Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 09 Februari 2023

Roh pengenalan akan Tuhan

Efesus 1:15-23

…supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat 
dan 
wahyu untuk mengenal Dia dengan benar 
(Efesus 1:17)

Dalam sebuah konferensi Alkitab, Prof. Ludwig Kopfwissen dari Universitas Wissenheim menyampaikan makalah “Doktrin Paulus tentang Pembenaran oleh Iman”. Ia menjelaskan doktrin ini dengan sangat baik. Di akhir kuliahnya, semua pendengar memberikan tepuk tangan yang meriah karena mereka begitu kagum. Namun, sebelum kembali ke tempat duduknya, ia mengucapkan komentar yang amat mengejutkan, “Tetapi, semuanya hanyalah omong kosong!” Sang pakar Alkitab ternyata bukanlah seorang yang beriman. Bagaimana bisa seseorang yang meneliti dan menguasai firman Tuhan, tetapi tidak percaya pada Tuhan?

Hal ini sangatlah mungkin karena firman Tuhan tak pernah berdiri sendiri untuk menjamah dan mengubah hati orang. Kuasa firman Tuhan berasal dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati seseorang. Demikianlah keyakinan Paulus. Sebab itu, ia berdoa supaya Roh Kudus senantiasa menolong orang percaya untuk mengenal Tuhan (ayat 17). Roh Kuduslah yang dapat menerangi hati kita untuk memahami pengharapan, kemuliaan, kuasa, dan karya Bapa melalui Kristus untuk menebus dunia ini (ayat 18-21).

Tanpa Roh Kudus, kita tidak akan mengalami kuasa transformasi dari firman-Nya dalam kehidupan ini. John Owen, teolog dari abad ke-17, memperingatkan kita, “Jika Roh Kudus tidak bekerja bersama firman-Nya maka Alkitab hanyalah kumpulan huruf mati.” Adakah kita senantiasa bergantung pada Roh Kudus saat membaca dan mendengarkan firman-Nya? Berdoalah selalu agar Roh Kudus membuka hati kita setiap kali berhadapan dengan firman-Nya

DALAM SEKOLAH KEHIDUPAN
ROH KUDUS 
ADALAH 
GURU 
DAN 
ALKITAB 
ADALAH 
BUKU WAJIBNYA

ULat Jadi kupu-kupu

Kejadian 50:15-21

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan ... (Kejadian 50:20)

Seorang kawan mengirimi saya SMS menggelitik, ”Aku meminta dari Tuhan setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus jelek dan berduri. Aku meminta kupu-kupu, Dia memberiku ulat. Aku kecewa dan sedih! Namun, beberapa hari kemudian, kaktus itu berbunga indah sekali dan ulat itu menjelma menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Itulah jalan Tuhan: selalu indah pada waktu-Nya.”

Jalan Tuhan memang kerap kali sukar dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Kisah Yusuf adalah contohnya. Sebagai anak kesayangan bapaknya, Yusuf kecil yang penuh percaya diri tentu tak pernah menduga akan dijual saudara-saudaranya sendiri (lihat Kejadian 37). Tiga belas tahun yang sulit dilalui, sebelum akhirnya Yusuf dipercaya sebagai wakil raja (lihat Kejadian 39-41). Ia mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Hanya setelah menyelamatkan bangsanya dari kelaparan, barulah ia paham bagaimana Tuhan berdaulat mendatangkan kebaikan melalui berbagai kesulitan yang ia alami (ayat 20). Bukan hanya itu, Yusuf pun dibentuk agar dapat menerima tanggung jawab yang besar dan mengasihi mereka yang dulu menyakitinya.

Mungkin Anda mengalami salah satu atau beberapa masalah seperti Yusuf. Anda tidak paham mengapa Tuhan memberikan “ulat” dan bukannya “kupu-kupu”. Ingatlah bagaimana Tuhan berkarya melalui hidup Yusuf, mendatangkan kebaikan yang jauh melampaui pikirannya. Setiap keadaan dapat dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan, bahkan bila orang lain semula berniat untuk menjahati kita. Maukah kita tetap percaya dan taat pada-Nya?

TUHAN 
MENGIZINKAN PROSES MENYAKITKAN 
DALAM KEPOMPONG
UNTUK MEMBENTUK ULAT 
MENJADI KUPU-KUPU NAN ELOK

Kamis, 02 Februari 2023

GEMBALA KREATIF

Kejadian 30:25-43

Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, 
apabila engkau datang memeriksa upahku. 
(Kejadian 30:33)


Bekerja 20 tahun bagi Laban, Yakub memperoleh empat istri dan 12 anak laki-laki. Ia lalu bersedia bekerja lagi demi membangun rumah tangganya (ay. 30b). Kali ini ia boleh menentukan upah sendiri (ay. 28). Permintaan Yakub aneh: hanya “domba hitam” dan ”kambing belang-belang” (ay. 32). Aneh? Ya-karena jumlahnya sedikit! Umumnya domba berwarna putih, sedangkan kambing cokelat atau hitam. Laban langsung menyanggupinya (ay. 34). Gilakah Yakub? Atau, ia sedang merancang pembalasan dendam atas “kasus Lea” (29:23-25)? Ternyata tidak.


