2 Timotius 3:10-17
Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan
bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran.
(2 Timotius 3:16)
Konsep makanan bergizi empat sehat lima sempurna dikenal luas di negeri ini. Sayangnya, belum seluruh warga masyarakat menerapkannya. Ada yang terbentur keterbasan ekonomi sehingga tidak mampu memperoleh bahan makanan yang memadai. Ada pula yang tahu dan mampu mendapatkan makanan bergizi, namun mengabaikannya dan makan secara sembrono.
Bukan hanya tubuh yang memerlukan makanan bergizi; jiwa dan roh kita juga memerlukannya. Dari mana jiwa dan roh mendapatkan asupan gizi yang menyehatkan?
Sumber utamanya tidak lain firman Tuhan. Menurut Paulus, firman Tuhan mengandung manfaat yang komplet: pengajaran yang benar dan sehat, penyadaran akan dosa dan kesalahan, perbaikan karakter dan perilaku, serta pendidikan dan pembinaan dalam kebenaran.
Soal ketersediaan, firman Tuhan yang ajaib ini relatif mudah diperoleh. Selain melalui kitab suci yang tercetak, kita juga dapat mengaksesnya melalui berbagai perangkat digital.
Soal ketersediaan, firman Tuhan yang ajaib ini relatif mudah diperoleh. Selain melalui kitab suci yang tercetak, kita juga dapat mengaksesnya melalui berbagai perangkat digital.
Masalahnya, seberapa haus dan laparkah kita akan firman-Nya?
Apakah kita meluangkan waktu setiap hari untuk menyimak dan mempelajarinya?
Dan, apakah kita menjadikan Alkitab sebagai standar kebenaran serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Jika kita tahu manfaat firman Tuhan, namun memilih mengabaikannya dan hidup secara sembrono,
Jika kita tahu manfaat firman Tuhan, namun memilih mengabaikannya dan hidup secara sembrono,
kita akan mengalami malnutrisi rohani.
Kerohanian kita tidak akan bertumbuh, dan kehidupan kita tidak berbuah lebat bagi kemuliaan Tuhan. Tentu kita tidak menginginkan keadaan yang seperti itu, bukan?
KEHIDUPAN ROHANI
YANG BERTUMBUH DAN BERBUAH
DIMULAI DARI KECUKUPAN ASUPAN “GIZI” ROHANI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar