1Sam 17:32-33,37,40-51
Mzm 144:1,2,9-10
Mrk 3:1-6
Kemudian kata-Nya kepada mereka :” Manakah yang diperbolehkan pada hari
Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau
membunuh orang?“ Mrk. 3 : 4
Pada suatu waktu, ketika dalam kondisi darurat, saya harus membawa
orang tua yang sedang sakit dengan menggunakan mobil ambulans ke
rumah sakit. Dikarenakan saat itu, orang tua saya terkena covid, maka saya
tidak diperkenankan untuk berada bersama-sama di dalam mobil ambulans
juga. Namun saya boleh mengikuti di kendaraan lain dari belakang.
Ketika itu, lalu lintas jalan sangat padat pada jam-jam kerja pulang kantor.
Mobil ambulans di depan saya terlihat sangat berusaha memecah kemacetan
ibu kota dengan bunyi sirine yang terus menggema dan sudah terdengar dari
kejauhan. Saya pun berusaha mengimbangi agar jangan sampai tertinggal
dengan ambulans yang ditumpangi orang tua saya.
Pada saat itu, kami terus diberi jalan oleh pengguna jalan yang lain. Bahkan
beberapa petugas kepolisian membantu kami membuka jalan dan
mengarahkan kami untuk memasuki jalur busway. Ditambah lagi kami selalu
diberi jalan untuk menerobos setiap lampu merah yang menghadang.
Jika pada saat-saat biasa, saya akan langsung diberhentikan oleh petugas
jika memasuki jalur busway. Atau akan dikirimi “surat cinta” ke alamat rumah
yang berupa surat tilang dan harus membayar denda lima ratus ribu rupiah,
setiap saya menerobos lampu merah, yang akan langsung terekam dan
terfoto dari cctv.
Sama halnya seperti “peraturan hari Sabat” yang ada pada zaman Yesus
dahulu, kita pun diajak untuk terutama melakukan kebaikan, yaitu
menyelamatkan nyawa orang, walaupun mungkin hal itu harus melanggar
peraturan. Sama seperti Yesus, sekalipun nanti ada konsekuensi nya yang
harus kita tanggung. Namun, jika hal itu untuk sesuatu yang penting, kita perlu
tempuh resikonya. (Md)
Siapkah Saya menempuh resiko melanggar peraturan jika dihadapkan
dengan keadaan mendesak jika memang dibutuhkan?
~ Redaksi Bahasa Kasih ~