Meskipun Laban telah 10 kali mencuranginya (31:7, 41), Yakub sekarang bukanlah penipu, melainkan pekerja keras yang jujur dan takut Tuhan (30:33, 31:38-42). 

Sebagai gembala kawakan, ia tampaknya paham sebagian induk ternaknya punya gen resesif yang, dalam kondisi tertentu, akan muncul pada anaknya sehingga menghasilkan jenis yang berbeda. Dengan pemahamannya akan pengaruh penglihatan induk terhadap kandungannya, ia berusaha mempercepat munculnya anakan yang diinginkannya itu melalui pancingan dahan belang-belang ketika kambing-domba itu kawin (ay. 37-38). 

Dan, sesuai dengan janji dalam mimpinya (31:10-12), ia berhasil! Upayanya mendapatkan bibit unggul itu (ay. 41-42) adalah kreativitasnya sebagai gembala, bukan kecurangan, karena tak termasuk dalam perjanjiannya dengan Laban (ay. 32).

Ya, dalam hal ini, Yakub bukan penipu. 

Kerja keras, keahlian, kejujuran, dan berkat Tuhanlah yang membuatnya berhasil, bukan kelicikan dan kelihaiannya dalam memperdaya Laban!

BERKAT TUHAN 
MEMBANGKITKAN KREATIVITAS DALAM BEKERJA,
MEMBUKA PELUANG MENUJU KESUKSESAN

IMAN YANG SEDERHANA

Matius 8:5-13

Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya, 
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, 
tetapi katakan saja sepatah kata, 
maka hambaku itu akan sembuh. 
(Matius 8:8)

Seorang anak kecil tampak kebingungan mencari bola kecilnya. Setelah beberapa waktu mondar-mandir tanpa hasil, ia secara spontan berdoa, “Tuhan, tolong temukan bolaku.” Bola itu tadi menggelinding menuruni jalan di depan rumah. Setiap orang di rumah telah berusaha ikut mencarinya, tetapi tidak ada yang menemukannya. 


Keesokan harinya, anak itu melompat-lompat kegirangan sambil bersorak, “Mama, Yesus telah membawa kembali bolaku!” Sang ibu menengok dari jendela dan melihat bola itu tergeletak di atas rumput. Bagaimana mungkin bola itu bisa ada di sana? Tidak ada yang tahu. Tetapi, anak kecil itu merasa Yesus tidak terlalu sibuk untuk mendengarkan permintaannya.

Perwira ini mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan Sang Penguasa alam semesta, dan ia menyadari bahwa dirinya hanyalah bawahan yang harus taat dan percaya pada apa yang dikatakan tuannya. 

Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang ke rumahnya dan menyembuhkan hambanya yang sakit itu, perwira itu buru-buru berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (ay. 8). 

Yesus memuji iman perwira ini sebagai iman yang besar.
Iman yang sederhana, namun sangat bermakna. Pengakuan tentang siapakah Yesus Kristus dalam hidup kita dan kepercayaan kita pada apa saja yang sanggup dilakukan-Nya, itulah iman! 

Iman yang sederhana ini akan memengaruhi sikap dan keyakinan kita kepada-Nya bahwa apa saja yang Dia katakan pasti terlaksana!

IMAN 
MENGARAHKAN KITA PADA KEMAHAKUASAAN TUHAN,
BUKAN PADA KETIDAKMAMPUAN DIRI

BERUBAH SEBAGAI ANAK

Roma 8:1-17

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, 
adalah anak Allah. 
(Roma 8:14)

Craig Barnes, pendeta National Presbyterian Church, Washington DC, bercerita bahwa ketika ia masih kecil, ayahnya mengangkat seorang anak lelaki bernama Roger. Orangtua Roger pecandu narkoba dan meninggal karena overdosis. 


Dalam keluarga Craig, Roger harus berjuang untuk berubah. Kerap Craig mendengar ayahnya berkata, "Roger, kita tidak bersikap begitu dalam keluarga ini... Roger, anak dalam keluarga ini tidak perlu menjerit-jerit untuk meminta sesuatu... Roger, kita biasa saling menghargai." 

Lama kelamaan ia berubah-ia berpikir, bersikap, bertingkah laku seperti anggota keluarga yang lain.

Sebagai orang yang diangkat anak oleh Bapa surgawi (ay. 14-16), kita perlu tahu sifat dan watak keluarga baru kita, dan mengalami perubahan demi perubahan yang selaras dengan kebaruan itu. 

Dalam hal apa sajakah kita berubah? Dulu kita menaati "daging", kini kita menaati Roh Tuhan (ay. 4). Dulu kita memikirkan apa yang enak buat diri sendiri, kini kita memikirkan apa yang sejalan dengan pikiran Roh Tuhan (ay. 5). 

