Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 02 Februari 2023

GEMBALA KREATIF

Kejadian 30:25-43

Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, 
apabila engkau datang memeriksa upahku. 
(Kejadian 30:33)


Bekerja 20 tahun bagi Laban, Yakub memperoleh empat istri dan 12 anak laki-laki. Ia lalu bersedia bekerja lagi demi membangun rumah tangganya (ay. 30b). Kali ini ia boleh menentukan upah sendiri (ay. 28). Permintaan Yakub aneh: hanya “domba hitam” dan ”kambing belang-belang” (ay. 32). Aneh? Ya-karena jumlahnya sedikit! Umumnya domba berwarna putih, sedangkan kambing cokelat atau hitam. Laban langsung menyanggupinya (ay. 34). Gilakah Yakub? Atau, ia sedang merancang pembalasan dendam atas “kasus Lea” (29:23-25)? Ternyata tidak.


Meskipun Laban telah 10 kali mencuranginya (31:7, 41), Yakub sekarang bukanlah penipu, melainkan pekerja keras yang jujur dan takut Tuhan (30:33, 31:38-42). 

Sebagai gembala kawakan, ia tampaknya paham sebagian induk ternaknya punya gen resesif yang, dalam kondisi tertentu, akan muncul pada anaknya sehingga menghasilkan jenis yang berbeda. Dengan pemahamannya akan pengaruh penglihatan induk terhadap kandungannya, ia berusaha mempercepat munculnya anakan yang diinginkannya itu melalui pancingan dahan belang-belang ketika kambing-domba itu kawin (ay. 37-38). 

Dan, sesuai dengan janji dalam mimpinya (31:10-12), ia berhasil! Upayanya mendapatkan bibit unggul itu (ay. 41-42) adalah kreativitasnya sebagai gembala, bukan kecurangan, karena tak termasuk dalam perjanjiannya dengan Laban (ay. 32).

Ya, dalam hal ini, Yakub bukan penipu. 

Kerja keras, keahlian, kejujuran, dan berkat Tuhanlah yang membuatnya berhasil, bukan kelicikan dan kelihaiannya dalam memperdaya Laban!

BERKAT TUHAN 
MEMBANGKITKAN KREATIVITAS DALAM BEKERJA,
MEMBUKA PELUANG MENUJU KESUKSESAN

IMAN YANG SEDERHANA

Matius 8:5-13

Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya, 
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, 
tetapi katakan saja sepatah kata, 
maka hambaku itu akan sembuh. 
(Matius 8:8)

Seorang anak kecil tampak kebingungan mencari bola kecilnya. Setelah beberapa waktu mondar-mandir tanpa hasil, ia secara spontan berdoa, “Tuhan, tolong temukan bolaku.” Bola itu tadi menggelinding menuruni jalan di depan rumah. Setiap orang di rumah telah berusaha ikut mencarinya, tetapi tidak ada yang menemukannya. 


Keesokan harinya, anak itu melompat-lompat kegirangan sambil bersorak, “Mama, Yesus telah membawa kembali bolaku!” Sang ibu menengok dari jendela dan melihat bola itu tergeletak di atas rumput. Bagaimana mungkin bola itu bisa ada di sana? Tidak ada yang tahu. Tetapi, anak kecil itu merasa Yesus tidak terlalu sibuk untuk mendengarkan permintaannya.

Perwira ini mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan Sang Penguasa alam semesta, dan ia menyadari bahwa dirinya hanyalah bawahan yang harus taat dan percaya pada apa yang dikatakan tuannya. 

Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang ke rumahnya dan menyembuhkan hambanya yang sakit itu, perwira itu buru-buru berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (ay. 8). 

Yesus memuji iman perwira ini sebagai iman yang besar.
Iman yang sederhana, namun sangat bermakna. Pengakuan tentang siapakah Yesus Kristus dalam hidup kita dan kepercayaan kita pada apa saja yang sanggup dilakukan-Nya, itulah iman! 

Iman yang sederhana ini akan memengaruhi sikap dan keyakinan kita kepada-Nya bahwa apa saja yang Dia katakan pasti terlaksana!

IMAN 
MENGARAHKAN KITA PADA KEMAHAKUASAAN TUHAN,
BUKAN PADA KETIDAKMAMPUAN DIRI

BERUBAH SEBAGAI ANAK

Roma 8:1-17

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, 
adalah anak Allah. 
(Roma 8:14)

Craig Barnes, pendeta National Presbyterian Church, Washington DC, bercerita bahwa ketika ia masih kecil, ayahnya mengangkat seorang anak lelaki bernama Roger. Orangtua Roger pecandu narkoba dan meninggal karena overdosis. 


Dalam keluarga Craig, Roger harus berjuang untuk berubah. Kerap Craig mendengar ayahnya berkata, "Roger, kita tidak bersikap begitu dalam keluarga ini... Roger, anak dalam keluarga ini tidak perlu menjerit-jerit untuk meminta sesuatu... Roger, kita biasa saling menghargai." 

Lama kelamaan ia berubah-ia berpikir, bersikap, bertingkah laku seperti anggota keluarga yang lain.

Sebagai orang yang diangkat anak oleh Bapa surgawi (ay. 14-16), kita perlu tahu sifat dan watak keluarga baru kita, dan mengalami perubahan demi perubahan yang selaras dengan kebaruan itu. 

Dalam hal apa sajakah kita berubah? Dulu kita menaati "daging", kini kita menaati Roh Tuhan (ay. 4). Dulu kita memikirkan apa yang enak buat diri sendiri, kini kita memikirkan apa yang sejalan dengan pikiran Roh Tuhan (ay. 5). 

Dulu kita mengingini hal-hal duniawi, kini kita mengingini apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 6-7).

Saat Roger baru saja memasuki keluarga baru, bisa saja ia tak nyaman karena segalanya berbeda. Namun ketika ia rela menerima nasihat dan bimbingan orangtua barunya, ia dapat memiliki cara hidup yang baru. 

Demikian pula kita dalam memasuki keluarga Allah. Izinkan Roh Tuhan bertakhta, memimpin, dan mengubahkan kita menjadi anak-Nya yang semakin dewasa!


HANYA DENGAN BERGANTUNG PADA PIMPINAN ROH TUHAN,
KITA BERTUMBUH DEWASA SEBAGAI ANAK-NYA

Selasa, 24 Januari 2023

Lahir dan Batin

Galatia 6:11-18

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, 
tetapi menjadi ciptaan baru, 
itulah yang ada artinya. 
(Galatia 6:15)

Kekristenan mengenal banyak simbol lahiriah. Perhiasan berbentuk salib; hiasan dinding bertuliskan kutipan ayat; ornamen Natal. 

Kita mengutip ayat Alkitab saat berbincang atau mengucapkan “Puji Tuhan”. Gereja menyelenggarakan sakramen baptis dan perjamuan ekaristi kudus, memakai lilin, daun palem, dan sebagainya. Semua itu dapat mendukung kita dalam memaknai karya penebusan Kristus.

Namun, tidak sedikit orang yang menekankan penggunaan simbol secara berlebihan. Orang Kristen Yahudi memaksa jemaat di Galatia disunat, seolah-olah keselamatan dalam Kristus belum lengkap. Mereka menganggap pertambahan orang yang disunat sebagai pencapaian tersendiri. Sunat juga dipakai untuk menghindari penganiayaan. Mereka memilih menganut doktrin yang keliru daripada dianiaya karena mengikuti Kristus.

Paulus memiliki tanda lahiriah: disunat pada hari kedelapan, berasal dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, seorang Farisi, tak bercacat dalam menaati Taurat (bdk. Flp. 3:5-6). 

Namun, ia tidak bermegah atas semuanya itu. Ia bermegah karena pengenalan akan Kristus dan memilih menderita karena melayani.

Mengedepankan simbol lahiriah menjadikan kehidupan rohani kita tampak saleh di luar, tetapi keropos di dalam. 

Iman yang keropos membuat orang mudah menyangkal Tuhan, semudah mereka menyembunyikan kalung salib dari pandangan orang lain. 

Karena itu, kehidupan yang menghasilkan buah kebaikan sebagai wujud iman lebih bermakna daripada sekadar tanda lahiriah. Iman seperti apa yang kita hidupi?

IMAN 
YANG MENGHASILKAN BUAH KEBAIKAN
LEBIH BERMAKNA 
DARIPADA SEKADAR TANDA LAHIRIAH

Otot Rohani Perlu dilatih

1 Timotius 4

Latihlah dirimu beribadah. 
(1 Timotius 4:7b)

Bagi seorang atlet, selain menjaga asupan makanan, latihan merupakan keharusan agar kondisi tetap prima. Secara rohani, kita juga seorang "atlet"; dan latihan juga merupakan keharusan supaya otot-otot rohani tetap kencang dan tangguh menghadapi apa pun tantangan yang menghadang. 

Usia belia tatkala menerima tampuk pelayanan yang sebelumnya dikerjakan Paulus besar kemungkinan menjadi halangan psikologis bagi Timotius untuk melanjutkan pelayanan Tuhan yang besar. Paulus memiliki keyakinan bahwa hal terpenting yang mesti dikerjakan Timotius agar ia mampu melanjutkan pelayanan anugerah Tuhan adalah dengan terus melatih diri beribadah (ay. 7). 

Alkitab Today’s English Version menulis demikian: “Keep yourself in training for a godly life”. 

Penting untuk selalu berada dalam arena berlatih untuk hidup dalam kesalehan. Simaklah bagaimana zaman itu “cerita-cerita takhayul nenek-nenek tua” sedemikian mencengkeram pemahaman orang terhadap kebenaran (ay. 7a); perdebatan tentang tata cara dunia serta makanan yang haram/ tidak haram. 

Orang sudah mengabaikan yang utama, yaitu bagaimana terus hidup dalam kesalehan di hadapan Allah, bukan semata perbuatan-perbuatan lahiriah.

Pandangan-pandangan apa yang saat ini mengombang-ambingkan kita? Kegentaran-kegentaran apa saja yang melemahkan iman kita hari-hari ini? Dalam anugerah Tuhan, kiranya kita ditolong menaati firman-Nya, yaitu untuk terus berada di arena latihan kesalehan hidup. 

Otot-otot rohani kita akan terus mendapat kekuatan baru dalam relasi yang intim dengan-Nya.


LATIHLAH OTOT ROHANI KITA 
AGAR TETAP “KENCANG”.
DALAM ANUGERAH-NYA, 
UJIAN HIDUP AKAN KITA LALUI 
TANPA GONCANGAN.

Jumat, 30 Desember 2022

SELAMAT TAHUN BARU

Ratapan 3:1-26

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, 
tak habis-habisnya rahmat-Nya, 
selalu baru tiap pagi; 
besar kesetiaan-Mu! 
(Ratapan 3:22-23)

Selamat Tahun Baru! Itulah ucapan yang saling diberikan di tahun baru. Kita memberi ucapan itu kepada relasi dan keluarga, atau sebaliknya, menerimanya dari mereka. Ehm, sebenarnya apa sih yang baru? Bukankah semuanya masih akan berjalan seperti biasa; baik itu urusan pekerjaan, pelayanan, kehidupan keluarga, kesehatan, keuangan, bahkan persoalan tahun kemarin? Kecuali penanggalan, semuanya sama saja, bukan? Bahkan mungkin akan ada persoalan baru di depan.

Nabi Yeremia pernah terjebak pada pahitnya hidup, yakni ketika mendampingi bangsanya yang dengan keras hati meninggalkan Tuhan. Setiap hari, ia meratapi hidupnya dan nasib bangsanya yang terbuang sebagai budak (ay. 1-20). Namun, ketika ia berpaling kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan menyentuh hati dan mengubah pikirannya (ay. 21), Yeremia melihat banyak hal baru. Sumbernya, ia menyadari bahwa setiap pagi ada kasih setia Tuhan yang besar dan rahmat yang tak kunjung habis (ay. 22-23).

Izinkan Tuhan melimpahi hati kita dengan kasih-Nya hari ini, agar kita menemukan banyak hal baru. Sebab, dari hati akan terbentuk sikap, pola pikir, pola kerja, pola hubungan yang bakal kita jalani di sepanjang 2023. Kita akan memiliki cara pandang baru dalam menghadapi persoalan; baik persoalan lama maupun persoalan baru. Kita akan memiliki cara bersikap dan berelasi yang baru; baik dengan diri sendiri, keluarga, rekan sekerja/sepelayanan. Dengan hati baru yang selalu sadar pada anugerah Tuhan setiap pagi, kita akan selalu terkejut dan terpesona pada “kasih setia Tuhan”! 

ARAHKAN HATI 
PADA TUHAN YANG PENUH RAHMAT
KITA AKAN MENDAPAT 
PANDANGAN BARU ATAS PERSOALAN LAMA

PENGARUH POSITIF

Kis 18:1-17

Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, 
menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, 
dan banyak dari orang-orang Korintus, 
yang mendengarkan pemberitaan Paulus, 
menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis. 
(Kisah Pr. Rasul 18:8)


Biasanya kita mencintai, menghormati, merindukan, dan mendoakan orang yang berpengaruh positif dan mendatangkan sukacita dalam kehidupan kita. Saat kita bersama-sama dengan orang itu, ia memperlihatkan nilai-nilai kebajikan yang memberkati kehidupan kita. Ia menolong kita berubah menjadi lebih baik, mewujudkan impian, dan menguatkan kita. Sebaliknya, ada pula orang yang kehadirannya justru membuat kita tertekan dan menghambat kemajuan kita. Saat orang-orang seperti ini pergi, hati kita merasa senang.
Saat Paulus, Silas, dan Timotius berada di Korintus, kehadiran mereka memberikan pengaruh yang positif bagi kota itu. Krispus, seorang kepala rumah ibadah, menjadi percaya kepada Yesus. Seisi rumahnya pun ikut percaya kepada Yesus. Banyak orang Korintus yang menjadi percaya kepada Yesus dan memberi diri mereka dibaptis. Satu tahun enam bulan lamanya, Paulus dibantu Silas dan Timotius memberitakan firman Tuhan di Korintus, menolong mereka bertumbuh di dalam iman dan pengenalan akan Tuhan.

Kita tentu rindu berpengaruh positif bagi sesama. Hal tersebut ditentukan oleh apa yang menguasai hati dan pikiran kita. Kalau hati dan pikiran kita dipenuhi berbagai kejahatan, tak heran jika kita memperlakukan orang lain dengan jahat. Kalau hati kita dipenuhi kasih dan damai sejahtera-Nya, kita akan terdorong untuk mengasihi sesama dan bersaksi tentang kebaikan-Nya. Biarlah di mana pun kita berada, kehadiran kita memberkati sesama.

KITA DIPANGGIL 
UNTUK MENJADI BERKAT 
BAGI SESAMA
DAN MEWARTAKAN KABAR 
TENTANG KEBAIKAN TUHAN