Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 27 Januari 2022

PEKA MENDENGAR

INSPIRASI DARI 

Mrk 4:1-20

Mendengar adalah tindakan penting dalam sebuah proses belajar mengajar. Mendengar berarti menyimak agar dapat memahami dengan baik. Meski demikian, tidak semua orang dapat mendengar dengan saksama.

Yesus mengajak orang banyak dan para murid untuk mendengar: “Dengarlah” (ayat 3). Menarik bahwa dalam Markus 4 tidak kurang dari 11 kali kata dengar diucapkan oleh Yesus. Mengapa demikian? Sebab Yesus menghendaki orang mendengar dengan saksama, bukan asal mendengar.

Itulah yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan penabur.

Yesus mewakili tibanya Kerajaan Allah ke dalam sejarah umat manusia dengan menjadi Penabur benih Injil. Walau demikian tidak seorang pun luput dari pengaruh kerja Iblis. Ada tiga jenis tanah yang tidak bisa menerima benih dengan baik: tanah di pinggir jalan, tanah berbatu, dan tanah yang ditumbuhi semak duri. Ketiganya menggambarkan orang yang mendengar firman tanpa menyimak dengan baik. Maka bisa saja terjadi penerimaan yang dangkal, penganiayaan dan penindasan yang memunculkan kekhawatiran, dan lahirnya keinginan duniawi. Akibatnya banyak yang mengalami firman itu tercabut, menjadi gersang dan kering, atau tidak tumbuh subur. Tentu kita tak bisa mengharapkan buah dalam kondisi semacam ini.


Sedangkan tanah yang baik adalah gambaran tentang pendengar firman yang menyimak dan menyambut dengan baik. Mereka memahami dan menaati dalam iman. Selanjutnya firman menjadikan iman matang dan mendatangkan hasil. Ini akan terlihat dalam disiplin dan kesetiaan mendengar firman terus menerus, aktif dalam pelayanan, mencintai kebenaran dan keadilan, serta gemar melakukan kebajikan bagi sesama. Inilah murid Yesus yang sejati. Tentu buah yang luar biasa itu merupakan anugerah Allah.

HIDUP KEKAL YANG PASTI

BELAJAR DARI 

1Yoh 5:14-21


Banyak orang berharap agar setelah mereka meninggal dunia, mereka masuk ke surga dan tinggal dalam kehidupan kekal. Oleh karena itu mereka berdoa dan melakukan banyak kebaikan demi memperoleh kebahagiaan di sana.

Yohanes berkata bahwa kita dapat mengetahui apakah kita memiliki kehidupan kekal (ayat 13). Jadi tidak perlu tunggu sampai di surga dulu baru kita bisa tahu. Kepastian itu didasarkan pada fakta bahwa Ia menganugerahkan kepada manusia kehidupan kekal melalui Anak-Nya. Jelas bahwa kehidupan kekal bukan bergantung pada perasaan dekat tidaknya seseorang dengan Allah. Namun “Apakah saya telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya?” Jika ya, kita tahu di dalam iman bahwa kita adalah anak Allah. Kepastian itu datangnya dari kehendak Allah, yang dinyatakan melalui Anak-Nya; bukan berdasarkan kehendak kita.

Dalam berkomunikasi dengan Allah pun, kita harus mendasarkannya pada kehendak Allah bagi kita. Kita bukan hanya meminta sesuatu yang kita inginkan. Tanyakan juga apa yang Dia inginkan bagi kita. Jika doa kita sejalan dengan kehendak-Nya maka Dia akan mendengar kita (ayat 14). Bila kita yakin bahwa Ia mendengar maka Ia akan memberikan jawaban yang pasti kepada kita (ayat 15). Kita juga perlu berdoa untuk pengampunan dosa saudara seiman, apapun kesalahan mereka. Ada dosa yang mendatangkan maut dan ada dosa yang tidak mendatangkan maut (ayat 16). Namun bukan berarti kita tidak perlu mendoakan orang yang melakukan dosa yang mendatangkan maut. Biarlah kita tetap mendoakan mereka, tetapi kita serahkan perkaranya pada Allah.


Karena kita telah memiliki kehidupan kekal, maka kita harus tetap waspada (ayat 21). Setan tetap berusaha untuk mengambil tempat Allah di dalam hidup kita. Ia juga berusaha mengacaukan pemahaman kita akan kemanusiaan dan keilahian Kristus. Karena itu belajarlah untuk tetap mengenal Allah.


Kamis, 20 Januari 2022

Pembaharuan Diri

1Sam 15:16-23

Mzm 50:8-9,16-17,21-23

Mrk 2:18-22



Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam 

kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan 

kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi 

anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.

- Mrk. 2:22



Suatu hari ada kejadian yang menyedihkan yang terjadi. Seorang suami 

yang relatif masih muda, meninggal karena suatu musibah. Sang Istri 

menangis histeris, sementara anak mereka masih belum mengerti atas apa 

yang terjadi. Lalu mengapa Sang Istri merasa begitu sedih dan meratapi 

nasibnya? Karena sang Istri menyadari bahwa dia tidak akan berjumpa 

kembali dengan orang yang sangat dikasihinya.


Kisah antara Sang Istri dan anaknya diatas, mengingatkan kita bahwa 

sebuah kejadian, baru bisa dimengerti ketika seseorang sudah bisa 

memahami apa yang terjadi dan ada hal juga yang tidak bisa dipaksakan 

untuk dipahami, seperti kisah Sang Anak diatas.

Demikian juga Yesus yang hanya mengajar sedikit orang saja daripada 

banyak orang. Karena banyak orang Israel yang tidak siap untuk menerima 

ajaran Yesus. Ketika ajaran lama : “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, namun 

Yesus mengajarkan sesuatu yang baru :“ Kalau ada yang menampar pipi 

kirimu, berikanlah pipi kananmu”. Ketika ajaran yang lama mengatakan, 

diperbolehkan menceraikan pasangan hidup, sementara Yesus mengatakan “ 

Apa yang dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia”.


Para pembaca yang terkasih, ajaran yang Yesus berikan adalah ajaran 

yang hidup. Oleh karena itu, kita harus terus membuka hati kita untuk 

menerima ajaran Yesus. Jangan menutup diri dengan pengetahuan, 

kemampuan dan pengalaman hidup saja, tetapi bukalah hati kita untuk 

mendengar ajaran Yesus setiap harinya. (An)

Apakah saya sudah membuka diri untuk hal-hal baru yang Yesus coba 

ajarkan kepada saya melalui orang- orang disekitar saya ?

Bukan Ketaatan Buta

1Sam. 16:1-13

Markus 2:23-28


_Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mrk. 2:23-24.27-28)_


Sabda hari ini mengisahkan orang-orang Farisi yang mengkritik dan mencela murid-murid Yesus karena memetik gandum di hari sabat. Orang-orang Farisi yang mengaku diri sebagai pewaris hukum Musa ini sangat ketat dalam menjaga tegaknya aturan-aturan hukum Taurat, salah satunya adalah hukum sabat. Dari satu pihak harus diakui ketaatan orang-orang Farisi itu, tetapi sayangnya mereka sering jatuh pada 'ketaatan buta' _alias_ melaksanakan aturan demi mengabdi pada aturan tanpa menyertakan perasaan hati serta mempertimbangkan situasi maupun konteks hidup yang ada. Padahal aturan itu dibuat untuk membantu manusia agar tatanan hidup berjalan dengan baik namun nyatanya justru membuat orang menderita karena kemanusiaannya diabaikan dan dilanggar oleh ketatnya aturan. Bagaimana mungkin seorang yang sedang menderita sakit keras harus dibiarkan jika hari itu adalah hari Sabat?

Tuhan mengajak kita untuk tidak menghamba pada hukum Sabat  dan Taurat _alias_ tidak menjalankan hidup keagamaan karena takut pada aturan tetapi agar menghayatinya dengan segala ketulusan. Kita harus beriman dalam kegembiraan bukan dengan ketakutan. Semoga pelita sabda hari ini membawa kita pada sikap bijak hati dan tak mengabdi pada "ketaatan buta" seperti yang dihayati oleh para Farisi.


_Sudah lewat masa liburan,_

_saatnya fokus  berkegiatan._

_Berimanlah dengan kegembiraan,_

_bukan karena ketakutan._

_Berakit-rakit ke hulu,_

_berenang-renang ke tepian._

_Abdilah Tuhan terlebih dahulu._

_niscaya hidup akan berkelimpahan._


Rm. Istoto

Peraturan untuk dilanggar?

1Sam 17:32-33,37,40-51

Mzm 144:1,2,9-10

Mrk 3:1-6


Kemudian kata-Nya kepada mereka :” Manakah yang diperbolehkan pada hari 

Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau 

membunuh orang?“ Mrk. 3 : 4


Pada suatu waktu, ketika dalam kondisi darurat, saya harus membawa 

orang tua yang sedang sakit dengan menggunakan mobil ambulans ke 

rumah sakit. Dikarenakan saat itu, orang tua saya terkena covid, maka saya 

tidak diperkenankan untuk berada bersama-sama di dalam mobil ambulans 

juga. Namun saya boleh mengikuti di kendaraan lain dari belakang.


Ketika itu, lalu lintas jalan sangat padat pada jam-jam kerja pulang kantor. 

Mobil ambulans di depan saya terlihat sangat berusaha memecah kemacetan 

ibu kota dengan bunyi sirine yang terus menggema dan sudah terdengar dari 

kejauhan. Saya pun berusaha mengimbangi agar jangan sampai tertinggal 

dengan ambulans yang ditumpangi orang tua saya. 


Pada saat itu, kami terus diberi jalan oleh pengguna jalan yang lain. Bahkan 

beberapa petugas kepolisian membantu kami membuka jalan dan 

mengarahkan kami untuk memasuki jalur busway. Ditambah lagi kami selalu 

diberi jalan untuk menerobos setiap lampu merah yang menghadang.


Jika pada saat-saat biasa, saya akan langsung diberhentikan oleh petugas 

jika memasuki jalur busway. Atau akan dikirimi “surat cinta” ke alamat rumah 

yang berupa surat tilang dan harus membayar denda lima ratus ribu rupiah, 

setiap saya menerobos lampu merah, yang akan langsung terekam dan 

terfoto dari cctv.


Sama halnya seperti “peraturan hari Sabat” yang ada pada zaman Yesus 

dahulu, kita pun diajak untuk terutama melakukan kebaikan, yaitu 

menyelamatkan nyawa orang, walaupun mungkin hal itu harus melanggar 

peraturan. Sama seperti Yesus, sekalipun nanti ada konsekuensi nya yang 

harus kita tanggung. Namun, jika hal itu untuk sesuatu yang penting, kita perlu 

tempuh resikonya. (Md)


Siapkah Saya menempuh resiko melanggar peraturan jika dihadapkan 

dengan keadaan mendesak jika memang dibutuhkan?



~ Redaksi Bahasa Kasih ~