Roma 12:9-21
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
(Roma 12:17)
Ketika misionaris pertama tiba di Alberta, Kanada, mereka mendapatkan perlawanan sengit dari kepala suku Indian Cree yang masih muda, bernama Maskepetoon. Namun pria itu kemudian menyambut berita Injil dan menerima Kristus. Tidak lama sesudahnya, seorang warga suku Blackfoot membunuh ayahnya. Maskepetoon menunggang kuda ke desa si pembunuh dan menuntut orang itu dibawa ke hadapannya.
Ia berkata, “Kau sudah membunuh ayahku, maka sekarang kau harus menjadi ayahku. Kau harus menunggang kuda terbaikku dan mengenakan pakaian terbaikku.”
Ternganga keheranan dan sekaligus tertempelak penuh penyesalan, orang itu berseru, “Anakku, kini engkau membunuhku!”
Maksudnya, kebencian yang bercokol dalam hatinya terhapuskan sepenuhnya oleh pengampunan dan kebaikan hati sang kepala suku.
Setelah berbicara tentang “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup” sebagai tanggapan atas kemurahan Allah (Rom. 12:1),
Setelah berbicara tentang “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup” sebagai tanggapan atas kemurahan Allah (Rom. 12:1),
Paulus memaparkan tindakan praktis untuk mempersembahkan tubuh, yaitu dengan hidup dalam kasih. Menariknya, ungkapan kasih ini sebagian besar berkaitan dengan sikap dalam menghadapi kejahatan yang menimpa kita.
Selain mengampuni dan menyerahkan pembalasan kepada Allah, kasih karunia-Nya memampukan kita bertindak lebih jauh: membalas kejahatan itu dengan kebaikan. Itulah yang dialami Maskepetoon.
Kita juga telah menerima kasih karunia Allah. Jika kejahatan kita yang begitu besar sudah diampuni oleh Allah, bagaimana kita akan memperlakukan orang-orang yang menyakiti kita?
Kita juga telah menerima kasih karunia Allah. Jika kejahatan kita yang begitu besar sudah diampuni oleh Allah, bagaimana kita akan memperlakukan orang-orang yang menyakiti kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar