Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 31 Desember 2023

WAJAH WARGA BINAAN MASYARAKAT KATOLIK

  • PENDAMPINGAN DAN PENYULUHAN SERTA PEMBINAAN TETAP DI RUMAH TAHANAN PAJANGAN


Pelaksanaan setiap hari Kamis mulai pukul 09.00 - 12.00 di Gereja Rutan Pajangan yang dibantu oleh petugas dari LP, bapak Juve selaku Penjaga Lapas Kristiani.

  • PENDAMPINGAN DAN PENYULUHAN SERTA PEMBINAAN TETAP DI LINGKUNGAN GABRIEL PAROKI PRINGGOLAYAN, BANGUNTAPAN BANTUL


Pelaksana kegiatan setiap hari Jumat yang dilakukan di tempat rumah warga secara bergilir atau bergantian sebagai sarana menciptakan saling meneguhkan satu sama lain.








  • PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN REMAJA KATOLIK




  • PENDAMPINGAN LANSIA PRINGGOLAYAN

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu pagi 06.30 - 07.30 di Gereja Santo Paulus Pringgolayan dengan lebih banyak menitikberatkan pada menjaga kebugaran, kesehatan, melestarikan hidup sehat dengan olah raga bersama.



PENDAMPINGAN BAPAK BAPAK SANTO PAULUS



PENDAMPINGAN LEGIO MARIA

Para Laskar Maria ini adalah kelompok para adi suswa yang penuh dengan kesetiaan dan ketekunan membangun paguyuban yang senantiasa mencintai Ibu Maria dan mencoba meneladan dari berbagai hal dari nilai-nilai dan keutamaan dari Ibu Orang  Beriman ini.



PENDAMPINGAN TETAP IMAN ANAK-ANAK KATOLIK 
Diutamakan anak-anak Katolik yang bersekolah di Sekolah Negeri dan tidak ada Guru pengajarnya baik dari TK, SD, maupun SMP yang berada di wilayah Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dilakukan setiap Senin Siang dan Rabu terutama di wilayah kecamatan Piyungan dan kecamatan Sewon. 





PENDAMPINGAN KELOMPOK IBU BANGUNHARJO 

Kelompok Ibu-Ibu Bangunharjo mengadakan ziarah serta outbond bersama untuk rekreasi sekaligus memperdalam iman mereka bertepatan dengan waktu BULAN ROSARIO. Acara yang dikemas dengan penuh riang gembira dan happy diselenggarakan di Gua Cemara Sewu dan di Ganjuran untuk mengolah tema Bersama Ibu Maria Bunda Kritus yang menjadi semangat dan teladan bagi para ibu Bangunharjo ini.






Sabtu, 30 Desember 2023

Data Umat Katolik di Bantul

 Berdasarkan data yang diperoleh melalui berbagai sumber, hasilnya adalah sebagai berikut:


Melihat data tersebut diatas, kita akan diperlihatkan bahwa adanya penurunan, hal ini jelas diakibatkan selama proses adanya Covid 19 sangat mempengaruhi situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Wabah Covid yang berlangsung hampir 2 tahun dimulai tahun 2020 hingga puncaknya tahun 2021 dan tahun 2022 mulai pemulihan hingga tahun 2023 ini. Masa pandemi masa-masa penuh dengan perubahan termasuk dalam dunia peribadatan dan kebiasaan yang baru mulai ada dengan budaya online.

Kita lihat dibawah ini bahwa masyarakat Katolik Bantul menduduki peringkat 2 dalam jumlah karena orang Katolik di Kota Yogyakarta lebih banyak. Kota Yogyakarta jumlah masyarakat Katolik ada sekitar 41rb orang sementara di Bantul, masyarakat Katolik berada di angka 24.725.



Hal ini juga mempengaruhi data untuk Masyarakat Katolik yang berada di wilayah Bantul seperti pada data dibawah ini 


Berdasarkan tabel diatas, kita menjadi lebih mengetahui akan adanya sebaran masyarakat Katolik Bantul yang hidup di tengah masyarakat pada umumnya. Data Umat Katolik Bantul dikelompokkan menurut kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul.

Untuk menunjang hidup kehidupan beriman dan beragamanya tersedia tempat ibadah. Adapun tempat ibadah dari umat Katolik di DIY tersedia seperti di bawah ini:



Di Kabupaten Bantul ada beberapa Gereja dan Kapel Katolik tersebar di beberapa daerah dan wilayah teritori Gerejani yang amat berbeda dengan batas-batas yang dibuat di tingkat pemerintahan.

Dalam Gereja Katolik sendiri, secara khusus wilayah Gereja di Bantul termasuk dalam Keuskupan Agung Semarang. Sementara itu, dalam wilayah batas Keuskupan Agung Semarang, Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam 2 kevikepan Yogya Barat dan Timur.

Paroki yang berada di wilayah Kabupaten Bantul adalah Paroki Bantul, Paroki Ganjuran, Paroki Sedayu dan Paroki Pringgolayan. Hal ini dapat terlihat dari tabel / data berikut:



Tingkat hidup bersama dan bermasyarakat diantara umat Katolik dengan Masyarakat Bantul pada umumnya hidup aman, damai, rukun serta tercipta kasih persaudaraan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari data berikut:



Puji Tuhan, tingkat pidana konvensional di wilayah Bantul pun berkurang seperti tampak pada data berikut:


Bentuk kejahatan konvensional meliputi pencurian kendaraan bermotor, perjudian, pencurian kekerasan/pemberatan, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, penipuan, penggelapan, pembakaran, pengrusakan, pemalsuan, penculikan, dan pemerasan.









