Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 04 Juni 2022

Datanglah ROH KUDUS

Kis 2:1-11
Mzm 104:1,24,29-31,34
Rm 8:8-17
Yoh 14:15-16,23b-26

Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, 
yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, 
Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu 
dan akan mengingatkan kamu 
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yoh.14:26

Ketika mendengar cerita tentang Roh Kudus, dulu saya merasa aneh dan bingung. 

Apa itu Roh Kudus dan bagaimana pengaruhnya dalam hidup kita, masih belum saya pahami betul. 

Namun sesudah saya mengalami hidup baru, akhirnya saya bisa melihat begitu berbedanya cara hidup lama saya tanpa Roh Kudus dan hidup baru saya yang sudah dijiwai oleh Roh Kudus. 

Hidup saya berbalik 180 derajat. Kalau dahulu saya orangnya cuek dan selalu bersikap masa bodoh dengan orang-orang di sekitar saya, sekarang saya boleh berubah menjadi orang yang penuh kasih serta perhatian pada sesama, tidak lagi bersikap masa bodoh melainkan penuh kepedulian terhadap mereka 

Roh Kudus adalah penggerak yang menjadikan kita mengambil langkah 100% ikut Tuhan, apapun yang terjadi dalam hidup ini. 

Kita selalu ingin membawa Roh kebenaran Allah. Bukan lagi diri kita sendiri, tetapi ada Roh Allah yang menyala-nyala dalam hati kita untuk hidup penuh pelayanan, menolong sesama, membawa kasih Tuhan pada dunia, dan yang pasti membuat orang lain melihat bahwa ada Roh Allah yang membuat sikap kita berubah menjadi baik. 

Betapa dahsyatnya Tuhan! 

Hari Pentakosta HARI YANG LUAR BIASA.

Marilah kita rayakan dengan sukacita dan bersoraklah bagi Allah, sebab Tuhan sangat baik. 

Sudahkah saya menerima Roh Kudus dan membiarkan-Nya berkarya dalam hidup saya?

Misa Lansia



 

Terlibat Berliturgi



 

Baptis Bayi



 

Aklamasi Anamnese




Jumat, 03 Juni 2022

Sebuah DOA

Yohanes 17: 11b-19
MARI kita mencoba meneliti isi doa-doa kita. Lebih sering manakah isi doa kita kepada Tuhan; permohonan atau syukur?
Kalau isinya banyak permohonan, permohonan untuk siapakah yang kita haturkan? Untuk diri sendiri atau orang lain?
Jawabnya yang sering adalah untuk diri sendiri.

Fokus doa kita sering bersifat egosentris. Hanya memikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Pusat doa adalah AKU.
Yesus banyak menunjukkan contoh-contoh bagaimana orang berdoa.
Misalnya, ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menyombongkan dirinya, selalu menyebut aku-aku-aku.
Ia membandingkan dengan orang lain yang tidak sesaleh dirinya. Fokusnya adalah aku.
Sedang pemungut cukai berdiri di kejauhan dan menepuk dadanya sambil berkata, “Kasihanilah ya Tuhan karena aku orang berdosa.”
Menurut Yesus, orang kedua ini dibenarkan oleh Allah.

Contoh lain, Yesus amat menghargai seorang perwira Romawi yang meminta kesembuhan untuk hambanya yang sedang sakit parah.
Perwira itu berkata, “Ya Tuhan, aku tidak layak menerima Tuhan di rumahku, bersabdalah saja maka hambaku akan sembuh.”

Yesus memuji perwira itu, yang meminta bukan dirinya, tetapi demi hambanya.
Dalam perikope ini, Yesus memberi teladan bagaimana berdoa yang benar.
Yesus mendoakan murid-murid-Nya. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka, supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran.”

Isi doa-Nya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk para murid-Nya yang masih harus berjuang di dunia yang jahat.
Kepedulian kepada para murid ditunjukkan Yesus dalam doa-Nya. Hal ini menggambarkan relasi Yesus dengan murid-murid-Nya.
Kita ada di dalam hati-Nya. Nama kita disebut dalam doa-Nya. Sampai sekarang pun Yesus terus mendoakan kita. Ia tiada henti memohon kepada Bapa agar menjaga dan melindungi kita.
Ia meminta kepada Bapa-Nya agar menguduskan kita dalam kebenaran.
Dari sini kita belajar bahwa doa itu tidak egois, melulu hanya memikirkan diri sendiri. Doa harus keluar dari sifat egois dan menjangkau sebanyak mungkin orang.
Doa yang berfokus pada diri sendiri hanyalah bentuk kesombongan rohani.
Kita bisa merefleksi diri; apakah isi doa saya selama ini? apakah kita juga mendoakan orang-orang yang dipercayakan kepada kita? apakah kita rajin berdoa baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan?

Indahnya sunset di Kuta Bali, Memandang ombak silih berganti.
Doa yang tulus ikhlas dari hati, Melambung untuk makin mengasihi.

Sabtu, 30 April 2022

Menggali Sumber dg menulis

Menulis tidak hanya berarti mencatat pikiran-pikiran yang muncul.
Sering kali kita berkata, ”Saya tidak tahu harus menulis apa. Pikiran-pikiran saya tidak terlalu berharga untuk dituliskan.” Tetapi tidak jarang tulisan yang baik muncul dari proses menulis itu sendin. 

Kala kita mulai duduk, dengan selembar kertas di atas meja dan alat tulis di tangan, dan kita mulai mengungkapkan isi pikiran dan hati kita dalam kata-kata, sering kali pikiran-pikiran baru muncul. 

