Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 13 November 2023

DARI YANG KECIL

Matius 25:14-30

Engkau telah setia dalam hal kecil, 
aku akan memberikan kepadamu... hal yang besar. 
(Matius 25:21)

Benyamin Franklin suatu kali pernah berkata, “Pukulan-pukulan kecil dapat menumbangkan pohon oak yang besar!” Memang mengherankan. Banyak hal yang penting dan besar di dunia ini berasal dari hal yang kecil. Tahukah Anda bahwa sarang laba-laba di sebuah kebun merupakan inspirasi pembuatan jembatan gantung? Suara ketel di atas kompor memberi inspirasi penciptaan mesin uap? Sebuah apel yang jatuh dari pohon memberi inspirasi penemuan hukum gravitasi!

Prinsip serupa juga berlaku dalam pelayanan Kristen. Pelayanan besar tidak akan pernah ada tanpa dimulai terlebih dahulu dari pelayanan yang kecil dan sederhana. Sering kali saat kita melihat seorang hamba Tuhan yang sudah terkenal, kita hanya melihat kesuksesan dan kemasyhurannya. Kita jarang mempertimbangkan bagaimana ia merintis pelayanannya dari awal dan mengembangkannya dengan tekun.

Saat melihat Yosua, misalnya, kita kadang hanya melihat kebesarannya ketika ia memimpin jutaan rakyat Israel masuk ke tanah perjanjian. Tetapi, pernahkah terlintas dalam benak Anda bahwa sebelum karier Yosua menanjak demikian luar biasa, ia terlebih dulu menjadi bujang atau pelayan Musa?

Ketika Tuhan memercayakan kepada Anda suatu pelayanan, jangan pernah menolaknya hanya gara-gara pelayanan itu tampak kecil atau remeh. Tuhan tidak melihat besar-kecilnya pelayanan kita, melainkan kesetiaan kita dalam menjalaninya. Kesetiaan kita dalam perkara kecil mempersiapkan kita untuk setia pula ketika Tuhan mempercayakan perkara yang lebih besar.

SEMUA HAL YANG BESAR SELALU DIAWALI HAL YANG PALING KECIL

TIDAK PERNAH SIA-SIA

Yohanes 4:31-38

Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 
(Yohanes 4:37)

Seorang misionaris di Amerika Tengah menulis, “Pekerjaan di sini sangat berat. Aku harus naik perahu sepanjang hari dan pada malam hari aku tidur di atas tumpukan kulit di atas dek. Orang-orang di sini tidak tertarik pada Injil sekalipun aku sudah berusaha memenangkan mereka. Akibatnya aku sering ingin menghentikan usahaku. Meskipun demikian, didorong oleh teladan Rasul Paulus, aku tetap berlari tanpa ragu, menyadari bahwa Allah tidak menuntut keberhasilan, tetapi kesetiaanku.”

Dalam pewartaan kkabar sukacita, ketika orang belum dapat menerima kabar baik dan belum dapat percaya kepada Tuhan Yesus, bukan berarti upaya kita gagal dan sia-sia. Meskipun saat ini orang itu belum dapat menerimanya, kita tahu bahwa berita yang kita sampaikan itu merupakan “benih” yang hidup. 

Firman itu akan terus bekerja dalam diri orang itu sehingga suatu saat, oleh karya Roh Kudus, tidak mustahil ia bertobat. Mungkin dengan cara yang tidak kita pikirkan.

Firman Allah mengingatkan kita bahwa ada orang yang menabur dan ada orang lain yang menuai. Jika upaya pewartaan kita belum membuahkan hasil nyata, anggaplah bahwa kita sedang menabur. 

Kita dapat mengucap syukur dan berharap suatu saat nanti ada saudara seiman lain yang berhasil memenangkan orang itu. Dalam kedaulatan Tuhan, benih firman yang kita taburkan tidak akan terhilang sia-sia. Tuhan menghendaki kita setia dalam melakukan bagian kita: memberitakan firman-Nya. 

Ada pun iman dan pertobatan seseorang, itu adalah bagian-Nya.

TUGAS KITA YANG TERUTAMA ADALAH MENABURKAN BENIH FIRMAN;
TUHANLAH YANG BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MENUMBUHKANNYA.

TIDAK NGAMBEK

2 Samuel 12:15-23

Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa?
Dapatkah aku mengembalikannya lagi?
Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.
(2 Samuel 12:23)

Ketika masih bersekolah di bangku SMP, ada seorang teman yang sempat tidak masuk sekolah sampai berminggu-minggu. Selidik punya selidik, kabarnya ia minta kepada ayahnya untuk dibelikan sepeda motor. Tapi permintaannya ini ditolak. Bukan karena si ayah tidak mampu membelikan, tapi karena si ayah merasa bahwa sepeda motor itu akan lebih banyak mendatangkan keburukan daripada manfaat bagi si anak. 

Si anak tidak bisa menerima keputusan ini dan menjadi marah. Kemarahannya ini ia ungkapkan dengan membolos tadi.

