan yang hanya dipercayakan pada anggota suku Lewi. Karena aturan tersebut diabaikan. proses pemindahan tabut itu kemudian terhenti. Bahkan lebih buruk lagi, Uza yang telah berlaku teledor meski dengan tujuan baik, harus mati.

Allah adalah Allah yang kudus. Menerima kehadiran-Nya tidak dapat dilakukan tanpa sikap kesungguhan atau sembarangan (ayat 7) Jika kita berharap Tuhan hadir memberkati hidup ini, selayaknya kita menyelaraskan segenap hidup seturut kehendak-Nya. Ia tidak berkenan jika kita hanya memberi-Nya tempat dalam hati, sementara dosa merajalela dalam pikiran dan perbuatan kita.
Semakin penting dan mulia sesuatu, bukankah wajar bila kita semakin berhati-hati pula?A

KELUARGA ALLAH

MENGHAYATI DARI

Mrk 3:31-35

Orang Yahudi menjunjung tinggi nilai sebuah keluarga, yakni hubungan yang terbentuk karena adanya ikatan/pertalian darah di dalamnya. Kita pun, yang dibesarkan dalam budaya timur, memiliki pandangan demikian. Hubungan darah dianggap lebih kental dibanding hubungan lain.

Namun dalam bacaan hari ini, Yesus seolah merendahkan nilai hubungan keluarga (ayat 32-33). Benarkah? Tak sepenuhnya. Yang Yesus maksud, meski hubungan keluarga penting, tetapi tidak membuat orang secara otomatis mengenal Yesus. Kita perhatikan bahwa keluarga-Nya menganggap Dia tidak waras (Mrk. 2:31). Maka menurut Yesus, hubungan di antara orang-orang yang melakukan kehendak Allah bersifat abadi (ayat 35). Hubungan ini terdapat di antara orang-orang yang berorientasi pada Allah. Yaitu orang yang mengikut Dia, mendengar ajaran-Nya, dan mementingkan kehendak-Nya. Inilah basis fundamental keluarga Allah. Orang yang memiliki prioritas seperti itulah, yang disebut Yesus sebagai saudara-Nya laki-laki, saudara-Nya perempuan, dan ibu-Nya (ayat 35).


Tekanan utama terletak pada kata “melakukan” kehendak Allah. Jadi bukan hanya orang yang menyebut diri sebagai murid, yang secara otomatis akan menjadi anggota keluarga Allah. Yang benar-benar pas disebut murid ialah mereka yang konsekuen mengikut Dia dan sungguh-sungguh menjadi pelaku kehendak Allah.

Kita, yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus, harus bercermin dan introspeksi diri: sudahkah kita memprioritaskan kehendak Allah dalam hidup kita. 

Karena menjadi Kristen/Katolik bukan sekadar menunjukkan identitas dengan pergi ke gereja setiap minggu dan hidup sebagai orang baik-baik.
Menjadi Kristen berarti membiarkan Tuhan menduduki tempat pertama dalam hidup kita. 

Juga berarti memprioritaskan kehendak-Nya. Bahkan jika itu harus mengorbankan segala hasrat dan cita-cita kita. Memang tidak mudah. Namun Roh Kudus akan memberi kita kekuatan. Dan saat itulah kita akan menunjukkan kesejatian kita sebagai anggota keluarga Allah.

BERSAKSI TENTANG YESUS*

MENGGALI DARI

1Yoh 5:5-13

Perhatian utama Yohanes, seperti juga perhatian penulis lain di Perjanjian Baru, adalah kesaksian yang mengarah pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Para penulis itu tidak pernah berusaha meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Pembuat mukjizat atau Seorang yang sangat saleh hingga patut diteladani. Atau banyak juga orang yang mengatakan, “Yesus ajaib! Ia melakukan banyak mukjizat!” Itu bukanlah poin utama. Kesaksian Yohanes di sini bukanlah pada apa yang Ia lakukan, melainkan siapakah Dia. Kitab Suci jelas menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, yang turun ke dunia dalam rupa manusia.

Allah telah memberi kesaksian tentang Kristus. Namun orang-orang pada zaman Yesus tidak yakin bahwa Ia adalah Anak Allah. Mereka malah menyebut Dia sebagai peminum, pelahap, pemberontak, dan sebagainya. Sehingga ada orang yang berkata: “Bila orang-orang pada waktu itu tidak bisa percaya pada Dia, bagaimana Ia bisa dipercaya orang pada zaman ini?” Oleh karena itu ada tiga kesaksian bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi: air, darah, dan Roh (ayat 6). Air dan darah mengacu pada dua hal: baptisan dan kematian Yesus. Yesus dibaptis bukan karena Ia bertobat atas dosa-dosa-Nya, sebab Ia tidak berdosa. Ia dibaptis karena ingin mengidentifikasikan diri-Nya secara utuh dengan manusia berdosa. Ketika Yesus disalib, kematian-Nya bukanlah karena Ia harus mati, sebab maut tidak berkuasa atas Dia. Ia mati karena menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan kita dari dosa. Roh Kudus juga memberikan kesaksian tentang Yesus (Yoh. 15:26, 16:14).