Jumat, 29 Desember 2023

MEMBUAT SKP melalui EKINERJA langsung gabung BKN

Untuk pembuatan SKP KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANTUL sudah langsung terintegrasi dengan BKN dan menjadi PILOT PROJECT sehingga perlu banyak hal yang harus saya pelajari dan berproses yang dibutuhkan suatu ketekunan, kesabaran, dan perlu diperkuat JARINGAN INTERNETnya demi KELANCARAN KEBERLANGSUNGAN PROSES ini


Link MY ASN

Selanjutnya untuk memperlancar proses pengerjaan dan memasukkan data, perlu dicermati bahwa data dimasukkan dalam drive untuk mengurangi banyak dokumen sehingga yang dibutuhkan hanyalah link penyimpannya.

Dalam pelaporan SKP ini dibagi dalam beberapa periode yakni dalam bentuk TRIWULAN dan TAHUNAN.

  • TRIWULAN 1
    • Bulan JANUARI - MARET
  • TRIWULAN 2
    • Bulan APRIL - JUNI
  • TRIWULAN 3
    • Bulan JULI - SEPTEMBER


  • TRIWULAN 4
    • Bulan OKTOBER - DESEMBER


TAHUNAN


Hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian SKP adalah RKH dan beberapa data pendukung yang menyertai kegiatan dan pelaporan yang perlu disertakan dalam setiap pelaksanaan tugas atau kegiatan penyuluhanku, Sebagaimana tersaji dibawah ini





Senin, 04 Desember 2023

BERTINDAK JUJUR

Ester 2:19-23, 6:1-3, 8:1-17

Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, 
lalu diberitahukannyalah kepada Ester, sang ratu, dan 
Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. 
(Ester 2:22)

Ketika sedang menyeterika, seorang pekerja rumah tangga menemukan sejumlah uang yang tertinggal di kantong celana majikannya. Uang itu memang tidak terlalu banyak, tapi dapat dipakai untuk mengurangi beban biaya perawatan anaknya yang sedang sakit. 

Lagipula, si majikan kemungkinan besar tidak sadar akan uang yang terselip itu. Sejenak ia menimbang untuk mengambil saja uang tersebut dan menganggapnya sebagai cara Tuhan menolong dirinya dan anaknya. Tetapi, akhirnya ia memutuskan untuk bertindak jujur dengan melaporkan dan mengembalikan uang itu kepada sang majikan.

Mordekhai juga menghadapi situasi serupa. Saat itu ia mencuri dengar rencana Bigtan dan Teresh untuk membunuh Ahasyweros, raja Persia yang sedang menjajah bangsa Yahudi. Sebagai orang Yahudi, Mordekhai tentu merindukan penjajahan ini segera berakhir. Kematian Ahasyweros akan membuat kerinduannya itu segera menjadi kenyataan. 


Tetapi, bersikap diam dan membiarkan seseorang terbunuh tentu bukan tindakan yang benar. Ia pun memilih untuk melaporkan hal itu kepada Raja dan membiarkan Tuhan sendiri yang membebaskan bangsanya menurut cara dan waktu-Nya. 

Kelak tindakannya ini mendatangkan keselamatan bagi bangsa Yahudi dari rencana Haman yang ingin memunahkan mereka.

Dalam hidup ini, bisa jadi kita menghadapi dilema serupa. Itulah kesempatan untuk belajar memilih bertindak dengan benar sambil beriman akan kesetiaan dan perlindungan Tuhan bagi kita yang taat kepada-Nya.

JIKA HARUS MEMILIH, 
PILIHLAH UNTUK MELAKUKAN PERKARA YANG BENAR,
BUKAN PERKARA YANG MENGUNTUNGKAN KITA SECARA PRIBADI

MENGATASI STRESS

Yesaya 26:1-21

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, 
sebab kepada-Mulah ia percaya. 
(Yesaya 26:3)

Menurut artikel dalam Wall Street Journal edisi Juni 2005, “Stres membunuh orang sama atau lebih banyak daripada kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman keras, atau tidak berolahraga. Stres juga merusak hippocampus, bagian otak yang berhubungan dengan ingatan dan belajar. Penelitian di University of London memperlihatkan bahwa stres mental kronis lebih banyak menyebabkan kanker dan penyakit jantung daripada merokok, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.”


Stres erat hubungannya dengan masalah keuangan, hubungan sosial, pekerjaan, peristiwa traumatis serta hal-hal kecil, seperti lalu lintas, pelayanan yang buruk, tumpukan cucian kotor, mengantar anak ke kegiatan ektrakurikuler. Karenanya, selama masih hidup di dunia, kita akan terus bersinggungan dengan stres.

Lalu apa yang harus kita lakukan? 

Perikhope ini menyebutkan bahwa kepercayaan kepada Tuhan mendatangkan damai sejahtera. 

Menurut Don Colbert, kata “damai sejahtera” dalam ayat ini dapat dibandingkan dengan kedamaian Yesus saat tertidur di atas perahu yang dihantam taufan dalam Lukas 8:23-25. Karena lelapnya, Dia tidak terusik oleh badai itu, dan terpaksa harus dibangunkan.

Yesus adalah Raja Damai dan Dia menyediakan damai sejahtera yang sama bagi kita. Kita memperolehnya dengan memusatkan perhatian pada janji Allah dalam firman-Nya dan memercayai-Nya. 

Ketika menghadapi stres, kita dapat berseru kepada-Nya, menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dan memercayai pemeliharaan-Nya.

BAGI SIAPAPUN YANG MENGAKU MEMERCAYAI ALLAH
TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIRINYA 
DIKUASAI STRES DAN KEKHAWATIRAN

CIRI KHAS

Efesus 4:17-32

Tetapi bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus. 
(Efesus 4:20)

Setiap orang memiliki ciri khasnya masing-masing. Ciri ini mencakup hal-hal yang nampak oleh mata maupun yang bersifat kebiasaan atau kepribadian. Ciri khas ini juga menunjukkan identitas seseorang. 


Sebagai contoh, seseorang yang memakai seragam polisi akan dikira sebagai seorang polisi. Seseorang yang berbicara dengan logat Jawa akan diduga sebagai orang Jawa.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun memiliki ciri khas yang menunjukkan identitas kita dan membuat kita berbeda dari orang lain. 

Ciri ini tentu bukan bersifat fisik atau penampilan, seperti memakai benda yang bersimbol Kristiani. Sebab orang yang tidak beragama Kristen pun bisa memakai simbol tersebut. 

Sebaliknya, ciri ini seharusnya mengacu pada sikap hidup yang menampakkan identitas kita sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Kristus dan telah menjadikan Dia sebagai Tuhan kita.

Kesadaran akan keselamatan yang telah kita terima tersebut akan menghadirkan sukacita dan pengharapan yang tiada henti di dalam hati kita. Kita tahu bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik, dan pada akhirnya Tuhan akan memulihkan segalanya di surga kelak. 

Sementara itu, kesadaran akan siapa Tuhan kita memotivasi kita untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Identitas ini harus terus kita ingat dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita perbuat sehingga hidup kita mencirikan hidup orang percaya. Kemudian, melalui kesaksian itu, kiranya orang lain akan mengenal Tuhan dan hidup kita menjadi berkat bagi mereka.

CIRI KHAS ORANG KRISTEN ADALAH 

SIKAP HIDUP SEBAGAI ORANG
YANG TELAH DISELAMATKAN 
DAN MENJADIKAN YESUS KRISTUS SEBAGAI TUHAN

PEMBAWA KABAR DAMAI

Yesaya 52:1-15

Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, 
yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, 
yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 
“Allahmu itu Raja!” 
(Yesaya 52:7)

Saat gempa mengguncang Yogyakarta pada 2006, ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang memperkeruh suasana. Tersebar isu bahwa tsunami segera menyusul. Sungguh ironis, ketika orang tengah ditimpa musibah dan memerlukan uluran tangan, ada oknum yang malah meniupkan kabar simpang-siur. Bukannya mendatangkan penghiburan dan ketenangan, kabar ini jelas membuat warga yang sudah kalut menjadi semakin panik.


Bacaan Kitab Suci ini, sebaliknya, berbicara tentang seorang pembawa kabar damai, kabar baik, dan kabar keselamatan bagi Sion. 

Waktu itu, umat Allah sedang tertekan karena runtuhnya Yerusalem dan penindasan Babel. Di tengah tekanan tersebut, Tuhan menyapa dan menenteramkan mereka melalui Nabi Yesaya. Dia memberi janji tentang datangnya pembawa damai dan keselamatan sejati, yakni Yesus Kristus. 

Dan, itu sungguh benar. Lihatlah bagaimana si lumpuh, si buta, si bisu, si tuli, si kusta, dan orang yang kerasukan setan disembuhkan-Nya. 

Lihatlah bagaimana Dia memberikan nyawa-Nya, agar setiap pendosa yang menerima-Nya mendapati jalan pendamaian dengan Allah (bandingkan dengan Roma 10:4-15).

Anda dan saya adalah pendosa yang sudah ditebus oleh-Nya. 

Maka, kita diutus untuk menjadi saksi yang meneruskan berita damai ke seluruh dunia. 


Di mana saja kita berada, biarlah berita damai itu diberitakan. Baik melalui tutur kata, terlebih melalui tindakan nyata dalam kasih, hingga Kabar Baik Injil pun menyejukkan dan mengubah hidup mereka yang gerah akan dosa. Dan, Allah kita dirajakan.

PEMBAWA BERITA KEBENCIAN, KEKERASAN, FITNAH, DIKUTUKI ORANG,
TETAPI PEMBAWA DAMAI DICINTAI DAN DISAMBUT BANYAK ORANG

TERIMA YANG BURUK

Ayub 2:1-10

Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! 
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, 
tetapi tidak mau menerima yang buruk?”..
(Ayub 2:10)

Timbul sebuah pertanyaan dalam pikiran saya ketika merenungkan jawaban Ayub atas pernyataan istrinya. 

Saya membayangkan betapa jengkel dan marahnya istri Ayub saat melihat kondisi suaminya yang begitu menyedihkan. Ia bahkan memaksa Ayub untuk mengutuki Allah, yang ia anggap bertanggung jawab atas semua tragedi yang menimpa mereka. Tetapi, Ayub dengan bijaksana menjawab bahwa ia tidak hanya mau menerima hal yang baik dari Allah, tetapi juga hal yang “buruk”.


Pertanyaannya, pernahkah Allah memberikan hal yang buruk kepada umat-Nya? Tidak pernah, bukan? Allah selalu memberikan hal yang terbaik untuk umat-Nya! 

Tragedi bukanlah pemberian Allah, namun Dia mengizinkan hal itu menimpa kita, agar kita lebih mengenal kuasa-Nya. Iman kita makin teruji ketika menghadapi dan melewati kondisi yang buruk itu. Reaksi dan respon kita terhadap sebuah tragedi memperlihatkan seberapa besar pengenalan kita akan Allah.

Ayub memandang tragedi yang dialaminya dengan cara yang benar. 

Ia tidak pernah mempersalahkan Allah sebab ia tahu bahwa Allah tidak pernah salah. 


Jujur saja, ketika mengalami sebuah tragedi hidup, kita acapkali dengan mudah merasa bahwa Allah tidak berlaku adil terhadap kita. Kita lupa bahwa semua itu pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan. 

Sekalipun saat ini kita tidak tahu kapan dan apa “hal terbaik” yang akan Tuhan nyatakan, kita dapat memilih bagian yang terbaik: percaya. 

Ya, percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.

ALLAH DAPAT MENGGUNAKAN HAL-HAL YANG TAMPAK BURUK SEKALIPUN
UNTUK MENYATAKAN KEBAIKAN-NYA DALAM HIDUP KITA

TELADAN ORANG TUA

Yesaya 49:14-21

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, 
sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? 
Sekalipun dia melupakannya, 
Aku tidak akan melupakan engkau. 
(Yesaya 49:15)

Sebagai orangtua, kadang saya terintimidasi dengan nasihat bahwa orangtua harus mendidik anaknya bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan teladan. Tentu saya ingin menjadi teladan, namun tidak sedikit cara hidup saya yang tidak patut diteladani. 

Bagaimana menyikapinya?

Untuk menggambarkan kesetiaan Allah, Yesaya antara lain membandingkan kasih Allah dengan kasih ibu. Ibu atau orangtua berpotensi melukai dan bahkan meninggalkan anak kandungnya, tetapi Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. 

Mengapa kita tidak menggarisbawahi fakta ini dalam pengasuhan anak?

Matthew Sims, dalam blog Grace for Sinners, bercerita bagaimana ia berjanji kepada anaknya. Anaknya berulang-ulang menagih janji itu. Karena belum dapat menepatinya, ia berkata, “Ayah mengasihimu dan, saat ayah berjanji, ayah akan berusaha keras untuk menepatinya. 

Namun, siapa coba yang tidak pernah melanggar janji? Tuhan. Sekalipun ayah sudah berusaha sebaik mungkin, bisa saja terjadi hal-hal yang tak terduga. Namun, tidak ada yang dapat menggagalkan rencana Tuhan. 


Dia merancangkan segala sesuatu dan memegang kendali atas segala situasi.”

Cara yang inspiratif! 

Dengan itu, anak diarahkan untuk memandang bukan kepada manusia, melainkan kepada Tuhan, dan mengandalkan kedaulatan-Nya. 

Anak juga melihat bahwa orangtuanya cukup rendah hati untuk mengakui kelemahannya dan bersedia berpaling kepada anugerah Tuhan untuk mengatasi kelemahan itu. 

Ini teladan yang bakal sulit dilupakan anak, bukan?

TELADAN TERBAIK YANG DAPAT DIBERIKAN ORANGTUA:
MENGARAHKAN ANAK UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA KESETIAAN TUHAN

JANGAN LENGAH

I Petrus 5:1-11

Sadarlah dan berjagajagalah! 
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum 
dan mencari orang yang dapat ditelannya. 
(1 Petrus 5:8)

Bruce Lee, aktor laga terkenal dari Hong Kong era 1960-1970-an, pernah berkata demikian, ”Jangan pernah memalingkan matamu dari lawan, bahkan pada saat kamu dalam posisi menunduk!” 

Saat bertarung, lawan adalah fokus sasaran kita. Sekali saja kita lengah, ia akan dapat menjatuhkan kita dengan kekuatan yang mungkin tak pernah kita perkirakan. Sekalipun kita terpaksa harus menundukkan kepala, seperti kata Lee, pandangan kita harus tetap terarah pada lawan.

Petrus juga mengingatkan jemaat agar sadar dan berjaga-jaga akan serangan Iblis. 

Apakah ini berarti kehidupan oang Kristen jadi serba tegang dan was-was kalau-kalau mendadak entah dari mana lawan kita menerkam? Syukurlah, tidak begitu. 

Fokus peringatan ini bukanlah kecemasan dalam menghadapi serangan musuh, melainkan pentingnya berserah pada Tuhan dan mengandalkan anugerah-Nya. Dalam pemeliharaan-Nya, kita mendapatkan kekuatan dan senjata untuk menghadapi tipu muslihat lawan.

Catatan kecil namun menarik dari Petrus adalah: “semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”. 


Dengan kata lain, kita tidak perlu berjuang seorang diri. Kita memiliki komunitas saudara seiman yang dapat mendukung kita: dengan saling mendoakan, dengan saling mengingatkan untuk tetap berpegang teguh dalam iman, dengan saling menghibur dan menguatkan. 

Dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah serta dalam persekutuan yang erat dengan saudara-saudara seiman, kita dikuatkan agar tetap teguh dan tidak goyah.

PENYERAHAN DIRI KEPADA TUHAN DAN PERSEKUTUAN DENGAN
SAUDARA SEIMAN MEMPERKUAT KITA DALAM MENGHADAPI PENCOBAAN

DIBALIK SILSILAH

Matius 1:1-17

Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. 
(Matius 1:1)

Nama dan sejarah menjadi pokok penting dalam karya Allah, dan mengandung makna yang mendalam bagi umat Yahudi. 


Abraham adalah leluhur termasyhur yang menerima Perjanjian Rahmat. Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas. Adapun pembuangan ke Babel adalah pengalaman mahapahit, namun sekaligus menjadi penanda dan juga realitas pembaharuan hidup yang hadir melalui air mata dan pertobatan. 

Jadi, ada karya Allah bagi hidup umat melalui perjanjian rahmat, pengharapan, dan pembaharuan hidup. Semua ini terpola dan terarah kepada Kristus dalam rangkaian sejarah keselamatan.

Menarik pula, jika kita cukup teliti membacanya, kita akan mendapati munculnya beberapa nama perempuan istimewa dalam daftar silsilah ini: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, dan Maria. 


Mengapa mereka istimewa? Maria jelas. Rut perempuan asing. Tamar dan istri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Inilah istimewanya karya Tuhan.

