1Yoh 5:14-21
Banyak orang berharap agar setelah mereka meninggal dunia, mereka masuk ke surga dan tinggal dalam kehidupan kekal. Oleh karena itu mereka berdoa dan melakukan banyak kebaikan demi memperoleh kebahagiaan di sana.
1Sam 15:16-23
Mzm 50:8-9,16-17,21-23
Mrk 2:18-22
Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam
kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan
kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi
anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.
- Mrk. 2:22
Suatu hari ada kejadian yang menyedihkan yang terjadi. Seorang suami
yang relatif masih muda, meninggal karena suatu musibah. Sang Istri
menangis histeris, sementara anak mereka masih belum mengerti atas apa
yang terjadi. Lalu mengapa Sang Istri merasa begitu sedih dan meratapi
nasibnya? Karena sang Istri menyadari bahwa dia tidak akan berjumpa
kembali dengan orang yang sangat dikasihinya.
Kisah antara Sang Istri dan anaknya diatas, mengingatkan kita bahwa
sebuah kejadian, baru bisa dimengerti ketika seseorang sudah bisa
memahami apa yang terjadi dan ada hal juga yang tidak bisa dipaksakan
untuk dipahami, seperti kisah Sang Anak diatas.
Demikian juga Yesus yang hanya mengajar sedikit orang saja daripada
banyak orang. Karena banyak orang Israel yang tidak siap untuk menerima
ajaran Yesus. Ketika ajaran lama : “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, namun
Yesus mengajarkan sesuatu yang baru :“ Kalau ada yang menampar pipi
kirimu, berikanlah pipi kananmu”. Ketika ajaran yang lama mengatakan,
diperbolehkan menceraikan pasangan hidup, sementara Yesus mengatakan “
Apa yang dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia”.
Para pembaca yang terkasih, ajaran yang Yesus berikan adalah ajaran
yang hidup. Oleh karena itu, kita harus terus membuka hati kita untuk
menerima ajaran Yesus. Jangan menutup diri dengan pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman hidup saja, tetapi bukalah hati kita untuk
mendengar ajaran Yesus setiap harinya. (An)
Apakah saya sudah membuka diri untuk hal-hal baru yang Yesus coba
ajarkan kepada saya melalui orang- orang disekitar saya ?
1Sam. 16:1-13
Markus 2:23-28
_Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mrk. 2:23-24.27-28)_
Sabda hari ini mengisahkan orang-orang Farisi yang mengkritik dan mencela murid-murid Yesus karena memetik gandum di hari sabat. Orang-orang Farisi yang mengaku diri sebagai pewaris hukum Musa ini sangat ketat dalam menjaga tegaknya aturan-aturan hukum Taurat, salah satunya adalah hukum sabat. Dari satu pihak harus diakui ketaatan orang-orang Farisi itu, tetapi sayangnya mereka sering jatuh pada 'ketaatan buta' _alias_ melaksanakan aturan demi mengabdi pada aturan tanpa menyertakan perasaan hati serta mempertimbangkan situasi maupun konteks hidup yang ada. Padahal aturan itu dibuat untuk membantu manusia agar tatanan hidup berjalan dengan baik namun nyatanya justru membuat orang menderita karena kemanusiaannya diabaikan dan dilanggar oleh ketatnya aturan. Bagaimana mungkin seorang yang sedang menderita sakit keras harus dibiarkan jika hari itu adalah hari Sabat?
Tuhan mengajak kita untuk tidak menghamba pada hukum Sabat dan Taurat _alias_ tidak menjalankan hidup keagamaan karena takut pada aturan tetapi agar menghayatinya dengan segala ketulusan. Kita harus beriman dalam kegembiraan bukan dengan ketakutan. Semoga pelita sabda hari ini membawa kita pada sikap bijak hati dan tak mengabdi pada "ketaatan buta" seperti yang dihayati oleh para Farisi.
_Sudah lewat masa liburan,_
_saatnya fokus berkegiatan._
_Berimanlah dengan kegembiraan,_
_bukan karena ketakutan._
_Berakit-rakit ke hulu,_
_berenang-renang ke tepian._
_Abdilah Tuhan terlebih dahulu._
_niscaya hidup akan berkelimpahan._
Rm. Istoto
1Sam 17:32-33,37,40-51
Mzm 144:1,2,9-10
Mrk 3:1-6
Kemudian kata-Nya kepada mereka :” Manakah yang diperbolehkan pada hari
Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau
membunuh orang?“ Mrk. 3 : 4
Pada suatu waktu, ketika dalam kondisi darurat, saya harus membawa
orang tua yang sedang sakit dengan menggunakan mobil ambulans ke
rumah sakit. Dikarenakan saat itu, orang tua saya terkena covid, maka saya
tidak diperkenankan untuk berada bersama-sama di dalam mobil ambulans
juga. Namun saya boleh mengikuti di kendaraan lain dari belakang.
Ketika itu, lalu lintas jalan sangat padat pada jam-jam kerja pulang kantor.
Mobil ambulans di depan saya terlihat sangat berusaha memecah kemacetan
ibu kota dengan bunyi sirine yang terus menggema dan sudah terdengar dari
kejauhan. Saya pun berusaha mengimbangi agar jangan sampai tertinggal
dengan ambulans yang ditumpangi orang tua saya.
Pada saat itu, kami terus diberi jalan oleh pengguna jalan yang lain. Bahkan
beberapa petugas kepolisian membantu kami membuka jalan dan
mengarahkan kami untuk memasuki jalur busway. Ditambah lagi kami selalu
diberi jalan untuk menerobos setiap lampu merah yang menghadang.
Jika pada saat-saat biasa, saya akan langsung diberhentikan oleh petugas
jika memasuki jalur busway. Atau akan dikirimi “surat cinta” ke alamat rumah
yang berupa surat tilang dan harus membayar denda lima ratus ribu rupiah,
setiap saya menerobos lampu merah, yang akan langsung terekam dan
terfoto dari cctv.
Sama halnya seperti “peraturan hari Sabat” yang ada pada zaman Yesus
dahulu, kita pun diajak untuk terutama melakukan kebaikan, yaitu
menyelamatkan nyawa orang, walaupun mungkin hal itu harus melanggar
peraturan. Sama seperti Yesus, sekalipun nanti ada konsekuensi nya yang
harus kita tanggung. Namun, jika hal itu untuk sesuatu yang penting, kita perlu
tempuh resikonya. (Md)
Siapkah Saya menempuh resiko melanggar peraturan jika dihadapkan
dengan keadaan mendesak jika memang dibutuhkan?
~ Redaksi Bahasa Kasih ~