Yohanes 9:1-7
Jawab Yesus, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia.” (Yohanes 9:3)
Saya merasa kurang nyaman jika ada orang yang menghubung-hubungkan masalah keuangan yang kita alami dengan persepuluhan. Atau, jika orang mengaitkan suatu musibah atau penyakit sebagai hukuman atas dosa. Apakah masalah keuangan mutlak terjadi sebagai akibat kelalaian dalam memberikan persepuluhan? Apakah musibah atau sakit penyakit mutlak terjadi sebagai akibat dari dosa yang belum terselesaikan?
Dua peristiwa dalam Alkitab menunjukkan bagaimana sepatutnya kita menyikapi hal seperti itu. Pertama, kisah tentang Ayub. Ternyata reputasi saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1) bukan jaminan tidak adanya masalah dalam hidup Ayub. Hanya dalam sekejap, Ayub kehilangan harta benda, keluarga, dan kesehatannya. Kedua, kisah murid Yesus bertemu dengan orang yang buta sejak lahir. Mereka bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Tuhan Yesus menjawab, “Bukan dia, dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”
Ketika mendapati saudara seiman yang sedang bergumul dalam masalah, jangan cepat-cepat menghakimi bahwa hal itu terjadi karena dirinya lalai atau berbuat dosa. Masalah terjadi dalam hidup seseorang belum tentu sebagai teguran atas dosa kita. Bisa saja Tuhan memakai masalah untuk membentuk karakter kita atau untuk menyatakan pekerjaan ajaib-Nya dalam hidup kita. Kita perlu belajar melihat masalah sebagaimana Allah memandangnya.
DOSA MENIMBULKAN MASALAH DALAM HIDUP KITA,
NAMUN MASALAH TIDAK SELALU TIMBUL SEBAGAI AKIBAT DARI DOSA KITA
Berkah Dalem Gusti
Minggu, 17 Maret 2024
DOSA YANG TERCEGAH
Kejadian 20:1-18
Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: “Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia.” (Kejadian 20:6)
Seorang gadis remaja yang hamil di luar nikah berniat menggugurkan kandungannya. Ia mendatangi sebuah klinik khusus yang melayani kaum perempuan yang bermasalah seperti dirinya. Tidak disangka, setelah mendapatkan penjelasan tentang proses aborsi, gadis itu mengurungkan niatnya. Ia pun memilih mempertahankan kandungannya. Gadis itu mungkin tidak menyadarinya, namun Tuhan telah bekerja secara diam-diam mencegahnya melakukan aborsi.
Dalam kisah Abraham ini, diceritakan pula bagaimana Tuhan berkuasa mencegah Abimelekh melakukan dosa. Kali ini dengan cara yang lebih terang-terangan. Abraham mengatakan bahwa Sara “hanyalah” adiknya sehingga raja Gerar itu berniat memperistri Sara (ay. 2). Tuhan yang mahatahu segera bertindak, memperingatkan Abimelekh melalui mimpi (ay. 3). Karena Abimelekh memiliki hati yang tulus, ia pun mendengarkan peringatan Tuhan itu dan mengembalikan Sara kepada Abraham (ay. 67).
Kita mungkin pernah mengalami hal yang serupa, yaitu Tuhan mencegah kita ketika kita nyaris berbuat dosa. Dia tidak menginginkan umat-Nya terjerumus ke dalam dosa. Bagaimanakah reaksi kita? Sebagai anak-Nya, kita dapat belajar mengembangkan kepekaan untuk mendengarkan suara Bapa kita dan dan menaati kehendak-Nya. Dia melatih kita untuk memilih perbuatan yang benar dan berguna bagi kesejahteraan kita. Bukankah kita patut bersyukur kepada Tuhan atas penjagaan-Nya terhadap hidup kita sehingga kita tehindar dari berbuat dosa?
KUASA TUHAN DAN HATI YANG BERSIH
MAMPU MENCEGAH KITA DARI MELAKUKAN DOSA
Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: “Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia.” (Kejadian 20:6)
Seorang gadis remaja yang hamil di luar nikah berniat menggugurkan kandungannya. Ia mendatangi sebuah klinik khusus yang melayani kaum perempuan yang bermasalah seperti dirinya. Tidak disangka, setelah mendapatkan penjelasan tentang proses aborsi, gadis itu mengurungkan niatnya. Ia pun memilih mempertahankan kandungannya. Gadis itu mungkin tidak menyadarinya, namun Tuhan telah bekerja secara diam-diam mencegahnya melakukan aborsi.