Karya Allah dalam sejarah menggunakan dan mengatasi kelemahan manusia dalam pergumulannya. 

Bukankah itu melegakan? Melalui kita pun dalam pergumulan dan bahkan kegagalan kita Allah dapat menguntai karya damai sejahtera ketika kita berserah kepada-Nya. 

Kiranya kita menjadi “rajutan” yang indah dalam ”kain” sejarah yang sedang dipintal oleh-Nya.

DI TANGAN ALLAH,
KITA SEMUA BERHARGA, AMAT BERHARGA!

Senin, 13 November 2023

MENS SANA IN CORPORE SANO

Matius 9:1-8

Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, 
dosa-dosamu sudah diampuni... 
Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! 
(Matius 9:2,6)

Judul renungan ini berarti "jiwa yang sehat ada di dalam tubuh yang sehat". 

Kesehatan jiwa mendukung kesehatan tubuh. Dunia kedokteran menunjukkan, banyak penyakit yang disebabkan oleh gangguan jiwa, seperti kecemasan, dendam, iri, putus asa. 

Di Palestina kuno pada zaman Yesus ada kepercayaan: orang yang sakit tidak akan sembuh jika dosanya belum diampuni. Tentu saja, tidak semua penyakit merupakan ganjaran dari dosa. Di sisi lain, semua manusia telah jatuh ke dalam dosa (Rom. 3:2).

Si lumpuh mungkin merasa terbelenggu dosa sehingga apatis dan putus asa, pasrah terhadap nasib. 

Syukurlah, teman-temannya peduli dan membawanya kepada Yesus. Dan Yesus Sang Mesias menyapanya, "Dosa-dosamu sudah diampuni. Bangun dan bawalah tilammu dan pulanglah ke rumahmu." 

Keyakinan bahwa dosanya diampuni menyebabkan si lumpuh itu segera bangun, lalu pulang. 

Para ahli Taurat menuduh Yesus menghujat Allah sebab hanya Allah yang dapat mengampuni dosa manusia. 

Tetapi, Yesus memberikan kepastian bahwa Dialah Anak Manusia, yaitu Allah Sang Putra yang mempunyai hak dan kuasa mengampuni dosa (ay. 6).

Dosa menyebabkan kita tidak lagi berpaut kepada Allah, dan kita hidup hanya dengan mengandalkan diri sendiri atau hal-hal lain. 

Akibatnya, jiwa kita menjadi sakit, dan tak jarang tubuh kita menjadi terganggu dan jatuh sakit pula. 

Kita dapat belajar mengembangkan persekutuan dengan teman-teman seiman yang rindu untuk menolong kita senantiasa dekat dengan Yesus; Dia pasti akan memedulikan kita.

DIA MAMPU MENYEMBUHKAN JIWAMU, 
DIA PEDULI PADAMU,
SEBAB DIALAH YESUS KRISTUS, 
GEMBALA JIWAMU

MENGANGKAT JALA KOSONG

Lukas 5:1-11

Simon menjawab, 
“Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan 
kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu,
aku akan menebarkan jala juga.” 
(Lukas 5:5)

Sebagian besar murid Yesus berprofesi sebagai penjala ikan. Karena daerah sekitar Galilea merupakan wilayah pantai, tak heran jika banyak penduduknya menjadi nelayan. 

Hari itu, sekumpulan nelayan, salah satunya bernama Simon, mengalami peristiwa yang luar biasa. Bayangan akan pundi-pundi yang kosong mungkin sempat melintas di benak mereka ketika mendapati bahwa hasil tangkapan ikan malam itu sangat buruk. 

Sepanjang malam mereka bekerja keras, tetapi mereka tidak berhasil mendapatkan seekor ikan pun.

Nasib mereka berbalik saat berjumpa dengan Yesus. 

Selesai berkhotbah, Yesus memerintahkan agar mereka menebarkan jala ke tempat yang dalam. 

Ada kemungkinan Simon menebarkan jala dengan sedikit keraguan. “Tahu apa Tukang Kayu ini tentang ikan?” 

Namun, Simon justru melakukan perintah Yesus dan keraguannya pun berubah menjadi rasa takjub. 

Jala mereka penuh dengan ikan! 

Saking banyaknya, ikan-ikan itu nyaris mengoyakkan jala dan menenggelamkan perahu mereka. 

Hari itu, Yesus memberi mereka pengalaman yang menakjubkan. Pengalaman yang tidak akan Simon lupakan seumur hidupnya.

Hari-hari ini mungkin kita sedang membayangkan hal-hal negatif akibat kondisi sulit yang kita hadapi atau kegagalan yang kita alami. 

Kita sudah berusaha sebaik mungkin, namun masih juga “mengangkat jala kosong”. 

Datanglah pada Tuhan Yesus, dengarkan firman-Nya, dan lakukan apa yang Dia perintahkan. Dia senantiasa menyertai Anda, tak bakal meninggalkan Anda seorang diri. 

Nantikanlah kejutan dari-Nya!

TIDAK ADA JALA KOSONG
JIKA YESUS ADA 
DALAM PERAHU KEHIDUPAN KITA

MEMPERJUANGKAN HARI AYAH

1 Petrus 1:13-25

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa... 
maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 
(1 Petrus 1:17)

Pada 1909 Sonora Smart Dodd mendengar kotbah di gereja tentang Hari Ibu. Ia satu dari enam bersaudara yang dibesarkan oleh ayahnya seorang diri. Ibu mereka sudah meninggal. Ia pun meminta pendetanya untuk mengadakan peringatan Hari Ayah pada tahun berikutnya. Sonora lalu mempromosikan ide itu secara nasional, mendorong masyarakat menghargai jerih payah dan perjuangan para ayah. Namun, usulannya tidak langsung bergaung, dan baru pada 1972 pemerintah AS menetapkan Minggu ketiga bulan Juni sebagai Hari Ayah.

Ya, para bapak layak dihargai atas peran dan dampak mereka. Terlebih lagi Bapa Surgawi! Rasul Petrus menuliskan bahwa sebutan Bapa menggarisbawahi kedudukan kita sebagai anak-Nya. Kehormatan ini sekaligus mengandung tanggung jawab, mendorong kita untuk hidup dalam ketakutan. Bukan takut karena ngeri, melainkan karena hormat. Artinya, kita menjalani hidup dengan berhati-hati, tidak sembrono, tidak menyia-nyiakan hidup yang berharga ini dengan perbuatan sia-sia. Dia telah menebus hidup kita dengan harga yang teramat mahal (ay. 18-19). Sudah sepatutnya kita tidak mendukakan hati Bapa dan tidak memandang ringan pengurbanan Anak-Nya.

Kita juga perlu ingat, kita hanya menumpang di dunia ini. Dunia ini bukan rumah kita, hanya sementara kita tinggal di sini (ay. 24). Persekutuan abadi dengan Bapa, itulah “rumah” kita yang sesungguhnya. Dengan sikap ini, kita belajar menghargai pengurbanan Bapa melalui anak-Nya dan menyenangkan hati-Nya.

DIA MEMBERI KITA KEHORMATAN UNTUK MENJADI ANAK-NYA,
MARILAH KITA MENGHORMATI-NYA SEBAGAI BAPA

DARI YANG KECIL

Matius 25:14-30

Engkau telah setia dalam hal kecil, 
aku akan memberikan kepadamu... hal yang besar. 
(Matius 25:21)

Benyamin Franklin suatu kali pernah berkata, “Pukulan-pukulan kecil dapat menumbangkan pohon oak yang besar!” Memang mengherankan. Banyak hal yang penting dan besar di dunia ini berasal dari hal yang kecil. Tahukah Anda bahwa sarang laba-laba di sebuah kebun merupakan inspirasi pembuatan jembatan gantung? Suara ketel di atas kompor memberi inspirasi penciptaan mesin uap? Sebuah apel yang jatuh dari pohon memberi inspirasi penemuan hukum gravitasi!

Prinsip serupa juga berlaku dalam pelayanan Kristen. Pelayanan besar tidak akan pernah ada tanpa dimulai terlebih dahulu dari pelayanan yang kecil dan sederhana. Sering kali saat kita melihat seorang hamba Tuhan yang sudah terkenal, kita hanya melihat kesuksesan dan kemasyhurannya. Kita jarang mempertimbangkan bagaimana ia merintis pelayanannya dari awal dan mengembangkannya dengan tekun.

Saat melihat Yosua, misalnya, kita kadang hanya melihat kebesarannya ketika ia memimpin jutaan rakyat Israel masuk ke tanah perjanjian. Tetapi, pernahkah terlintas dalam benak Anda bahwa sebelum karier Yosua menanjak demikian luar biasa, ia terlebih dulu menjadi bujang atau pelayan Musa?

Ketika Tuhan memercayakan kepada Anda suatu pelayanan, jangan pernah menolaknya hanya gara-gara pelayanan itu tampak kecil atau remeh. Tuhan tidak melihat besar-kecilnya pelayanan kita, melainkan kesetiaan kita dalam menjalaninya. Kesetiaan kita dalam perkara kecil mempersiapkan kita untuk setia pula ketika Tuhan mempercayakan perkara yang lebih besar.

SEMUA HAL YANG BESAR SELALU DIAWALI HAL YANG PALING KECIL

TIDAK PERNAH SIA-SIA

Yohanes 4:31-38

Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 
(Yohanes 4:37)

Seorang misionaris di Amerika Tengah menulis, “Pekerjaan di sini sangat berat. Aku harus naik perahu sepanjang hari dan pada malam hari aku tidur di atas tumpukan kulit di atas dek. Orang-orang di sini tidak tertarik pada Injil sekalipun aku sudah berusaha memenangkan mereka. Akibatnya aku sering ingin menghentikan usahaku. Meskipun demikian, didorong oleh teladan Rasul Paulus, aku tetap berlari tanpa ragu, menyadari bahwa Allah tidak menuntut keberhasilan, tetapi kesetiaanku.”

Dalam pewartaan kkabar sukacita, ketika orang belum dapat menerima kabar baik dan belum dapat percaya kepada Tuhan Yesus, bukan berarti upaya kita gagal dan sia-sia. Meskipun saat ini orang itu belum dapat menerimanya, kita tahu bahwa berita yang kita sampaikan itu merupakan “benih” yang hidup. 

Firman itu akan terus bekerja dalam diri orang itu sehingga suatu saat, oleh karya Roh Kudus, tidak mustahil ia bertobat. Mungkin dengan cara yang tidak kita pikirkan.

Firman Allah mengingatkan kita bahwa ada orang yang menabur dan ada orang lain yang menuai. Jika upaya pewartaan kita belum membuahkan hasil nyata, anggaplah bahwa kita sedang menabur. 

Kita dapat mengucap syukur dan berharap suatu saat nanti ada saudara seiman lain yang berhasil memenangkan orang itu. Dalam kedaulatan Tuhan, benih firman yang kita taburkan tidak akan terhilang sia-sia. Tuhan menghendaki kita setia dalam melakukan bagian kita: memberitakan firman-Nya. 

Ada pun iman dan pertobatan seseorang, itu adalah bagian-Nya.

TUGAS KITA YANG TERUTAMA ADALAH MENABURKAN BENIH FIRMAN;
TUHANLAH YANG BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MENUMBUHKANNYA.

TIDAK NGAMBEK

2 Samuel 12:15-23

Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa?
Dapatkah aku mengembalikannya lagi?
Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.
(2 Samuel 12:23)

Ketika masih bersekolah di bangku SMP, ada seorang teman yang sempat tidak masuk sekolah sampai berminggu-minggu. Selidik punya selidik, kabarnya ia minta kepada ayahnya untuk dibelikan sepeda motor. Tapi permintaannya ini ditolak. Bukan karena si ayah tidak mampu membelikan, tapi karena si ayah merasa bahwa sepeda motor itu akan lebih banyak mendatangkan keburukan daripada manfaat bagi si anak. 

Si anak tidak bisa menerima keputusan ini dan menjadi marah. Kemarahannya ini ia ungkapkan dengan membolos tadi.

Suatu ketika Daud berdoa memohon kepada Tuhan supaya anaknya sembuh. Ia mengajukan permohonan dengan begitu bersungguh-sungguh sampai para pegawainya khawatir mengenai apa yang akan terjadi jika permohonannya tidak terkabul dan anak itu meninggal. 

Ketika anak itu akhirnya sungguh-sungguh meninggal, ternyata Daud justru bisa menerimanya dengan rela. Ia tidak menjadi kecewa kepada Tuhan, melainkan menerima bahwa Tuhan itu berdaulat penuh dan berharap bahwa kelak ia akan kembali bertemu dengan anaknya itu.

Kita bebas dan perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu yang kita inginkan dari Tuhan seperti Daud. 

Tetapi, ketika doa tersebut sudah dijawab dan jawabannya adalah “tidak”, kita harus menerimanya dengan lapang dada. 

Kita perlu percaya bahwa Tuhan berdaulat dan bisa dipercaya sehingga penolakan-Nya pun merupakan jawaban terbaik bagi kita. Jangan sampai kita menjadi kecewa dan ngambek seperti teman saya tadi.

KALAU TUHAN TIDAK MENGABULKAN DOA KITA, 
TERIMALAH DALAM IMAN
BAHWA PENOLAKAN-NYA ITU ADALAH JAWABAN TERBAIK BAGI KITA

APA ARTI BERKOMITMEN

Daniel 1:1-21

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja 
dan dengan anggur yang biasa diminum raja. 
(Daniel 1:8)

“Saya akan berkomitmen!” Mungkin kita telah mengucapkan kalimat ini berulang-ulang. Tetapi, apakah kita memahami makna kata tersebut? Jujur saja, bukankah kita kerap melanggar apa yang menjadi komitmen kita? Arti paling sederhana dari komitmen adalah janji. Kita berjanji untuk melakukan ini atau tidak melakukan itu dan memutuskan untuk bersikap begini atau begitu. Nah, apakah kita konsisten dengan komitmen kita?

Komitmen adalah perkataan yang menyatakan sebuah kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Komitmen mengandung unsur kontinuitas. Artinya kita bersedia untuk melaksanakan janji kita tidak hanya pada saat ini, tetapi berkelanjutan dan secara terus menerus. Komitmen dibangun dengan sebuah kasih yang tulus dan tanpa kepura-puraan.

Demikianlah juga jika kita hendak berkomitmen kepada Tuhan. Memiliki komitmen kepada Tuhan berarti kita mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan dan mengandalkan anugerah-Nya.

Daniel merupakan salah satu contoh orang yang berkomitmen teguh. Dia mengerti perintah Allah untuk menjaga kekudusan dan memantapkan diri tidak memakan makanan dari Raja. Dia menjalankan totalitas hidup di tengah tantangan yang mungkin bisa membinasakan dirinya. Daniel akhirnya mendapatkan kasih karunia, penyertaan, dan berkat Tuhan sehingga ia mampu menjaga komitmen dan ketetapan hatinya untuk tidak menajiskan diri. Komitmennya tidak berubah sekalipun situasi di sekelilingnya terus berubah. Daniel dimampukan untuk tetap mengasihi Tuhan sekalipun tekanan hidup menghimpitnya. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda dan saya?

KOMITMEN MELAHIRKAN KESUNGGUHAN DAN KETEGUHAN
DALAM MENGHADAPI SITUASI HIDUP YANG BERUBAH-UBAH

MERATAP DALAM IMAN

Ratapan 3:1-66

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, 
tak habishabisnya rahmat-Nya, 
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 
(Ratapan 3:22-23)

Suatu hari seorang teman berkeluh kesah bahwa ia sedang meratap. Situasi yang ia hadapi saat itu memang berat; kita akan maklum jika orang yang mengalaminya bersedih. Masalahnya, ia merasa bersalah atas ratapannya itu. Ia beranggapan, kesedihan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh beriman. Baginya, iman akan kebaikan Allah membuat orang Kristen sama sekali tidak punya alasan lagi untuk bersedih, apalagi sampai meratap.

Pemahaman ini kurang sesuai dengan pengalaman para tokoh Alkitab, termasuk nabi Yeremia yang menulis kitab Ratapan ini. Kitab ini berisi ratapan sang nabi ketika melihat nasib bangsanya yang porak-poranda. Reaksi seperti itu tentu wajar dan sudah selayaknya ditunjukkan oleh orang Israel yang mencintai bangsanya. Dan, ratapan tersebut bukan menandakan bahwa Yeremia kehilangan iman. Sebaliknya, justru di dalam ratapan itulah terkandung iman yang amat besar akan kebaikan Allah. Meskipun meratapi keadaan sekelilingnya yang tampak begitu suram, ia menyadari bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berkurang sedikit pun. Keyakinan ini memampukannya untuk meratap tanpa kehilangan pengharapan.

Kita dapat meneladani sikap ini. Beriman bukan berarti senantiasa tampak tegar. Jika suatu situasi memang layak ditangisi, janganlah ragu untuk meratap dan berseru kepada Tuhan. Ya, kita bukan meratap dalam keputusasaan, melainkan meratap dengan penuh iman, dengan menantikan pertolongan Tuhan untuk menghadapi situasi yang berat tersebut.

ORANG BERIMAN BUKANLAH ORANG YANG TIDAK PERNAH MERATAP,
MELAINKAN ORANG YANG MERATAP DALAM IMAN

Minggu, 12 November 2023

STOP PRASANGKA BURUK

Yohanes 1:43-51

Kata Natanael kepadanya, 
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" 
(Yohanes 1:46)

Seorang teman menceritakan pengalaman yang menjengkelkan di sebuah bandara di Amerika Serikat. Saat pemeriksaan paspor, entah mengapa tiba-tiba beberapa petugas membawanya ke kantor untuk diinterogasi. Rupanya mereka curiga karena kota asal teman saya, menurut informasi yang mereka ketahui, adalah sarang teroris. Perlu waktu berjam-jam bagi teman saya untuk meyakinkan bahwa dirinya "bersih" dan barulah petugas bandara mempercayainya.

Nazaret berlokasi di pegunungan sebelah selatan Galilea, dekat persimpangan jalan kafilah besar dalam rute perdagangan era itu. Pasukan Romawi yang bertugas di Galilea ditempatkan di kota kecil ini. Orang Nazaret selalu berhubungan dengan bangsa-bangsa dari seluruh dunia sehingga berita dunia cepat sampai kepada mereka. Mereka bersikap independen, tak terikat, sikap yang dianggap rendah oleh orang Yahudi lain. Barangkali inilah alasan di balik komentar Natanael. Ia berprasangka buruk dan menyamaratakan seluruh penduduk kota itu, padahal ada seseorang yang sungguh-sungguh baik tinggal di sana: Yesus, Sang Mesias.

Kita semestinya berhati-hati agar tidak terlalu cepat berprasangka buruk dan menilai orang hanya berdasarkan asal-usul atau tempat tinggalnya. Belum tentu ia berperilaku buruk seperti dugaan kita, bukan? Kita menilai secara tidak adil, membangun tembok, dan tidak berinisiatif untuk mengenal orang lain secara mendalam. Jika kita bersikap seperti itu, bagaimana kita akan menunjukkan kasih Kristus kepadanya?

KITA TIDAK AKAN MAMPU MENGASIHI SESEORANG
SELAMA PIKIRAN KITA PENUH DENGAN PRASANGKA BURUK

Kamis, 09 November 2023

32 TUGAS PENYULUH AGAMA KATOLIK

Permenpanrb Nomor 9 Tahun 2021 Bagian Ketiga tentang Uraian Kegiatan Sesuai Jenjang Jabatan, Pasal 8 ayat (2) huruf a.

Uraian kegiatan tugas Jabatan Penyuluh Agama Katolik PPPK Ahli Pertama masuk dalam Kategori I meliputi wilayah mulai dari tingkat kecamatan.

Dalam hal Penyuluh Agama Katolik ditetapkan pada Unit Kerja tingkat Kabupaten/Provinsi, maka Penyuluh Agama Katolik PPPK Ahli Pertama tetap melaksanakan tugas bimbingan atau penyuluhan mulai dari Tingkat Kecamatan.

 

Uraian kegiatan Penyuluh Agama Katolik PPPK kategori Ahli Pertama, meliputi:

1.    Mengidentifikasi bahan rencana kerja pendataaan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

2.    Menyusun instrumen pendataan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

3.    Melakukan pendataan atau inventarisasi data umum di wilayah sasaran;

4.    Melakukan pendataan atau inventarisasi data dan rekapitulasi kelompok sasaran dalam bentuk tabulasi di wilayah sasaran;

5.    Melakukan pemaparan atau ekspose hasil pendataan atau inventarisasi data di wilayah sasaran;

6.    Menyusun materi konseling atau informasi Kategori I;

7.    Melakukan pelayanan konseling atau informasi Kategori I;

8.    Menyusun rencana kerja operasional bulanan program bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

9.    Menyusun rencana kerja tahunan program bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

10. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk naskah;

11. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk slide;

12. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk flyer;

13. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk infografis;

14. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk poster;

15. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk booklet;

16. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk rekaman audio;

17. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk video;

18. Melakukan pembentukan kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

19. Melakukan bimbingan atau penyuluhan tatap muka kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

20. Melakukan bimbingan atau penyuluhan berbasis teknologi informasi kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk media sosial;

21. Melakukan bimbingan atau penyuluhan berbasis teknologi informasi kepada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I dalam bentuk radio dan televisi;

22. Melakukan pendampingan masalah agama dan pembangunan bagi masyarakat sasaran umum dan atau khusus Tingkat I;

23. Melakukan mediasi masalah agama dan pembangunan bagi masyarakat sasaran umum dan atau khusus Tingkat I;

24. Menyusun instrumen pemantauan dan evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

25. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

26. Memetakan kebutuhan kerjasama lintas sektoral dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

27. menyusun pola strategi kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkaittingkat kecamatan;

28. Melaksanakan kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

29. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kerjasama lintas sektoral program bimbingan atau penyuluhan dengan lembaga pemerintah atau swasta terkait tingkat kecamatan;

30. Mendesain pengembangan model atau metode atau program bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I;

31. Mengembangkan model atau metode atau program kegiatan bimbingan atau penyuluhan pada kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I; dan

32. Menyusun pedoman bimbingan atau penyuluhan bagi kelompok sasaran masyarakat umum dan atau khusus Tingkat I