Yesaya 49:14-21
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya,
sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?
Sekalipun dia melupakannya,
Aku tidak akan melupakan engkau.
(Yesaya 49:15)
Sebagai orangtua, kadang saya terintimidasi dengan nasihat bahwa orangtua harus mendidik anaknya bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan teladan. Tentu saya ingin menjadi teladan, namun tidak sedikit cara hidup saya yang tidak patut diteladani.
Bagaimana menyikapinya?
Untuk menggambarkan kesetiaan Allah, Yesaya antara lain membandingkan kasih Allah dengan kasih ibu. Ibu atau orangtua berpotensi melukai dan bahkan meninggalkan anak kandungnya, tetapi Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya.
Mengapa kita tidak menggarisbawahi fakta ini dalam pengasuhan anak?
Matthew Sims, dalam blog Grace for Sinners, bercerita bagaimana ia berjanji kepada anaknya. Anaknya berulang-ulang menagih janji itu. Karena belum dapat menepatinya, ia berkata, “Ayah mengasihimu dan, saat ayah berjanji, ayah akan berusaha keras untuk menepatinya.
Namun, siapa coba yang tidak pernah melanggar janji? Tuhan. Sekalipun ayah sudah berusaha sebaik mungkin, bisa saja terjadi hal-hal yang tak terduga. Namun, tidak ada yang dapat menggagalkan rencana Tuhan.
Dia merancangkan segala sesuatu dan memegang kendali atas segala situasi.”
Cara yang inspiratif!
Dengan itu, anak diarahkan untuk memandang bukan kepada manusia, melainkan kepada Tuhan, dan mengandalkan kedaulatan-Nya.
Anak juga melihat bahwa orangtuanya cukup rendah hati untuk mengakui kelemahannya dan bersedia berpaling kepada anugerah Tuhan untuk mengatasi kelemahan itu.
Ini teladan yang bakal sulit dilupakan anak, bukan?
TELADAN TERBAIK YANG DAPAT DIBERIKAN ORANGTUA:
MENGARAHKAN ANAK UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA KESETIAAN TUHAN