Dalam kisah Abraham ini, diceritakan pula bagaimana Tuhan berkuasa mencegah Abimelekh melakukan dosa. Kali ini dengan cara yang lebih terang-terangan. Abraham mengatakan bahwa Sara “hanyalah” adiknya sehingga raja Gerar itu berniat memperistri Sara (ay. 2). Tuhan yang mahatahu segera bertindak, memperingatkan Abimelekh melalui mimpi (ay. 3). Karena Abimelekh memiliki hati yang tulus, ia pun mendengarkan peringatan Tuhan itu dan mengembalikan Sara kepada Abraham (ay. 67).
Kita mungkin pernah mengalami hal yang serupa, yaitu Tuhan mencegah kita ketika kita nyaris berbuat dosa. Dia tidak menginginkan umat-Nya terjerumus ke dalam dosa. Bagaimanakah reaksi kita? Sebagai anak-Nya, kita dapat belajar mengembangkan kepekaan untuk mendengarkan suara Bapa kita dan dan menaati kehendak-Nya. Dia melatih kita untuk memilih perbuatan yang benar dan berguna bagi kesejahteraan kita. Bukankah kita patut bersyukur kepada Tuhan atas penjagaan-Nya terhadap hidup kita sehingga kita tehindar dari berbuat dosa?
KUASA TUHAN DAN HATI YANG BERSIH
MAMPU MENCEGAH KITA DARI MELAKUKAN DOSA
DIKEJAR DOSA
Mazmur 32:1-11
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan ... dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. (Mazmur 32:5)
Di kampung kami, puluhan orang ditangkap ketika berjudi, lalu dipenjara beberapa bulan. Pada 2012, seorang bapak yang telah dibebaskan kembali berjudi. Tiba-tiba muncul polisi. Ia berlari secepat mungkin, terjatuh, dan meninggal di tempat, diduga karena serangan jantung. Ternyata polisi itu datang untuk urusan kriminal lain yang juga terjadi di daerah kami.
Sejak dosa berkuasa dalam kehidupan manusia, tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk merdeka darinya. Dosa serupa lumpur isap yang menyedot kita. Semakin kita bergerak, semakin kita terjebak di dalamnya. Anak-anak Tuhan pun tak lepas dari dosa, seperti terlihat dengan jelas dalam pengalaman Raja Daud. Ketika ia membiarkan dirinya berzinah dengan Batsyeba, ia membuka lebar pintu bagi dosa. Ia lalu terseret melakukan dosa-dosa lain, termasuk merencanakan kematian Uria, suami Batsyeba, untuk menutupi dosanya.
Selama beberapa waktu Daud memendam dan menyembunyikan dosanya. Mazmur 32 dan 51, yang ditulisnya berkaitan dengan kasus Batsyeba, menunjukkan betapa ia sangat menderita. Ia kehilangan gairah hidup, tertekan (32:34), remuk, dan kehilangan sukacita (51:10, 14). Akhirnya, ia melakukan tindakan yang benar. Ia datang dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Dan ia mendapatkan pengampunan.
Apakah Anda bergumul untuk lepas dari dosa dengan upaya sendiri? Apakah sukacita Anda terampas karena dosa yang tersembunyi? Datang dan akuilah kepada Allah, maka Dia akan menyucikan Anda (1 Yoh. 1:9).
PENGAMPUNAN DOSA YANG TERSEDIA OLEH ANUGERAH ALLAH
BUKANLAH ALASAN UNTUK HIDUP SECARA SEMBRONO
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan ... dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. (Mazmur 32:5)
Di kampung kami, puluhan orang ditangkap ketika berjudi, lalu dipenjara beberapa bulan. Pada 2012, seorang bapak yang telah dibebaskan kembali berjudi. Tiba-tiba muncul polisi. Ia berlari secepat mungkin, terjatuh, dan meninggal di tempat, diduga karena serangan jantung. Ternyata polisi itu datang untuk urusan kriminal lain yang juga terjadi di daerah kami.
Sejak dosa berkuasa dalam kehidupan manusia, tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk merdeka darinya. Dosa serupa lumpur isap yang menyedot kita. Semakin kita bergerak, semakin kita terjebak di dalamnya. Anak-anak Tuhan pun tak lepas dari dosa, seperti terlihat dengan jelas dalam pengalaman Raja Daud. Ketika ia membiarkan dirinya berzinah dengan Batsyeba, ia membuka lebar pintu bagi dosa. Ia lalu terseret melakukan dosa-dosa lain, termasuk merencanakan kematian Uria, suami Batsyeba, untuk menutupi dosanya.
Selama beberapa waktu Daud memendam dan menyembunyikan dosanya. Mazmur 32 dan 51, yang ditulisnya berkaitan dengan kasus Batsyeba, menunjukkan betapa ia sangat menderita. Ia kehilangan gairah hidup, tertekan (32:34), remuk, dan kehilangan sukacita (51:10, 14). Akhirnya, ia melakukan tindakan yang benar. Ia datang dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Dan ia mendapatkan pengampunan.