Suatu ketika Daud berdoa memohon kepada Tuhan supaya anaknya sembuh. Ia mengajukan permohonan dengan begitu bersungguh-sungguh sampai para pegawainya khawatir mengenai apa yang akan terjadi jika permohonannya tidak terkabul dan anak itu meninggal. 

Ketika anak itu akhirnya sungguh-sungguh meninggal, ternyata Daud justru bisa menerimanya dengan rela. Ia tidak menjadi kecewa kepada Tuhan, melainkan menerima bahwa Tuhan itu berdaulat penuh dan berharap bahwa kelak ia akan kembali bertemu dengan anaknya itu.

Kita bebas dan perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu yang kita inginkan dari Tuhan seperti Daud. 

Tetapi, ketika doa tersebut sudah dijawab dan jawabannya adalah “tidak”, kita harus menerimanya dengan lapang dada. 

Kita perlu percaya bahwa Tuhan berdaulat dan bisa dipercaya sehingga penolakan-Nya pun merupakan jawaban terbaik bagi kita. Jangan sampai kita menjadi kecewa dan ngambek seperti teman saya tadi.

KALAU TUHAN TIDAK MENGABULKAN DOA KITA, 
TERIMALAH DALAM IMAN
BAHWA PENOLAKAN-NYA ITU ADALAH JAWABAN TERBAIK BAGI KITA

APA ARTI BERKOMITMEN

Daniel 1:1-21

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja 
dan dengan anggur yang biasa diminum raja. 
(Daniel 1:8)

“Saya akan berkomitmen!” Mungkin kita telah mengucapkan kalimat ini berulang-ulang. Tetapi, apakah kita memahami makna kata tersebut? Jujur saja, bukankah kita kerap melanggar apa yang menjadi komitmen kita? Arti paling sederhana dari komitmen adalah janji. Kita berjanji untuk melakukan ini atau tidak melakukan itu dan memutuskan untuk bersikap begini atau begitu. Nah, apakah kita konsisten dengan komitmen kita?

Komitmen adalah perkataan yang menyatakan sebuah kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Komitmen mengandung unsur kontinuitas. Artinya kita bersedia untuk melaksanakan janji kita tidak hanya pada saat ini, tetapi berkelanjutan dan secara terus menerus. Komitmen dibangun dengan sebuah kasih yang tulus dan tanpa kepura-puraan.

Demikianlah juga jika kita hendak berkomitmen kepada Tuhan. Memiliki komitmen kepada Tuhan berarti kita mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan dan mengandalkan anugerah-Nya.

Daniel merupakan salah satu contoh orang yang berkomitmen teguh. Dia mengerti perintah Allah untuk menjaga kekudusan dan memantapkan diri tidak memakan makanan dari Raja. Dia menjalankan totalitas hidup di tengah tantangan yang mungkin bisa membinasakan dirinya. Daniel akhirnya mendapatkan kasih karunia, penyertaan, dan berkat Tuhan sehingga ia mampu menjaga komitmen dan ketetapan hatinya untuk tidak menajiskan diri. Komitmennya tidak berubah sekalipun situasi di sekelilingnya terus berubah. Daniel dimampukan untuk tetap mengasihi Tuhan sekalipun tekanan hidup menghimpitnya. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda dan saya?

KOMITMEN MELAHIRKAN KESUNGGUHAN DAN KETEGUHAN
DALAM MENGHADAPI SITUASI HIDUP YANG BERUBAH-UBAH

MERATAP DALAM IMAN

Ratapan 3:1-66

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, 
tak habishabisnya rahmat-Nya, 
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 
(Ratapan 3:22-23)

Suatu hari seorang teman berkeluh kesah bahwa ia sedang meratap. Situasi yang ia hadapi saat itu memang berat; kita akan maklum jika orang yang mengalaminya bersedih. Masalahnya, ia merasa bersalah atas ratapannya itu. Ia beranggapan, kesedihan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh beriman. Baginya, iman akan kebaikan Allah membuat orang Kristen sama sekali tidak punya alasan lagi untuk bersedih, apalagi sampai meratap.

Pemahaman ini kurang sesuai dengan pengalaman para tokoh Alkitab, termasuk nabi Yeremia yang menulis kitab Ratapan ini. Kitab ini berisi ratapan sang nabi ketika melihat nasib bangsanya yang porak-poranda. Reaksi seperti itu tentu wajar dan sudah selayaknya ditunjukkan oleh orang Israel yang mencintai bangsanya. Dan, ratapan tersebut bukan menandakan bahwa Yeremia kehilangan iman. Sebaliknya, justru di dalam ratapan itulah terkandung iman yang amat besar akan kebaikan Allah. Meskipun meratapi keadaan sekelilingnya yang tampak begitu suram, ia menyadari bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berkurang sedikit pun. Keyakinan ini memampukannya untuk meratap tanpa kehilangan pengharapan.

Kita dapat meneladani sikap ini. Beriman bukan berarti senantiasa tampak tegar. Jika suatu situasi memang layak ditangisi, janganlah ragu untuk meratap dan berseru kepada Tuhan. Ya, kita bukan meratap dalam keputusasaan, melainkan meratap dengan penuh iman, dengan menantikan pertolongan Tuhan untuk menghadapi situasi yang berat tersebut.