Tidak jarang pikiran-pikiran baru itu mengejutkan diri kita sendiri dan menuntun kita masuk ke dalam ruangan batin kita, yang tidak kita sadari sebelumnya. 

Salah satu hal yang dapat amat memberikan 
kepuasan dalam tulis-menulis adalah 
bahwa kegiatan ini dapat membuka 
suatu sumber yang menyimpan ”harta-karun” yang amat berguna bagi diri kita dan orang lain juga.

Manfaat menulis

Banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Mereka lebih dulu takut untuk memulai. Karena di bayangannya, menulis itu harus bisa menciptakan tulisan yang menarik, berisi kosa kata apik juga berhadapan dengan imjinasi tinggi. Padahal makna menulis itu luas tidak harus selalu kisah-kisah menarik seperti novel atau cerpen. Menulis buku harian atau journaling juga bagian dari menulis.

Pikiran, afeksi dan motorik bersatu menuangkan segala perasaan dari peristiwa yang telah dilewati. Dalam journaling tak perlu memikirkan bahasa-bahasa indah, yang terpenting kita menulis dengan jujur apa adanya.

Menulis buku harian merupakan sarana terapi mental. Seorang psikolog sosial Amerika James W. Pennebaker mengatakan bahwa perasaan dan ide jika terlalu lama disimpan akan berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran. Untuk itu menulis menjadi wadah dalam mengekspresikannya. Membantu kita melampiaskan emosi secara tepat.

Tak sedikit orang yang menganggap remeh tentang menulis buku harian. Padahal banyak penelitian yang telah membuktikan manfaatnya. Beberapa faedah tersebut ialah sebagai berikut.

Pertama, waktu untuk meditasi. Kesibukan yang kita lalui sehari-hari dari pagi hingga malam lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama. Hingga akhirnya terjerat dengan rutinitas yang membosankan. Rasa bosan seringnya juga menimbulkan depresi.

Menulis jurnal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi stress. Sarana untuk bermeditasi merjernihkan pikiran yang amburadul dengan menghadirkan diri kita secara sadar pada momen saat ini. Pikiran yang sadar membantu kita dalam memahami diri sendiri. Hal-hal apa yang membuat kita resah atau bahagia, peristiwa di sekeliling kita juga pengalaman diri.

Saat memulai hari saya selalu merasa lebih segar. Meski kemarin hari pikiran sempat kusut dengan banyaknya masalah dan rutinitas padat. Sebelum tidur saya menerapkan meditasi dengan menulis perasaan dan pengalaman di hari tersebut. Alhasil, esoknya pikiran kembali pulih dan jernih. Saya dapat menjalani hari dengan baik dan penuh energi.

Menyadari apa yang tengah terjadi pada diri sendiri merupakan hal penting. Dengan begitu kita akan mudah menerima diri seutuhnya. Belajar memahami bahwa tak masalah jika melewatkan hari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Kedua, menyehatkan mental dan jasmani. Setiap manusia punya beban pikiran masing-masing. Masalah dalam hidup seringnya membuat kita depresi. Biasanya orang depresi membutuhkan tempat untuk mengekspresikan perasaan, menyalurkan tekanan dalam diri.


Tempatnya sederhana yaitu menulis. Rasa kesal, marah, sedih bisa berkurang begitu dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan jujur kita mengungkapkannya.

Mengekspresikan perasaan berarti mengembangkan keseimbangan antara kenyamanan mengungkapkan dan mengendalikan perasaan. Campbell mengaku bahwa semakin beragam pengalaman terhadap bermacam-macam perasaan akan mengembangkan pondasi emosional yang kuat.

Terbukti saat beberapa kali saya dilanda rasa kesal dan marah. Lalu, saya duduk mengatur napas sembari menulis perasaan tersebut. Tak sampai lima menit rasa marah atau kesal yang sebelumnya meletup-letup padam. Awalnya saya suka uring-uringan, kini emosi dapat terkendali dengan baik berkat menulis buku harian.

Dalam jurnal Advance in Psychiatric Treatment dijelaskan manfaat menulis buku harian selain dapat menyeimbangkan mental dan emosi, memberi stimulus tubuh, mengatasi penurunan tekanan darah, dan meningkatkan fungsi paru-paru dan hati.

Ketiga, meguatkan memori. Di era digital ini, sebagian besar kita menulis di smarthphone dan laptop. Namun, untuk buku haria sebaiknya gunakanlah tangan. Menulis dengan tangan dapat menguatkan memori.


Sebuah penelitian Pam Mueller dari Princeton University dan Daniel Oppenheime dari University of California membuktikan kebenarannya. Para peneliti menyimpulkan bahwa menulis dengan tangan membuat otak lebih terorganisir dalam merekam memori. Sehingga daya ingat terhadap materi lebih tajam.

Saya merasakan sendiri saat menulis daftar kerja di buku catatan jauh lebih ingat apa yang harus dilakukan dibanding ketikan di memo laptop. Kemudian, saat ujian saya terbantu berkat mencatat di buku meski sebelumnya lupa mereview beberapa bab di mata kuliah tersebut.

Cobalah luangkan waktu sejenak untuk menulis jurnal dengan tangan. Singkirkan berbagai macam distraksi seperti smarthphone dan lain sebagainya. Gunakan kertas kosong dan pulpen untuk menulis.

Pada intinya, menulis adalah aktifitas yang memberi banyak manfaat. 
Tak perlu menunggu mahir dalam menulis cerita, puisi dan sebagainya. 
Mulailah dengan menulis buku harian, cerita pengalaman dan kegiatan sehari-hari. Karena sejatinya kita adalah penulis bagi cerita pengalaman kita sendiri, kita lah yang benar-benar memahami siapa diri kita sebenarnya.