Dulu kita mengingini hal-hal duniawi, kini kita mengingini apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 6-7).

Saat Roger baru saja memasuki keluarga baru, bisa saja ia tak nyaman karena segalanya berbeda. Namun ketika ia rela menerima nasihat dan bimbingan orangtua barunya, ia dapat memiliki cara hidup yang baru. 

Demikian pula kita dalam memasuki keluarga Allah. Izinkan Roh Tuhan bertakhta, memimpin, dan mengubahkan kita menjadi anak-Nya yang semakin dewasa!


HANYA DENGAN BERGANTUNG PADA PIMPINAN ROH TUHAN,
KITA BERTUMBUH DEWASA SEBAGAI ANAK-NYA

Selasa, 24 Januari 2023

Lahir dan Batin

Galatia 6:11-18

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, 
tetapi menjadi ciptaan baru, 
itulah yang ada artinya. 
(Galatia 6:15)

Kekristenan mengenal banyak simbol lahiriah. Perhiasan berbentuk salib; hiasan dinding bertuliskan kutipan ayat; ornamen Natal. 

Kita mengutip ayat Alkitab saat berbincang atau mengucapkan “Puji Tuhan”. Gereja menyelenggarakan sakramen baptis dan perjamuan ekaristi kudus, memakai lilin, daun palem, dan sebagainya. Semua itu dapat mendukung kita dalam memaknai karya penebusan Kristus.

Namun, tidak sedikit orang yang menekankan penggunaan simbol secara berlebihan. Orang Kristen Yahudi memaksa jemaat di Galatia disunat, seolah-olah keselamatan dalam Kristus belum lengkap. Mereka menganggap pertambahan orang yang disunat sebagai pencapaian tersendiri. Sunat juga dipakai untuk menghindari penganiayaan. Mereka memilih menganut doktrin yang keliru daripada dianiaya karena mengikuti Kristus.

Paulus memiliki tanda lahiriah: disunat pada hari kedelapan, berasal dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, seorang Farisi, tak bercacat dalam menaati Taurat (bdk. Flp. 3:5-6). 

Namun, ia tidak bermegah atas semuanya itu. Ia bermegah karena pengenalan akan Kristus dan memilih menderita karena melayani.

Mengedepankan simbol lahiriah menjadikan kehidupan rohani kita tampak saleh di luar, tetapi keropos di dalam. 

Iman yang keropos membuat orang mudah menyangkal Tuhan, semudah mereka menyembunyikan kalung salib dari pandangan orang lain. 

Karena itu, kehidupan yang menghasilkan buah kebaikan sebagai wujud iman lebih bermakna daripada sekadar tanda lahiriah. Iman seperti apa yang kita hidupi?

IMAN 
YANG MENGHASILKAN BUAH KEBAIKAN
LEBIH BERMAKNA 
DARIPADA SEKADAR TANDA LAHIRIAH

Otot Rohani Perlu dilatih

1 Timotius 4

Latihlah dirimu beribadah. 
(1 Timotius 4:7b)

Bagi seorang atlet, selain menjaga asupan makanan, latihan merupakan keharusan agar kondisi tetap prima. Secara rohani, kita juga seorang "atlet"; dan latihan juga merupakan keharusan supaya otot-otot rohani tetap kencang dan tangguh menghadapi apa pun tantangan yang menghadang. 

Usia belia tatkala menerima tampuk pelayanan yang sebelumnya dikerjakan Paulus besar kemungkinan menjadi halangan psikologis bagi Timotius untuk melanjutkan pelayanan Tuhan yang besar. Paulus memiliki keyakinan bahwa hal terpenting yang mesti dikerjakan Timotius agar ia mampu melanjutkan pelayanan anugerah Tuhan adalah dengan terus melatih diri beribadah (ay. 7). 

Alkitab Today’s English Version menulis demikian: “Keep yourself in training for a godly life”. 

Penting untuk selalu berada dalam arena berlatih untuk hidup dalam kesalehan. Simaklah bagaimana zaman itu “cerita-cerita takhayul nenek-nenek tua” sedemikian mencengkeram pemahaman orang terhadap kebenaran (ay. 7a); perdebatan tentang tata cara dunia serta makanan yang haram/ tidak haram. 

Orang sudah mengabaikan yang utama, yaitu bagaimana terus hidup dalam kesalehan di hadapan Allah, bukan semata perbuatan-perbuatan lahiriah.

Pandangan-pandangan apa yang saat ini mengombang-ambingkan kita? Kegentaran-kegentaran apa saja yang melemahkan iman kita hari-hari ini? Dalam anugerah Tuhan, kiranya kita ditolong menaati firman-Nya, yaitu untuk terus berada di arena latihan kesalehan hidup. 

Otot-otot rohani kita akan terus mendapat kekuatan baru dalam relasi yang intim dengan-Nya.


LATIHLAH OTOT ROHANI KITA 
AGAR TETAP “KENCANG”.
DALAM ANUGERAH-NYA, 
UJIAN HIDUP AKAN KITA LALUI 
TANPA GONCANGAN.