ORANG BERIMAN BUKANLAH ORANG YANG TIDAK PERNAH MERATAP,
MELAINKAN ORANG YANG MERATAP DALAM IMAN

Minggu, 12 November 2023

STOP PRASANGKA BURUK

Yohanes 1:43-51

Kata Natanael kepadanya, 
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" 
(Yohanes 1:46)

Seorang teman menceritakan pengalaman yang menjengkelkan di sebuah bandara di Amerika Serikat. Saat pemeriksaan paspor, entah mengapa tiba-tiba beberapa petugas membawanya ke kantor untuk diinterogasi. Rupanya mereka curiga karena kota asal teman saya, menurut informasi yang mereka ketahui, adalah sarang teroris. Perlu waktu berjam-jam bagi teman saya untuk meyakinkan bahwa dirinya "bersih" dan barulah petugas bandara mempercayainya.

Nazaret berlokasi di pegunungan sebelah selatan Galilea, dekat persimpangan jalan kafilah besar dalam rute perdagangan era itu. Pasukan Romawi yang bertugas di Galilea ditempatkan di kota kecil ini. Orang Nazaret selalu berhubungan dengan bangsa-bangsa dari seluruh dunia sehingga berita dunia cepat sampai kepada mereka. Mereka bersikap independen, tak terikat, sikap yang dianggap rendah oleh orang Yahudi lain. Barangkali inilah alasan di balik komentar Natanael. Ia berprasangka buruk dan menyamaratakan seluruh penduduk kota itu, padahal ada seseorang yang sungguh-sungguh baik tinggal di sana: Yesus, Sang Mesias.

Kita semestinya berhati-hati agar tidak terlalu cepat berprasangka buruk dan menilai orang hanya berdasarkan asal-usul atau tempat tinggalnya. Belum tentu ia berperilaku buruk seperti dugaan kita, bukan? Kita menilai secara tidak adil, membangun tembok, dan tidak berinisiatif untuk mengenal orang lain secara mendalam. Jika kita bersikap seperti itu, bagaimana kita akan menunjukkan kasih Kristus kepadanya?

KITA TIDAK AKAN MAMPU MENGASIHI SESEORANG
SELAMA PIKIRAN KITA PENUH DENGAN PRASANGKA BURUK

Kamis, 09 November 2023

32 TUGAS PENYULUH AGAMA KATOLIK

Permenpanrb Nomor 9 Tahun 2021 Bagian Ketiga tentang Uraian Kegiatan Sesuai Jenjang Jabatan, Pasal 8 ayat (2) huruf a.

Uraian kegiatan tugas Jabatan Penyuluh Agama Katolik PPPK Ahli Pertama masuk dalam Kategori I meliputi wilayah mulai dari tingkat kecamatan.

Dalam hal Penyuluh Agama Katolik ditetapkan pada Unit Kerja tingkat Kabupaten/Provinsi, maka Penyuluh Agama Katolik PPPK Ahli Pertama tetap melaksanakan tugas bimbingan atau penyuluhan mulai dari Tingkat Kecamatan.

 

Uraian kegiatan Penyuluh Agama Katolik PPPK kategori Ahli Pertama, meliputi:

1.    Mengidentifikasi bahan rencana kerja pendataaan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

2.    Menyusun instrumen pendataan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

3.    Melakukan pendataan atau inventarisasi data umum di wilayah sasaran;

4.    Melakukan pendataan atau inventarisasi data dan rekapitulasi kelompok sasaran dalam bentuk tabulasi di wilayah sasaran;

5.    Melakukan pemaparan atau ekspose hasil pendataan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

6.    Menyusun materi konseling atau informasi Kategori I;

7.    Melakukan pelayanan konseling atau informasi Kategori I;

8.    Menyusun rencana kerja operasional bulanan program bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

9.    Menyusun rencana kerja tahunan program bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

10. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk naskah;

11. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk slide;

12. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk flyer;

13. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk infografis;

14. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk poster;

15. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk booklet;

16. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk rekaman audio;

17. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk video;

18. Melakukan pembentukan kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

19. Melakukan bimbingan atau penyuluhan tatap muka kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

20. Melakukan bimbingan atau penyuluhan berbasis teknologi informasi kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk media sosial;

21. Melakukan bimbingan atau penyuluhan berbasis teknologi informasi kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk radio dan televisi;

22. Melakukan pendampingan masalah agama dan pembangunan bagi masyarakat sasaran umum dan atau khusus Tingkat I;

23. Melakukan mediasi masalah agama dan pembangunan bagi masyarakat sasaran umum dan atau khusus Tingkat I;

24. Menyusun instrumen pemantauan dan evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

25. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

26. Memetakan kebutuhan kerjasama lintas sektoral dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

27. menyusun pola strategi kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkaittingkat kecamatan;

28. Melaksanakan kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

29. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

30. Mendesain pengembangan model atau metode atau program bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

31. Mengembangkan model atau metode atau program kegiatan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I; dan

32. Menyusun pedoman bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I