Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Selasa, 18 Juli 2023

KEBENARAN vs MAYORITAS

Yeremia 20:1-18

Sebab setiap kali aku berbicara, 
terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" 
Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari. 
(Yeremia 20:8)


Yeremia melayani di tengah situasi yang sulit. Pada saat usianya masih muda, ia harus bernubuat bagi bangsa Yehuda yang dipimpin oleh para imam dan nabi senior serta raja. 

Yang lebih menyulitkan, pesan Tuhan yang harus disampaikannya berbeda dengan nubuat yang disampaikan oleh kebanyakan nabi saat itu. 


Seorang diri melawan mayoritas. Ia sangat tidak populer sebab menubuatkan kejatuhan Yehuda dan runtuhnya Bait Allah, sedangkan mayoritas nabi dan imam menubuatkan yang sebaliknya.

Tentu saja Yeremia menghadapi masalah besar. 

Tidak banyak orang bersedia mendengarkan pesannya. Kebanyakan orang lebih mempercayai mayoritas nabi senior daripada Yeremia. Untuk mempertahankan kebenaran yang ia percayai, Yeremia harus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan: dipukul, dipasung, diejek, bahkan diancam akan dibunuh. Tetapi, Yeremia tetap berpegang teguh pada keyakinannya sebab ia tahu pesan itu berasal dari Tuhan walaupun tidak ada orang yang berpihak padanya.

Di tengah dunia yang semakin pelik ini, kita perlu memiliki iman seperti Yeremia. Terkadang kita sulit mengenali kebenaran karena tertutup oleh pendapat mayoritas. 

Jika banyak orang di sekitar kita melakukan hal yang salah, hal itu akan tampak sebagai sesuatu yang benar; sebaliknya, orang yang melakukan kebenaran akan kelihatan ganjil. 

Namun, seperti Yeremia peka akan suara Tuhan dan taat kepada-Nya, kita perlu peka untuk mengenali suara kebenaran di tengah keriuhan suara mayoritas.


MAYORITAS BELUM TENTU BENAR; BERPEGANGLAH PADA KEBENARAN
SEKALIPUN BERLAWANAN DENGAN MAYORITAS

KELELUASAAN ALLAH

Yesaya 55:6-9

... jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 
(Yesaya 55:8)

Ada seorang teman yang telah dinyatakan mengidap kanker kelenjar getah bening stadium IIIB. Banyak doa dinaikkan untuk kesembuhannya. 

Kami yakin bahwa Tuhan berkuasa melakukan hal yang mustahil menurut ukuran manusia. Firman-Nya meneguhkan iman kami. Setelah menjalani serangkaian kemoterapi, keadaan teman semakin buruk dan penderitaannya bertambah parah. 

Pada suatu saat, dengan cara yang sungguh indah, ia meninggalkan dunia selamanya untuk memasuki kekekalan bersama Yesus. 


Meskipun permohonan agar teman dipulihkan tak dikabulkan, kami percaya bahwa Tuhan telah mengaruniakan yang terbaik.
 
Rencana Tuhan tidak sama dengan rencana manusia (ay. 8). 

Begitu pula cara-Nya, sangat berbeda dari cara kita. Pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya jauh lebih besar, bagaikan jarak langit dari bumi (ay. 9). 

Bagaimana mungkin kita menuntut agar Tuhan mencocokkan agenda-Nya dengan agenda kita? 

Kita hanya mampu melihat sejauh mata memandang. Tidak tahu apa yang menanti sesudah belokan. Kita memiliki keterbatasan, sedangkan Tuhan tak terbatas. 
Mengapa kita tidak menyerahkan hidup dan segala masalah kita kepada Dia?

Memang, tak selalu doa kita dijawab oleh Tuhan sesuai dengan harapan kita. Wewenang Tuhanlah untuk memberikan atau tidak memberikan yang kita pinta. 

Doa kita seyogyanya, “Jadilah kehendak-Mu, ya Bapa.” Dengan demikian, kita mempersilakan Tuhan bertindak dengan leluasa, bukannya memaksakan keinginan kita sendiri.

APABILA KITA MENYESUAIKAN DIRI DENGAN RANCANGAN TUHAN,
DAMAI SEJAHTERA AKAN MELIPUTI HATI KITA

SIAP HIDUP Sekaligus SIAP MATI

Filipi 1:12-26

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 
(Filipi 1:21)


Para pendengar dan sahabat BATIK 
(BABAGAN NITI KABECIKAN) yang terkasih, selamat pagi, salam damai dalam kasih Kristus, Berkah Dalem. 

Sutresno Budoyo untuk beberapa menit kedepan akan saya temani untuk berbagi permenungan tentang perutusan kita sebagai para murid Kristus dengan mengambil tema "SIAP HIDUP SEKALIGUS SIAP MATI" bersama SAYA  ROGATIANUS SLAMET WIDIANTONO penyuluh agama katolik BANTUL. 
Sebelumnya marilah kita nikmati lagu dan doa "HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN"

Sebuah Ungkapan Jiwa
Bapa yang berbelas kasih, Pujian dan syukur senantiasa kami lambungkan kepadaMu atas segala kemurahan kasihMu yang luar biasa dan istimewa serta dengan penuh sukacita Kauberikan kepada kami dengan cuma-cuma, gratis. Semoga kamipun dapat berbagi kasih kami kepada sesama kami, makhluk ciptaanMu tanpa mengharap kembali.
Engkaupun telah memberikan keteladanan hidup perutusan di dunia ini kepada kami melalui Yesus Kristus Sang Gembala kehidupan untuk melaksanakan kehendakMu juga dengan membawa kabar baik dan kabar gembira demi terciptanya Kerajaan Allah di dunia ini.
Semoga rahmat kehidupan yang telah kami terima ini memampukan kami untuk menjadi dan berbagi BERKAT untuk sesama kami dan mendatangkan RAHMAT BERLIMPAH sebagaimana menjadi tugas perutusan kami. Demi Kristus Tuhan kami Amin.


1:12 Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil,
1:13 sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. 
1:14 Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku  untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.  
1:15 Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. 
1:16 Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil  ,  
1:17 tetapi yang lain karena kepentingan sendiri   dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.   
1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, 
1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku  oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus 
1:20 Sebab yang sangat kurindukan  dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala,  demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku,  baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.  
1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan 
1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 
1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus --itu memang jauh lebih baik; 
1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. 
1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, 
1:26 sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Sutresno Budoyo, ada 2 pernyataan yang akan ungkapan.

Pertama

Orang-orang yang serius menjalani hidup akan senang dengan pepatah ini, “Hiduplah hari ini seolah-olah engkau akan mati esok hari.” 

Kedua

Sementara orang-orang yang sudah putus asa menghadapi hidupnya akan beralih pada pemikiran ini, “Bersenang-senanglah hari ini karena besok mungkin engkau sudah tidak ada lagi.” 

Nah, Sutresno Budoyo

Dua pandangan ini sebenarnya sama-sama menitikberatkan pentingnya hidup daripada mati.

Saya ajak Panjenengan sedaya belajar dari Paulus yang tersirat di Filipi.

Paulus punya cara pandang yang unik dalam melihat hidupnya. 

Baginya hidup dan mati sama-sama penting. 

Apa buktinya? 

Ia hidup untuk bersukacita menyaksikan pertumbuhan iman jemaat Filipi yang ia layani (ay. 3-11) dan rela menderita demi memberitakan Injil (ay. 12-17). 

Mengapa Paulus dapat menjalani hidupnya dengan sukacita meski menderita? 

Kuncinya adalah Kristus. 
Sutresno Budoyo
Ya, kuncinya adalah Kristus.

Kristus memberikan makna baru baik pada kehidupan maupun kematian. 

Paulus menekankan bahwa bila ia hidup, ia ingin terus melayani dan berbuah bagi Kristus. 

Sebaliknya, apabila ia mati, ia memandangnya sebagai suatu keuntungan karena hal itu berarti ia berbahagia hidup bersama-sama dengan Kristus (ay. 18-26).

Sutresno Budoyo

Dunia akan menuntun kita untuk hanya mementingkan hidup. 

Tetapi, Kristus telah mati dan bangkit agar kita mendapatkan jaminan hidup kekal setelah kita meninggalkan dunia ini kelak. 



Sutresno Budoyo, pertanyaan refleksi untuk kita

Hidup seperti apakah yang kita hidupi saat ini? 

Sudahkah Kristus menjadi pusat hidup kita? 

Sudahkah kita merindukan hidup bahagia dalam kekekalan bersama Kristus kelak?

Sutresno Budoyo

KUALITAS HIDUP KITA DI DUNIA DITENTUKAN
OLEH KERINDUAN KITA AKAN TUHAN

Rabu, 28 Juni 2023

BULAN JUNI 23

 


PERENCANAANNYA

PELAKSANAAN

MATERI



PENONTON ATAU PENYEMBAH ?

Mazmur 57

“Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; 
aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. 
Bangunlah, hai jiwaku, 
bangunlah, hai gambus dan kecapi …” 
(Mazmur 57:8-9)

"Ah saya tidak bisa menyembah nih. Musiknya tidak pas di hati!” keluh seorang umat di akhir ibadat. Sepintas, keluhan ini terdengar wajar. Namun, keluhan ini berasal dari mentalitas penonton yang kerap kali menjangkiti banyak orang percaya. 
Bagi seorang penonton, ia akan bernyanyi jika musik berhasil menggugah dirinya. Dengan kata lain, penyembahannya tergantung dari musik. Jika musiknya tak sesuai selera, ia mogok menyembah Tuhan. Ia melemparkan kesalahan pada musik. Sikap apakah yang diinginkan Tuhan ketika kita menyembah-Nya?

Mazmur 57, yang ditulis Daud ketika lari dari kejaran Saul, meneladankan sikap seorang penyembah yang sejati. Perhatikan urutannya. Hati harus siap sebelum bernyanyi (ayat 8). Jiwa harus bangkit sebelum alat musik dimainkan (ayat 9). Hati mesti bergelora menyembah-Nya bahkan sebelum musik mengalun. Hati penyembahan tidak didikte atau dibatalkan oleh musik. Prioritasnya tidak tertuju pada selera musik melainkan pada kebenaran Tuhan (ayat 11). Ia tidak meninggikan “kemuliaan musik”, tetapi kemuliaan Tuhan (ayat 12).

Setiap Minggu kita mengikuti Ekaristi di gereja. Periksalah diri kita dengan jujur, apakah kita datang sebagai seorang penonton atau penyembah? Apakah kita seperti “mesin diesel” yang harus dipanaskan terlebih dulu oleh musik supaya kita bisa menyembah-Nya? Atau, apakah kita menghampiri hadirat Tuhan dengan kerinduan dan kekaguman akan Dia? Berhentilah menjadi penonton dalam ibadah. Jadilah penyembah-Nya!

SEORANG PENONTON MERINDUKAN “HADIRAT MUSIK”.
SEORANG PENYEMBAH MERINDUKAN HADIRAT TUHAN.

PELAYAN RESTORAN VS TUHAN

Keluaran 16:1-12


Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; 
katakanlah kepada mereka: 
Pada waktu senja kamu akan makan daging 
dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; 
maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allahmu. 
(Keluaran 16:12)


Pernah ke restoran? Di sana kita dilayani oleh para pelayan. Kita memanggil mereka apabila perlu saja, lalu kita tinggal menunggu pesanan kita. Kalau makanan lama muncul, kita menggerutu. Kalau cepat, kita cukup berkata “terima kasih”. Kita tidak merasa perlu kenal lebih jauh dengan si pelayan. Yang penting mereka melaksanakan tugasnya dengan baik, kita senang dan puas.

Perhatikan sikap orang Israel dalam bacaan kita hari ini: mereka bersungut-sungut ketika butuh makanan (ayat 2). Dulu, mereka bersyukur memuji Tuhan ketika dibebaskan dari perbudakan Mesir (lihat Keluaran 15). Akan tetapi, kini mereka jengkel karena Tuhan tidak menyediakan makanan pada saat dibutuhkan (ayat 3). Sikap bangsa Israel tersebut persis seperti memperlakukan seorang pelayan, bukan? Tuhan kemudian memang mengirim makanan, bahkan dengan cara yang luar biasa. Manna di pagi hari dan burung puyuh di petang hari. Bukan karena Tuhan bisa seenaknya disuruh, melainkan karena Dia menginginkan agar umat-Nya tahu dan kenal dengan sungguh-sungguh bahwa Dialah Tuhan, Allah yang berkuasa memelihara mereka (ayat 12).

Apakah kita juga memperlakukan Tuhan seperti pelayan restoran? Berdoa hanya di kala butuh, lalu harap-harap cemas menunggu jawaban-Nya. Bersungut-sungut apabila jawaban-Nya terlambat atau tidak seperti yang kita minta. Bersyukur sebentar jika doa terkabul, kemudian melupakan-Nya di tengah kesibukan. Apabila ada kebutuhan mendesak, barulah kita kembali bersimpuh kepada-Nya. Mari membuat komitmen hari ini, untuk tidak berseru pada Tuhan hanya dalam situasi sulit, melainkan mencari wajah-Nya senantiasa.

ALLAH YANG MEMELIHARA KITA BUKAN PELAYAN. DIA TUHAN
YANG MENGUNDANG KITA MENGENAL-NYA DALAM SEGALA SITUASI.

NAFAS ALLAH

2 Timotius 3:10-17


Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, 
untuk menyatakan kesalahan, 
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 
(2 Timotius 3:16)

Tahukah Anda bahwa KITAB SUCI yang kita miliki sekarang ini merupakan kumpulan dari 66 buku, yang terdiri lebih dari 30 ribu ayat, ditulis dalam 3 bahasa, oleh 40 orang berbeda, dalam waktu kurang lebih 1500 tahun? 


Kebanyakan penulisnya tidak saling mengenal karena hidup dalam kurun dan tempat yang berbeda. Mereka juga memiliki latar belakang yang sangat beragam, mulai dari rakyat biasa sampai seorang raja. Meskipun demikian, tulisan-tulisannya selaras saling berkesinambungan, sejalan tanpa saling bertentangan.

Sebenarnya apakah rahasianya? 

Ada satu Pribadi, yaitu Allah, yang memberi inspirasi atau ilham bagi semua penulis KITAB SUCI (ayat 16a). Kata “diilhamkan Allah” berasal dari kata Theopneustos yang berarti “ Allah yang menapaskan”. 

Gambarannya seperti seorang meniup seruling, yang mengembuskan napasnya ke dalam seruling sehingga menghasilkan nada-nada yang indah. Seruling tidak akan menghasilkan suara apa pun jika tidak ada yang meniup. Allah memberi wahyu kepada para penulis untuk menyampaikan isi hati-Nya kepada manusia. 

KITAB SUCI dapat menuntun pembaca untuk percaya kepada Pribadi Kristus yang memberikan keselamatan (ayat 15). 

Tulisan-tulisannya mengajar dan mengubah kita untuk hidup di dalam jalan kebenaran-Nya (ayat 16). 

Segala Firman-Nya memperlengkapi tiap-tiap kita untuk setiap pekerjaan baik (ayat 16-17).

Ingatlah bahwa meski Alkitab ditulis oleh manusia biasa, tetapi Allah adalah Pengarangnya. 
Bagaimana Anda menempatkan firman yang telah “dinapaskan” Allah itu dalam hidup Anda?

KITAB SUCI ADALAH SEBUAH MUKJIZAT.
TULISAN YANG MEMBAWA KESELAMATAN DAN MENGUBAH KEHIDUPAN.