Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 05 Februari 2024

KEKUATAN CINTA

1 Korintus 13

Kasih itu… 
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 
(1 Korintus 13:5b)

Tom Riddle, salah satu tokoh jahat dalam serial Harry Potter, sebenarnya adalah pribadi yang rapuh.
Ia sangat jahat karena memendam kepahitan sejak masa kanak-kanak. 
Ia dendam pada sang ayah yang meninggalkannya sewaktu masih dalam kandungan ibunya. 
Didorong oleh dendam kesumat itu, ia mencari tahu keberadaan ayahnya dan, sewaktu menemukannya, tak segan membunuhnya. 


Ia tidak memiliki cinta untuk mengalahkan dendam dan kebencian yang terus membara di dalam hatinya. Kejahatan dan kekejian menyelubunginya sampai ia tewas dalam ambisinya untuk menguasai dunia.

Kita lebih mudah menyimpan dendam membara akibat perlakuan orang yang kita anggap tidak adil. 

Sebaliknya, kita sulit mengingat kebaikan yang pernah orang berikan bagi kita. Beribu kebaikan serasa tak berarti lagi gara-gara suatu pelanggaran yang terjadi. 

Satu kesalahan bisa menghancurkan segalanya, menjerat kita dalam kekejian.

Tetapi, jika kita memiliki kasih yang Tuhan karuniakan kepada orang percaya, kita bisa mengalahkan sakit hati dan kepahitan yang menghampiri kita. 

Sabda Tuhan ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah. Artinya, orang yang memiliki kasih tidak akan mudah naik darah. Kasih juga tidak menyimpan kesalahan orang lain. 

Kita berusaha menyelesaikan masalah secepat mungkin dan melupakan kesalahan orang lain. Bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kelemahlembutan dan pengampunan. Kalaupun orang itu belum menyadari kesalahannya dan meminta maaf, kita sudah lebih dulu mengampuninya.

TIDAK ADA ORANG YANG TERLALU MISKIN
SEHINGGA TIDAK MAMPU MEMBERIKAN CINTA

MENJAGA LIDAH

Yakobus 3:1-12

Siapa tidak bersalah dalam perkataannya, 
ia orang yang sempurna, 
yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
(Yakobus 3:2)

Charles Spurgeon dan istrinya suatu saat menjual telur ayam peliharaan mereka. Mereka benar-benar menjualnya, tidak memberikan secara cuma-cuma, bahkan kepada saudara atau kerabat dekat. Beberapa orang menganggap mereka pelit. 

Suami-istri itu membiarkan saja berita itu beredar tanpa berusaha membela diri. Akhirnya, terkuaklah apa yang sebenarnya terjadi. 

Ternyata hasil penjualan telur itu digunakan Spurgeon dan istrinya untuk menyokong hidup dua janda lanjut usia. Mereka bersepakat untuk menolong tanpa diketahui orang lain.

Kita hidup di tengah dunia yang begitu mudah membicarakan masalah dan keburukan orang lain. Lihat saja tayangan televisi atau ambillah lembaran koran, kita akan mendapati banyak liputan gosip tak sedap. 

Tanpa sadar kita jadi mulai terbiasa dan ikut terseret dalam arus kebiasaan itu. Betapa sering kita menilai seseorang sebatas apa yang kita lihat dan kita ketahui. Alih-alih mencari fakta yang sebenarnya, mendoakan, dan menjaga nama baik orang itu, kita cenderung mempergunjingkannya.

Kitab Suci mengajarkan pentingnya mengendalikan lidah. 

Salah satu caranya dengan tidak menyebarluaskan atau membicarakan masalah seseorang pada orang lain yang tak perlu mengetahuinya. 

Jika saudara kita berbuat salah, kita diminta untuk menegurnya dengan kasih, bukan mempergunjingkannya. Nah, sebagai anak Allah, kita sepatutnya belajar menggunakan lidah untuk mengasihi, bukan untuk menyakiti satu sama lain.

LIDAH YANG TAK TERKENDALI MENDATANGKAN KEMATIAN.
LIDAH YANG TERKENDALI MEMBUAHKAN KEHIDUPAN.

ORANG NOMOR DUA

Kisah Para Rasul 11:19-30

Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; 
dan setelah bertemu dengan dia, 
ia membawanya ke Antiokhia. 
(Kis11:25)

Tidak banyak orang siap menjadi nomor dua, apa lagi jika ia telah lama menjadi orang nomor satu. Realitas ini juga berlaku dalam dunia pelayanan. Barnabas termasuk salah satu orang yang memiliki kesiapan itu.

Orang-orang percaya, termasuk para rasul, meragukan pertobatan Saulus dan menolaknya karena takut. Barnabaslah yang bersedia menerimanya dan meyakinkan para rasul. Karena terancam, Saulus akhirnya kembali ke Tarsus, desa asalnya (Kis. 9:26-30). 

Beberapa tahun kemudian, orang-orang percaya tersebar karena penganiayaan. Namun, terjadi pula pertumbuhan di banyak tempat, salah satunya di Antiokhia. Jemaat Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi mereka.

Menyaksikan jemaat Antiokhia, Barnabas bersukacita. Ia sadar mereka memerlukan pembimbing. Dan ia tahu, Saulus orang yang tepat untuk menjalankan tugas itu. Ia mencari Saulus dan mengajaknya melayani bersama di Antiokhia. Kemudian, Saulus (nantinya menjadi Paulus) semakin menonjol dan berpengaruh dalam pelayanan. Bahkan, mereka sering disebut “Paulus dan kawan-kawannya” saja. Peran Barnabas seolah tidak terlihat lagi, namun ia tetap melayani dengan setia.


Ketika orang yang kita bimbing menjadi lebih menonjol dalam pelayanan atau di bidang lain, bersediakah kita berbesar hati mendukungnya? Atau, kita tergoda untuk menyingkir karena sakit hati dan bahkan merongrongnya? 

Kita perlu meneladani Barnabas yang rela menjadi tak terlihat, asalkan pelayanan terus maju demi kemuliaan Allah.

DI ATAS PANGGUNG ATAU DI BALIK LAYAR,
HENDAKNYA KITA TETAP BERPERAN DENGAN EFEKTIF 
UNTUK MEMAJUKAN PELAYANAN BERSAMA

KAYA HATI

2 Korintus 8:1-7

Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, 
sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, 
namun mereka kaya dalam kemurahan. 
(2 Korintus 8:2)

Wahyudin, seorang pemulung dari Bekasi, tidak dapat melanjutkan kuliah karena kekurangan biaya. Namun, ia tidak meratapi diri. Ia malah tergugah untuk membantu warga tidak mampu di lingkungannya. Ia pun menggalang dana dari menjual gorengan buatan ibunya dengan harga khusus. 

Ternyata banyak orang tergerak mendukungnya sehingga terkumpul beasiswa melebihi perkiraannya. Ia sendiri akhirnya bisa melanjutkan kuliah dan meluangkan waktu memberi les bahasa Inggris gratis untuk anak-anak kampungnya.

Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati jemaat Makedonia dalam menolong jemaat di Yerusalem yang menderita dan miskin (ay. 2). Jemaat Makedonia sendiri juga menderita, namun kasih Allah yang ada dalam hati mereka, membuat mereka tetap bersukacita dan peduli pada orang lain. 

Mereka tidak terjebak dalam sikap mengasihani diri sendiri. Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi memilih berbelas kasih dan menolong orang lain yang membutuhkan. Bahkan mereka memberi melampaui kemampuan, bukan karena mereka kaya, melainkan karena berlimpah dalam kasih (ay. 3).


Kita sering sibuk dengan persoalan dan kesulitan pribadi sampai lupa dan tidak peduli bahwa di luar sana masih banyak yang lebih menderita dan membutuhkan pertolongan. 

Kiranya kita belajar untuk tidak hanya berfokus pada kesukaran dan penderitaan pribadi, tidak putus asa dan meratapi diri, tetapi tetap bersuka cita dan peduli pada orang lain.

SIKAP MENGASIHANI DIRI SENDIRI 
MELUMPUHKAN RASA BELAS KASIH
TERHADAP SESAMA

Rabu, 31 Januari 2024

Senin, 29 Januari 2024

PENDAMPINGAN Bina Iman Anak Piyungan

Dalam kesempatan ini. Kami mencoba mengenali kehendak Tuhan dalam kehidupan. Sudah seminggu papa Vico dipanggil Tuhan. Ya. Seorang anak 10 tahun kehilangan sosok ayah yang dicintai.


Dalam kehidupan kita hanya nglakoni. Tuhan yang menentukan. Belajar nrima. Waktu Tuhan pasti yang terbaik.


Hanya Doa dan Doa yang teriring untuk mereka baik yang masih di dunia maupun jiwa yang menghadap Bapa di Surga.

Sabtu, 20 Januari 2024

GENERASI TANPA TUHAN

Hakim-Hakim 2:6-16

... bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain,
 yang tidak mengenal TUHAN 
ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel. 
(Hakim-Hakim 2:10)



Eropa sebelum abad ke-19 boleh dikatakan pusat kekristenan dunia. Dari sinilah kekristenan tersebar ke seluruh dunia. 

Akan tetapi, beberapa survei menunjukkan bahwa pada saat ini kekristenan di Eropa mengalami penurunan drastis. Banyak orang sudah enggan ke gereja lagi. 

Gereja menjadi kosong sehingga tidak aneh jika kemudian gereja berubah fungsi. Ada yang menjadi ruang pameran, tempat hiburan, atau museum.

Kondisi yang sama pernah terjadi dalam kehidupan bangsa Israel. Pada masa kepemimpinan Yosua, mereka menyembah kepada Allah. 

Akan tetapi, kondisinya jauh berbeda setelah Yosua meninggal. Generasi berikutnya tidak lagi mengenal Tuhan dan karya yang telah dilakukan-Nya bagi bangsa Israel. Bahkan mereka menyembah kepada ilah-ilah lain. 

Ironis, karena pada mulanya Tuhan memilih bangsa Israel untuk suatu rencana agung. Tuhan ingin mereka bisa membawa bangsa lain datang kepada-Nya. Tetapi, generasi penerus ini tidak memahami maksud Tuhan, dan malah mengikuti penyembahan berhala oleh bangsa lain. 

Tidak heran hal ini membangkit kan murka Tuhan. Ada yang salah dalam kehidupan rohani bangsa Israel sehingga generasi penerusnya meninggalkan Tuhan.


Kita juga ditetapkan untuk mengajarkan iman yang benar kepada anak kita. 


Setiap orangtua Kristen bertanggung jawab untuk memperkenalkan kasih Tuhan kepada anaknya, dengan harapan nantinya mereka menjadi orang beriman. 

Jika kita lalai, besar kemungkinan anak cucu kita kelak tidak lagi percaya kepada Tuhan.

KETIKA KITA MENGAJARKAN IMAN DENGAN SETIA,
KITA MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG MENGASIHI TUHAN