Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 31 Januari 2022

Kasih

“Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.” (2 Yohanes 1: 6b)

Ada banyak definisi kasih yang disampaikan oleh orang-orang pintar. Salah satunya disampaikan Carl Menninger, katanya bahwa “Cinta menyembuhkan orang, baik mereka yang memberi ataupun yang menerimanya.” 

Secara logika, pengertian ini mungkin bisa kita terima. Tapi pernahkah kita bertanya, kalau menurut pandangan Tuhan sendiri apa sih arti cinta atau kasih itu?

Sebagaimana disebutkan dalam Alkitab, ada 4 definisi kasih (cinta) yang perlu kita ketahui yaitu:

1. Kasih adalah perintah

Tuhan memerintahkan kita supaya saling mengasihi. “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya.” (2 Yohanes 1: 6a)


Kita mungkin nggak akan selalu bisa mengontrol emosi kita, dan Tuhan pun tak mungkin selalu memerintahkan kita untuk melakukan segala sesuatunya. Bayangkan gimana kalau Tuhan harus memerintahkan seorang anak kecil yang nangis supaya tiba-tiba senang. Katanya, “Aku perintahkan kau senang.” Sekalipun Tuhan punya kuasa melakukan hal itu, Dia memilih supaya kita sendirilah yang berinisiatif untuk melakukannya. Begitu juga dengan mengasihi. Tuhan mau kita mengasihi orang lain lebih dulu, tanpa harus diperintah.

2. Kasih adalah pilihan

Di 1 Korintus 14: 1 dikatakan, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.”

Kalau kamu bertindak ‘mengejar’ sesuatu. Itu artinya kamu membuat pilihan. Begitulah halnya dengan ‘kasih’. Mengasihi adalah pilihan. Kita diberi pilihan untuk mengasihi atau tidak. Kitalah yang memilih mencintai orang lain sama seperti Tuhan yang memilih untuk mengasihi kita.

3. Kasih itu adalah tindakan

Kasih atau cinta harus dibuktikan oleh tindakan/perbuatan. Alkitab berkata, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3: 18).

Setiap hari Tuhan menyediakan kesempatan supaya kita bisa menunjukkan kasih ke semua orang di sekitar kita. Hanya saja kitalah yang suka abai dan terlalu sibuk sama diri kita sendiri. Apakah kamu pernah berpikir seenggaknya lebih dulu menanyakan kabar ke orang lain? Pernahkah kamu tergerak pengen menyapa seseorang lebih dulu? Atau pengen membantu orang lain saat mereka tampak kesulitan? Ada banyak dari kita yang melewatkan kesempatan itu karena kita terlalu egois.

4. Kasih adalah komitmen

Alkitab mengatakan dalam 1 Yohanes 4: 16b bahwa, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”

Hubungan kita dengan Tuhan sangat dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orang lain. Kalau kita berkomitmen untuk mengasihi dan tetap mengasihi orang lain, maka kasih yang kita punya itu menyatu dengan kasihnya Tuhan. Saat itulah Tuhan akan tetap tinggal bersama dengan kita, karena Tuhan itu adalah kasih itu sendiri.

Apakah kasih kita sudah sesuai dengan pengertian kasih yang dari Tuhan? 

Yuk, belajar menerapkan keempat kasih ini dalam hubungan kita dengan orang-orang di sekitar.

Dunia sedang membutuhkan kasih, semua orang membutuhkan perhatian.  Bentuk perhatian ini bisa bermacam-macam.

Bisa dalam bentuk nasihat, penghiburan, kasih mesra dan belas kasihan. Nasihat adalah ajaran, pelajaran baik, anjuran, peringatan dan teguran baik.

Penghiburan adalah perbuatan yang menyenangkan dan menyejukkan hati atas dasar kasih atau tanpa imbalan.

Kasih mesra adalah perasaan sayang yang sangat dan belas kasihan adalah perasaan ikut merasakan seperti apa yang orang lain (empati).

”Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa murid Kristus adalah orang-orang yang dipenuhi dengan kasih. Sanggup menguatkan orang-orang yang sedang lemah, menegur kesalahan dengan lemah lembut, melakukan tindakan yang menyejukkan hati dan memiliki empati kepada setiap orang. Sehingga ciri khas orang Kristen yang penuh kasih, tercermin nyata dalam hidup kita dan dunia bisa merasakannya lewat hidup kita.”




Sabar*

Sabar adalah sebuah perkataan yang mudah untuk diucapkan tetapi berat untuk dilaksanakan, namus sabar adalah sebuah keharusan dalam menjalankan kehidupan mengingat beratnya tanggung jawab yang harus ditunaikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Sabar tidak hanya berlaku terhadap hal-hal yang tidak disukai saja seperti musibah kematian, sakit, kelaparan dan lain sebagainya, tetapi sabar juga perlu untuk perkara-perkara yang disenangi oleh hawa nafsu. 

Sabar dalam hal ini lebih menitikberatkan pada konsep sabar untuk terapi dalam rangka mewujudkan mental yang sehat. 

Dengan membiasakan perilaku sabar dalam menghadapi segala ujian dan tantangan hidup individu akan lebih tenang, teliti, ikhlas, hati-hati, istiqomah dan tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugas kehidupannya. 


Menjadikan sabar sebagai terapi untuk mencapai atau mewujudkan mental yang sehat, karena mental yang sehat merupakan kunci utama bagi setiap individu dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. 

Maka salah satu sarana untuk memperoleh mental yang sehat itu adalah dengan senantiasa melatih dan meningkatkan kesabaran. 

Ada hal yang menunjukkan bahwa pembiasaan perilaku sabar dalam menjalankan kehidupan akan melahirkan pribadi-pribadi yang bermental sehat. 

Pribadi yang bermental sehat akan tergambar dalam sikap dan tindakannya sehari-sehari, seperti manpu mengendalikan diri dengan baik, menerima kenyataan hidup, berfikir tenang dan hati-hati, teguh pendirian dan tidak mudah putus asa, mampu bersikap tenang dan tidak terburu-buru, gemar memaafkan, bersikap ikhlas serta mampu mengendalikan emosi.

Harus kita akui bahwa kesabaran adalah salah satu karakter yang dapat menunjang kesuksesan seseorang tapi tidak mudah untuk dimiliki.


Bagi orang Kristen, memiliki kesabaran itu hukumnya adalah wajib, karena kesabaran adalah bagian dari buah-buah Roh.

Kesabaran itu sebuah kekuatan, bahkan kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan orang yang merebut kota.

Ibarat tanaman, kesabaran itu harus dirawat setiap saat supaya dapat tumbuh dengan subur, dan pada saatnya berbuah lebat.

Bila kita perhatikan, orang-orang yang sukses ternyata adalah orang-orang yang memiliki kesabaran. Tanpa kesabaran sulit untuk meraih kesuksesan.

Begitu pula untuk memperoleh jawaban doa diperlukan kesabaran untuk menunggu,karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita

Keberhasilan tidak didapat dengan instan perlu proses yang panjang dan kesabaran,


Maaf*

Maaf adalah kata-kata yang sering kita dengar dan gunakan. Dari naturnya, permintaan maaf dilontarkan oleh pihak yang melakukan kesalahan (pelaku) kepada pihak yang terluka (korban) untuk mendapatkan pengampunan. Sejak kecil kita diajarkan bahwa meminta maaf adalah etika penting dalam kehidupan. Meminta maaf merupakan strategi untuk merestorasi hubungan yang rusak akibat konflik atau kesalahan.

Dalam keseharian, meminta maaf sering kali tidak mudah. Pernahkah Anda mendengar pernyataan ini: “Maaf saja tidak akan menyelesaikan masalah”? Atau mungkin kita pernah mengalami sendiri, bagaimana permintaan maaf tidak selalu berbuah pengampunan. 

Dalam relasi keluarga atau dengan pasangan, tidak diampuni setelah meminta maaf akan menjadi sumber masalah baru yang rumit. 


Sebagai contoh, Joni lupa menjemput Shinta pulang dari kantor karena Joni harus lembur bekerja. Joni meminta maaf pada Shinta, namun Shinta tetap merasa kesal. Shinta merasa Joni tidak tulus meminta maaf. Joni merasa Shinta tidak pengertian. 

Kemudian pertengkaran suami istri tersebut akan melebar pada masalah prioritas (Joni tidak memprioritaskan Shinta) dan kurangnya pengertian (Shinta bisa pulang sendiri, tidak pengertian pada Joni yang harus bekerja keras hari itu).

Faktanya, efektivitas permintaan maaf sangat ditentukan dari bagaimana korban melihat dan menilai pesan tersebut (Hereli & Eisikovits, 2006). 

Permintaan maaf, meskipun hanya berupa kata-kata, sebenarnya terdiri dari komponen yang lebih kompleks, seperti emosi/perasaan dari pelaku, empati, dan pertanggungjawaban dari pelaku untuk korban.


Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.

(Markus 11: 25)

Tuhan melihat hati dan tidak ada yang tersembunyi dihadapan Tuhan.

Apakah ada seseorang yang berbuat salah atau melukai hati kita? Mungkin itu disengaja atau bahkan mereka tidak mengetahui telah melukai kita.

Tidak peduli apa pun keadaannya, kita di panggil untuk mengampuni. Saat kita mengampuni, kita sedang mengejar kasih dan Tuhan adalah kasih.


Jika kita tidak mengampuni, maka kita telah berpaling ke arah yang berlawanan dan menjauh dari Tuhan.

Melalui pengampunan itulah kita sedang membuka pintu supaya kita dapat bebas! Lupakanlah masa lalu itu dan pandanglah ke masa depan. Kejarlah kasih dengan memilih jalan pengampunan.

Majulah dan izinkan Tuhan menjadi pembela kita.

“Terkadang anda harus memafkan seseorang bukan kerana anda lemah, namun karena anda menyadari bahawa semua orang pernah melakukan kesalahan.”

Menanti tiada akhir

Mazmur 40:2.4ab.7-8a.10.11

Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual.


Sehubungan dengan “menanti”, umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.

Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu.

Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan.


Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.


Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran.

KELUARGA YESUS

Dalam perikop ini, kita melihat perhatian Markus pada konsep keluarga. Dipaparkan oleh Markus bagaimana Yesus memperluas cakupan makna keluarga. Keluarga tidak lagi terbatas pada hubungan darah dan kekerabatan, tetapi sudah melampaui batasan etnis, geografis, bahkan waktu. Menarik untuk kita perhatikan konsep tentang keluarga yang melampaui waktu. Artinya, keluarga Yesus memiliki hubungan yang terus berlanjut sampai pada kekekalan. Apakah hal ini berlaku untuk semua keluarga? Tidak. Hanya keluarga yang mengenal dan melakukan kehendak Allah.

Selama ini telah berkembang dua sikap yang salah tentang keluarga. Pertama, terlalu mementingkan keluarga sendiri. Sikap ini selain menyimpang dari sikap yang Yesus kembangkan, juga mempersempit wawasan kita tentang keluarga. Kedua, mengabaikan keluarga sendiri. Dengan dalih bahwa pelayanan lebih penting dari keluarga, sibuk melayani jemaat siang dan malam, akibatnya keluarga menjadi terabaikan dan terlantar. Mereka berpikir bahwa kesibukan pelayanan akan dibalas Allah. Pemikiran ini tidak tepat. Allah telah memberikan keluarga untuk dilayani. Keluarga terdekat harus dibawa untuk melakukan kehendak Allah. Mengabaikan anak berarti tidak melakukan kehendak Allah.


Renungkan: Jika kita diperhadapkan pada pilihan antara keluarga atau kehendak Allah, manakah yang kita pilih?

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau membawa kepadaku iman kepada Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus, perdalamlah imanku. Ajarlah aku lebih dan lebih lagi tentang Ysus sehingga dengan demikian aku dapat mengasihi-Nya dengan lebih lagi. Terpujilah Engkau, ya Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Menjadi orang Besar

Mrk 9:30-37

Malu bertanya, sesat di jalan. Itulah yang terjadi pada murid-murid Yesus. Walau tidak mengerti perkataan Yesus mengenai kematian dan kebangkitan-Nya, mereka enggan bertanya (ayat 32). Akibatnya mereka sesat. Ini tampak dari topik pembicaraan mereka kemudian, yaitu tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ironis bukan? Mereka mengira bahwa Yesus akan menjadi raja besar. Dan orang yang terbesar dari antara para murid, tentu akan diberi jabatan terbesar dalam kerajaan yang akan didirikan Sang Guru. Maka Yesus mengajar mereka bahwa kebesaran dalam kerajaan-Nya tergantung dari kesediaan orang untuk melayani orang lain. Bahkan meski yang dilayani itu adalah seorang anak (ayat 36). Dalam budaya Yahudi, anak tidak dianggap penting.


Pandangan Yesus berbeda dari pandangan dunia yang menganggap bahwa kebesaran ditentukan oleh seberapa banyak orang yang melayani kita. Dunia memang mencari kebesaran dalam bentuk kuasa, popularitas, dan kekayaan. Ambisi dunia adalah menerima perhatian dan penghargaan. Lalu salahkah berambisi menjadi orang besar? Bukan demikian. Yesus ingin meluruskan pandangan bahwa kebesaran adalah menjadi orang pertama, sementara orang lain menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Kebesaran sejati bukan menempatkan diri di atas orang lain supaya kita dimuliakan. Kebesaran adalah menempatkan diri kita untuk melayani dan menjadi berkat bagi sesama. Misalnya seorang dokter. Ia dianggap besar bukan karena ia seorang spesialis yang bekerja di rumah sakit mahal. Atau karena ia sering menjadi pembicara di seminar-seminar kesehatan. Ia dianggap besar bila ia juga menyediakan waktunya untuk menangani orang miskin.

Hasrat menjadi yang terbesar dapat mengancam keefektifan kita sebagai murid Tuhan. Hasrat untuk dimuliakan seharusnya tidak dimiliki seorang pengikut Yesus. Apa solusinya? Milikilah hati seorang hamba. Bersiaplah mengutamakan orang lain dan merendahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa Yesus rela dianggap tak berarti dan memikul salib bagi kita.

DOA: Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Bentuklah hatiku agar aku menemukan sukacita dalam melayani orang-orang lain, seperti juga Engkau sangat bersukacita dalam memperhatikan diriku. Amin

Membela Yesus

Mrk 9:38-40

Persaingan memang menjadi warna dalam dunia bisnis. Namun apakah dunia pelayanan juga mengenal persaingan? Lalu bagaimana perasaan Anda atas keberhasilan pelayanan gereja atau kelompok lain? Iri? Atau ada perasaan tersaingi?


Murid-murid yang diwakili oleh Yohanes menyatakan keheranan karena ada orang, di luar kedua belas murid, yang berhasil mengusir setan dengan memakai nama Yesus. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah para murid memiliki hak monopoli dalam hubungan mereka dengan Sang Guru? Bukankah Yesus tidak menyuruh orang itu melakukannya sebagaimana Ia telah menyuruh kedua belas murid-Nya (Mrk. 3:14-15)? Atau mungkin keberhasilan orang itu dan kegagalan kesembilan murid yang lain yang justru mengganggu perasaan murid-murid Yesus (Mrk. 9:18)?

Meski demikian Yesus tidak ikut gusar. Yesus tidak keberatan bila orang itu memakai nama-Nya untuk mengusir setan. Dapat dipastikan bahwa orang tersebut adalah orang yang percaya pada Yesus walau ia tidak termasuk murid. Artinya orang itu bukan musuh Yesus. Yesus tidak mau para murid melihat pengusiran setan sebagai tindakan yang salah hanya karena orang itu tidak termasuk kedua belas murid. Karena dengan menolong orang lain, sesungguhnya orang itu telah melakukan perintah Allah. Malah ia akan menerima upah karena kebaikan yang telah dilakukan (ayat 41).

Kita pun hendaknya jangan pernah berpikir bahwa hanya kita saja yang dapat melakukan yang baik. Atau kita berpikir bahwa lebih baik bila orang lain bergabung dengan kita karena akan lebih banyak yang bisa dilakukan. Ini adalah pikiran yang sempit. Sebaiknya kita bersyukur atas pelayanan dan pekerjaan baik yang dilakukan orang lain. Hati-hatilah terhadap kecenderungan mencela pelayanan orang lain hanya karena mereka tidak termasuk aliran gereja kita. Mungkin saja mereka melakukan kesalahan dalam beberapa hal. Namun ingatlah bahwa lebih baik jika suatu pelayanan dilakukan oleh orang lain daripada tidak sama sekali.

DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Jauhkanlah kami dari sikap intoleransi dan angkuh terhadap pihak mana pun yang tidak seiman dengan kami. Amin