Kesaksian itu adalah bahwa Allah telah mengaruniakan hidup kekal di dalam Yesus (ayat 11). Bila kita hidup di dalam Yesus, itulah bukti bahwa kita memiliki hidup yang kekal. Selanjutnya hidup itu harus merupakan kesaksian bahwa Yesuslah Juruselamat yang menganugerahkan kemenangan atas dosa dan maut. Maka jangan mau kalah terhadap dosa! Kalahkanlah dosa dengan kuasa Yesus yang telah menang atas maut. Hiduplah dalam kemenangan anak-anak Allah!

PEKA MENDENGAR

INSPIRASI DARI 

Mrk 4:1-20

Mendengar adalah tindakan penting dalam sebuah proses belajar mengajar. Mendengar berarti menyimak agar dapat memahami dengan baik. Meski demikian, tidak semua orang dapat mendengar dengan saksama.

Yesus mengajak orang banyak dan para murid untuk mendengar: “Dengarlah” (ayat 3). Menarik bahwa dalam Markus 4 tidak kurang dari 11 kali kata dengar diucapkan oleh Yesus. Mengapa demikian? Sebab Yesus menghendaki orang mendengar dengan saksama, bukan asal mendengar.

Itulah yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan penabur.

Yesus mewakili tibanya Kerajaan Allah ke dalam sejarah umat manusia dengan menjadi Penabur benih Injil. Walau demikian tidak seorang pun luput dari pengaruh kerja Iblis. Ada tiga jenis tanah yang tidak bisa menerima benih dengan baik: tanah di pinggir jalan, tanah berbatu, dan tanah yang ditumbuhi semak duri. Ketiganya menggambarkan orang yang mendengar firman tanpa menyimak dengan baik. Maka bisa saja terjadi penerimaan yang dangkal, penganiayaan dan penindasan yang memunculkan kekhawatiran, dan lahirnya keinginan duniawi. Akibatnya banyak yang mengalami firman itu tercabut, menjadi gersang dan kering, atau tidak tumbuh subur. Tentu kita tak bisa mengharapkan buah dalam kondisi semacam ini.


Sedangkan tanah yang baik adalah gambaran tentang pendengar firman yang menyimak dan menyambut dengan baik. Mereka memahami dan menaati dalam iman. Selanjutnya firman menjadikan iman matang dan mendatangkan hasil. Ini akan terlihat dalam disiplin dan kesetiaan mendengar firman terus menerus, aktif dalam pelayanan, mencintai kebenaran dan keadilan, serta gemar melakukan kebajikan bagi sesama. Inilah murid Yesus yang sejati. Tentu buah yang luar biasa itu merupakan anugerah Allah.

HIDUP KEKAL YANG PASTI

BELAJAR DARI 

1Yoh 5:14-21


Banyak orang berharap agar setelah mereka meninggal dunia, mereka masuk ke surga dan tinggal dalam kehidupan kekal. Oleh karena itu mereka berdoa dan melakukan banyak kebaikan demi memperoleh kebahagiaan di sana.

Yohanes berkata bahwa kita dapat mengetahui apakah kita memiliki kehidupan kekal (ayat 13). Jadi tidak perlu tunggu sampai di surga dulu baru kita bisa tahu. Kepastian itu didasarkan pada fakta bahwa Ia menganugerahkan kepada manusia kehidupan kekal melalui Anak-Nya. Jelas bahwa kehidupan kekal bukan bergantung pada perasaan dekat tidaknya seseorang dengan Allah. Namun “Apakah saya telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya?” Jika ya, kita tahu di dalam iman bahwa kita adalah anak Allah. Kepastian itu datangnya dari kehendak Allah, yang dinyatakan melalui Anak-Nya; bukan berdasarkan kehendak kita.

Dalam berkomunikasi dengan Allah pun, kita harus mendasarkannya pada kehendak Allah bagi kita. Kita bukan hanya meminta sesuatu yang kita inginkan. Tanyakan juga apa yang Dia inginkan bagi kita. Jika doa kita sejalan dengan kehendak-Nya maka Dia akan mendengar kita (ayat 14). Bila kita yakin bahwa Ia mendengar maka Ia akan memberikan jawaban yang pasti kepada kita (ayat 15). Kita juga perlu berdoa untuk pengampunan dosa saudara seiman, apapun kesalahan mereka. Ada dosa yang mendatangkan maut dan ada dosa yang tidak mendatangkan maut (ayat 16). Namun bukan berarti kita tidak perlu mendoakan orang yang melakukan dosa yang mendatangkan maut. Biarlah kita tetap mendoakan mereka, tetapi kita serahkan perkaranya pada Allah.


Karena kita telah memiliki kehidupan kekal, maka kita harus tetap waspada (ayat 21). Setan tetap berusaha untuk mengambil tempat Allah di dalam hidup kita. Ia juga berusaha mengacaukan pemahaman kita akan kemanusiaan dan keilahian Kristus. Karena itu belajarlah untuk tetap mengenal Allah.


MATERI PENYULUHAN BULAN SEPTEMBER 2024

BULAN SEPTEMBER 2024   TGL HARI SUMBER AYAT EMAS KS TEMA INSPIRASI KITAB SUCI NILAI KEUTAMAAN ...