Yohanes 17: 11b-19
Jawabnya yang sering adalah untuk diri sendiri.MARI kita mencoba meneliti isi doa-doa kita. Lebih sering manakah isi doa kita kepada Tuhan; permohonan atau syukur?
Kalau isinya banyak permohonan, permohonan untuk siapakah yang kita haturkan? Untuk diri sendiri atau orang lain?
Fokus doa kita sering bersifat egosentris. Hanya memikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Pusat doa adalah AKU.
Yesus banyak menunjukkan contoh-contoh bagaimana orang berdoa.
Misalnya, ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menyombongkan dirinya, selalu menyebut aku-aku-aku.
Ia membandingkan dengan orang lain yang tidak sesaleh dirinya. Fokusnya adalah aku.
Sedang pemungut cukai berdiri di kejauhan dan menepuk dadanya sambil berkata, “Kasihanilah ya Tuhan karena aku orang berdosa.”
Menurut Yesus, orang kedua ini dibenarkan oleh Allah.
Contoh lain, Yesus amat menghargai seorang perwira Romawi yang meminta kesembuhan untuk hambanya yang sedang sakit parah.
Perwira itu berkata, “Ya Tuhan, aku tidak layak menerima Tuhan di rumahku, bersabdalah saja maka hambaku akan sembuh.”
Yesus memuji perwira itu, yang meminta bukan dirinya, tetapi demi hambanya.
Dalam perikope ini, Yesus memberi teladan bagaimana berdoa yang benar.
Yesus mendoakan murid-murid-Nya. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka, supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran.”
Isi doa-Nya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk para murid-Nya yang masih harus berjuang di dunia yang jahat.
Kepedulian kepada para murid ditunjukkan Yesus dalam doa-Nya. Hal ini menggambarkan relasi Yesus dengan murid-murid-Nya.
Kita ada di dalam hati-Nya. Nama kita disebut dalam doa-Nya. Sampai sekarang pun Yesus terus mendoakan kita. Ia tiada henti memohon kepada Bapa agar menjaga dan melindungi kita.
Ia meminta kepada Bapa-Nya agar menguduskan kita dalam kebenaran.
Dari sini kita belajar bahwa doa itu tidak egois, melulu hanya memikirkan diri sendiri. Doa harus keluar dari sifat egois dan menjangkau sebanyak mungkin orang.
Doa yang berfokus pada diri sendiri hanyalah bentuk kesombongan rohani.
Kita bisa merefleksi diri; apakah isi doa saya selama ini? apakah kita juga mendoakan orang-orang yang dipercayakan kepada kita? apakah kita rajin berdoa baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan?
Indahnya sunset di Kuta Bali, Memandang ombak silih berganti.
Doa yang tulus ikhlas dari hati, Melambung untuk makin mengasihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar