Kisah Para Rasul 11:19-30
Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus;
dan setelah bertemu dengan dia,
ia membawanya ke Antiokhia.
(Kis11:25)
Tidak banyak orang siap menjadi nomor dua, apa lagi jika ia telah lama menjadi orang nomor satu. Realitas ini juga berlaku dalam dunia pelayanan. Barnabas termasuk salah satu orang yang memiliki kesiapan itu.
Orang-orang percaya, termasuk para rasul, meragukan pertobatan Saulus dan menolaknya karena takut. Barnabaslah yang bersedia menerimanya dan meyakinkan para rasul. Karena terancam, Saulus akhirnya kembali ke Tarsus, desa asalnya (Kis. 9:26-30).
Beberapa tahun kemudian, orang-orang percaya tersebar karena penganiayaan. Namun, terjadi pula pertumbuhan di banyak tempat, salah satunya di Antiokhia. Jemaat Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi mereka.
Menyaksikan jemaat Antiokhia, Barnabas bersukacita. Ia sadar mereka memerlukan pembimbing. Dan ia tahu, Saulus orang yang tepat untuk menjalankan tugas itu. Ia mencari Saulus dan mengajaknya melayani bersama di Antiokhia. Kemudian, Saulus (nantinya menjadi Paulus) semakin menonjol dan berpengaruh dalam pelayanan. Bahkan, mereka sering disebut “Paulus dan kawan-kawannya” saja. Peran Barnabas seolah tidak terlihat lagi, namun ia tetap melayani dengan setia.
Ketika orang yang kita bimbing menjadi lebih menonjol dalam pelayanan atau di bidang lain, bersediakah kita berbesar hati mendukungnya? Atau, kita tergoda untuk menyingkir karena sakit hati dan bahkan merongrongnya?
Kita perlu meneladani Barnabas yang rela menjadi tak terlihat, asalkan pelayanan terus maju demi kemuliaan Allah.
DI ATAS PANGGUNG ATAU DI BALIK LAYAR,
HENDAKNYA KITA TETAP BERPERAN DENGAN EFEKTIF
UNTUK MEMAJUKAN PELAYANAN BERSAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar