Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 01 Desember 2022

PENGHARAPAN

Roma 15:1-13

Semoga Allah, sumber pengharapan, 
memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera 
(Roma 15:13)

Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. 


Regu penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian, diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam 700 meter. 

Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.

Ya, manusia bisa bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernapas. 

Namun, manusia tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan harapan. Itu sebabnya di tengah impitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah—sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. 

Di tengah tekanan sekalipun, Dia sanggup memberi kekuatan dan pengharapan (ayat 13). Maka, yang kuat dapat menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang beriman itu memuliakan Allah (ayat 1-6).

Ketika dunia menganggap 33 penambang Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques—salah satu dari mereka—menolaknya. 

Katanya,”Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan”. 

Ternyata, semasa di dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk menjaga semangat mereka.

Mari jalani hidup ini dengan penuh semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.

HIDUP DIBERI 
AGAR DIJALANI DENGAN PENUH ARTI
MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT
AGAR KITA MENJADI BERKAT

KEPO

Yohanes 21:20-25

Jawab Yesus, 
”Jikalau Aku menghendaki, 
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. 
Tetapi engkau: Ikutlah Aku”
(Yohanes 21:22)

Anak-anak muda di Jakarta akan menjuluki temannya kepo apabila temannya itu ”selalu ingin tahu urusan orang lain”. 

Rasa ingin tahu sebetulnya sangat positif, karena akan menolong seseorang untuk mencari lebih banyak pengetahuan. 

Akan tetapi, kalau rasa ingin tahu itu berlebihan maka dampaknya bisa negatif, karena mengganggu privasi orang lain.

Penyakit kepo ini ternyata juga pernah menyerang Petrus. Ia ingin tahu mengenai kehidupan Yohanes di masa depan. 

Maka, Yesus menegur Petrus, sebab apa yang akan terjadi pada Yohanes sama sekali bukan urusan Petrus. Urusan Petrus adalah mengikut Yesus. 

Tuhan pasti peduli kepada Yohanes dan tahu apa yang terbaik baginya. Di sisi lain, Dia juga peduli terhadap Petrus, tetapi cara Yesus memperlakukan mereka masing-masing bisa berbeda, karena setiap pribadi punya keunikannya sendiri.

Atas adanya perbedaan-perbedaan itu, Allah punya rencana dan kehendak sendiri bagi setiap orang yang percaya kepada Dia. 

Allah tidak berkewajiban memperlakukan kita sama seperti Dia memperlakukan orang lain. 


Dia tidak berkewajiban untuk memberkati kita dengan cara yang sama seperti Dia memberkati orang lain. Kita tak perlu meributkan atau merepotkan diri dengan hal itu. 

Itu sepenuhnya adalah kedaulatan dan wewenang Allah. 

Tugas kita hanya memastikan bahwa kita sendiri sudah atau sedang mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh. Apabila kita mengikut Dia dengan serius, kita tidak akan punya waktu untuk memikirkan bagaimana Dia memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Itu bukanlah urusan kita. 

Mari pikirkan saja bagaimana kita dapat mengiring Dia makin dekat


MASING-MASING PRIBADI KITA UNIK ADANYA
DENGAN SEGALA KURANG DAN LEBIHNYA

Minggu, 30 Oktober 2022

Khawatir

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp 4:6)

Yes 5:1-7; Mzm 80:9.12-16.19-20; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43

Khawatir seringkali merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup manusia. Seringkali ketika kekuatiran itu datang apa pun yang kita usahakan, hati kita tetap tidak bisa tenang, pikiran gelisah dan bagaimanapun yang kita usahakan semua-nya hanya membuat kita gelisah.

Tuhan mengingatkan ketika kekuatiran itu mulai timbul dalam hidup kita, kita harus membawanya kepada Allah dalam doa dan permohonan yang diikuti dengan ucapan syukur. 

Ternyata inilah kuncinya. 
Ucapan syukur akan membuat hati kita menjadi tenang. Syukur berarti ucapan terimakasih karena kita percaya bahwa ada pertolongan dalam hidup kita. Syukur mendatangkan damai sejahtera. Dan damai itu menghalau semua kekuatiran dan ketakutan serta kegelisahan kita. Allah sumber damai sejahtera menyertai kita karena itu apalagi yang perlu kita takuti.

Ya Tuhan, aku bersyukur karena melalui peristiwa yang saat ini kualami aku boleh menyaksikan betapa besar dan ajaibnya rancangan-Mu dalam hidupku. 

Terimakasih Tuhan atas damai sejahtera yang Kau limpahkan dalam hatiku saat ini. Dan aku percaya akan penyertaan-Mu di dalam hidupku.

Mukjizat

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau (Ayb 43:5)

Ayb 42:1-3.5-6.12-17; Mzm 119:66.71.75.91.125.130 Luk 10:17-24

Zaman sekarang ini semakin banyak orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, mereka lebih memilih untuk percaya pada kekuatan diri sendiri dan kuasa lain yang memberikan banyak hal secara instan. 

Orang tidak percaya akan adanya mukjizat, namun tanpa disadari mereka percaya bahwa ada kuasa yang lebih besar dari dirinya dan itulah yang mereka cari. 

Kuasa Yesus memang tidak serta merta tampak seperti kuasa lain yang dapat langsung kita lihat hasilnya.

Saya begitu terkagum ketika kami melakukan adorasi secara live streaming pada masa pandemi Covid-19 sedang merebak. 

Dari setiap adorasi yang dilakukan, Tuhan selalu membuat mukjizat bagi mereka yang mengikuti dengan iman. Ada begitu banyak mukjizat yang terjadi, dan itu membuat saya semakin percaya bahwa kuasa Tuhan tak terbatas ruang dan waktu. 

Mungkin ini sesuatu yang sulit dipahami oleh mereka yang mengandalkan pikiran mereka, tetapi bagi mereka yang mengalami pemulihan dan pembebasan, mereka dibawa untuk semakin mengenal Tuhan dengan lebih lagi.

Tuhan tidak memaksa kita untuk selalu percaya kepada-Nya tetapi mukjizatnya selalu ada di sekitar kita. 

Mari kita buka mata hati kita agar kita dapat terus mensyukuri mukjizat-Nya yang nyata.

Menjadi Anak Kecil

`Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga` (Mat 18:3)

Ayb 1:6-22; Mzm 17:1-3.6-7 Luk 9:46-50 atau Yes 66:10-14 atau 1Kor 12:31 - 13:13; Mat 18:1-4
Yes 66:10-14 atau 1Kor 12:31 - 13:13; Mzm 131:1-3 Mat 18:1-4

Apakah Anda ingin masuk surga? 

Semua orang pasti mau masuk surga, karena pada dasarnya manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi persoalannya tidak setiap orang mau menempuh jalan hidup yang benar, yang dapat membawa ke surga. 

Terlebih lagi Yesus mengatakan bahwa `sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya` (Mat 7:14).

Supaya kita dapat masuk surga, kita harus bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini. Itu tidak lain adalah merendahkan diri, menjadi rendah hati, tetap menjadi kecil di hadapan Tuhan sebagaimana dihayati oleh St. Theresia Lisieux. 

Dan lagi untuk memasuki kerajaan surga, kita harus menyadari ketidakmampuan diri kita dan ketergantungan kita yang mutlak kepada Tuhan.

Santa Theresia Lisieux mengatakan `Yesus, tolong aku menyederhanakan hidupku dengan belajar apa yang Kau inginkan dariku.` 

Mari kita mau belajar untuk menjadi kecil dan sederhana.

Mengenal Kehendak Allah

`Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara` (Luk 10:41)

Gal 1:13-24; Mzm 139:1-3.13-15; Luk 10:38-42

Seorang ibu sangat merindukan anaknya yang tinggal di luar kota. Ia memutuskan untuk mengunjungi anaknya. 

Betapa bahagianya hati Ibu ketika bertemu dengan anaknya yang sangat dicintai dan dirindukannya ini. Kejutan yang membahagiakan bagi si anak. Ia menyiapkan makanan yang lezat, kamar tidur yang nyaman, dan sebagainya bagi ibu tercinta. Semuanya dilakukannya untuk menyenangkan hati ibu. 

Pada hari pertama kedatangannya ini, ibu hanya melihat kesibukkan anaknya saja. Akhirnya ia berkata dengan sedih, Anakku, makan tahu dan tempe saja ibu mau, bahkan tidur di sofa pun ibu mau, asalkan bersamamu. Ibu hanya membutuhkanmu, nak.`

Demikian juga Yesus sangat merindukan kita, namun tidak jarang kita mengabaikan kehadiran-Nya karena kesibukkan kita. 

Kita lihat Marta yang sibuk bekerja dan Maria setia mendengarkan Yesus. 

Hanya satu yang dirindukan Yesus yaitu agar kita dapat bersatu dengan-Nya. Semakin bersatu denganNya, kita pun akan lebih mudah mengenal kehendakNya dalam hidup kita. 

Sediakanlah waktu hening bersama Yesus. 

Semoga kita selalu setia mendampingi dan menyenangkan hati Yesus.

Belajar Rendah Hati

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu (Ef 4:2)

Ef 4:1-6; Mzm 24:1-6; Luk 12:54-59

Tuhan kita, Yesus Kristus adalah Pribadi yang sangat rendah hati. 

Meskipun Allah, Ia rela menjadi manusia dan taat sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. 

Tuhan Yesus juga penuh kelemah-lembutan dan kesabaran. Ia mengampuni dosa-dosa kita setiap kali kita datang kepada-Nya dengan hati penuh penyesalan seperti yang dilakukan-Nya terhadap perempuan yang berzinah, 

Ia tidak menghakimi maupun menghukumnya, Yesus justru menyelamatkannya dan berkata, `Akupun tidak akan menghukum engkau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi` (Yoh 8:1).

Sebagai pengikut Kristus, nilai kerendahan hati, kasih, kelemah lembutan, kesabaran, seharusnya juga terpancar dari sikap hidup kita sehari-hari. 

Hal ini tentu tidak mudah dan butuh perjuangan, apalagi di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kesombongan, keegoisan, iri hati dan amarah. 

Untuk menjadi rendah hati kita dapat berdoa dan memohon rahmat kerendahan hati. 

Kita juga perlu meninggalkan sikap menghakimi, saat kita sadar telah menghakimi orang lain, kita dapat langsung memohon ampun kepada Tuhan.

Kasih itu sabar, kasih itu murah hati (1Kor13:4), maka dengan bersabar, kita dapat lebih mengasihi.