Apakah Anda bergumul untuk lepas dari dosa dengan upaya sendiri? Apakah sukacita Anda terampas karena dosa yang tersembunyi? Datang dan akuilah kepada Allah, maka Dia akan menyucikan Anda (1 Yoh. 1:9).
PENGAMPUNAN DOSA YANG TERSEDIA OLEH ANUGERAH ALLAH
BUKANLAH ALASAN UNTUK HIDUP SECARA SEMBRONO
KELUARGA ISTIMEWA
Kejadian 7:1-24
Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. (Kejadian 7:1)
Ketika saya berjumpa dengan teman lama, hampir selalu ada pertanyaan mengenai keluarga. Pertanyaan yang biasanya diajukan, "Berapa anakmu? Umur berapa saja? Apakah mereka masih bersekolah atau sudah bekerja?" Bila kita memiliki keluarga yang baik, tentu kita akan dapat bercerita dengan bangga. Namun, pernahkah Anda membayangkan bahwa Allah bisa bangga terhadap Anda dan keluarga Anda? Andaikan hal itu terjadi, Anda dan keluarga Anda pastilah istimewa.
Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan dari bencana air bah yang mahadahsyat. Kita mungkin bertanya, apakah istimewanya keluarga ini? Nuh menonjol dan berbeda dari orang sezamannya karena ia benar dan tidak bercela. Nuh juga bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hal ini berbeda sekali dengan keadaan dunia saat itu yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan (6:5, 11). Saya membayangkan bagaimana Nuh dan keluarganya menghadapi tekanan yang berat dan cemoohan karena tidak turut serta dalam kejahatan orang-orang pada zaman itu. Mungkin saja ia harus menanggung cercaan dan pengucilan. Ia mampu menghadapinya karena Allah memberinya kasih karunia (6:8).
Dunia yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan mengingatkan saya akan perkataan Yesus tentang akhir zaman. Yesus menyamakannya dengan zaman Nuh, masa ketika banyak orang terlena dalam kejahatan (Matius 24:37-39). Kita diminta waspada dan menjaga kesalehan hidup kita. Kita dapat belajar dari kisah Nuh. Oleh kasih karunia-Nya, biarlah keluarga kita hidup secara berbeda, menjadi terang bagi keluarga lain.
KASIH KARUNIA TUHAN MEMAMPUKAN KITA HIDUP SECARA BERBEDA,
TIDAK TERLENA OLEH ARUS KEJAHATAN DUNIA
Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. (Kejadian 7:1)
Ketika saya berjumpa dengan teman lama, hampir selalu ada pertanyaan mengenai keluarga. Pertanyaan yang biasanya diajukan, "Berapa anakmu? Umur berapa saja? Apakah mereka masih bersekolah atau sudah bekerja?" Bila kita memiliki keluarga yang baik, tentu kita akan dapat bercerita dengan bangga. Namun, pernahkah Anda membayangkan bahwa Allah bisa bangga terhadap Anda dan keluarga Anda? Andaikan hal itu terjadi, Anda dan keluarga Anda pastilah istimewa.
Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan dari bencana air bah yang mahadahsyat. Kita mungkin bertanya, apakah istimewanya keluarga ini? Nuh menonjol dan berbeda dari orang sezamannya karena ia benar dan tidak bercela. Nuh juga bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hal ini berbeda sekali dengan keadaan dunia saat itu yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan (6:5, 11). Saya membayangkan bagaimana Nuh dan keluarganya menghadapi tekanan yang berat dan cemoohan karena tidak turut serta dalam kejahatan orang-orang pada zaman itu. Mungkin saja ia harus menanggung cercaan dan pengucilan. Ia mampu menghadapinya karena Allah memberinya kasih karunia (6:8).
Dunia yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan mengingatkan saya akan perkataan Yesus tentang akhir zaman. Yesus menyamakannya dengan zaman Nuh, masa ketika banyak orang terlena dalam kejahatan (Matius 24:37-39). Kita diminta waspada dan menjaga kesalehan hidup kita. Kita dapat belajar dari kisah Nuh. Oleh kasih karunia-Nya, biarlah keluarga kita hidup secara berbeda, menjadi terang bagi keluarga lain.
KASIH KARUNIA TUHAN MEMAMPUKAN KITA HIDUP SECARA BERBEDA,
TIDAK TERLENA OLEH ARUS KEJAHATAN DUNIA
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Ratapan 3:1-26 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:...
-
Kis 18:1-17 Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari oran...
-
Matius 5 : 13 - 16 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (Matius 5:14) Ketika aliran lis...
-
MAZMUR 15 : 1 - 5 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung- Mu yang kudus? Yaitu dia...
-
Yosua 1:1-9 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah dipe...