Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 10 Mei 2025

MATERI : YUSUF

 Yusuf: Kisah Pengampunan dan Pemeliharaan Ilahi

Tujuan Penyuluhan:

a)    Mengenal lebih dekat tokoh Yusuf dalam Kitab Suci.

b)    Memahami perjalanan hidup Yusuf yang penuh cobaan dan berkat.

c)    Merenungkan nilai-nilai kesetiaan, ketekunan, dan pengampunan dari kisah Yusuf.

d)    Menyadari pemeliharaan Allah yang bekerja di balik segala peristiwa dalam hidup.

e)    Memahami bagaimana penderitaan dapat menjadi jalan menuju kemuliaan dan keselamatan.

Ayat-ayat Kitab Suci yang Menjadi Dasar:

v  Kejadian 37:1-36 (Yusuf Dijual ke Mesir)

v  Kejadian 39:1-23 (Yusuf di Rumah Potifar)

v  Kejadian 40:1-23 (Yusuf di Penjara Menafsirkan Mimpi)

v  Kejadian 41:1-57 (Yusuf Menjadi Penguasa di Mesir)

v  Kejadian 42:1-38 (Perjalanan Pertama Saudara-saudara Yusuf ke Mesir)

v  Kejadian 43:1-34 (Perjalanan Kedua Saudara-saudara Yusuf ke Mesir)

v  Kejadian 44:1-34 (Ujian Terakhir bagi Saudara-saudara Yusuf)

v  Kejadian 45:1-28 (Yusuf Menyatakan Diri kepada Saudara-saudaranya)

v  Kejadian 46:1-34 (Yakub dan Keluarganya Pindah ke Mesir)

v  Kejadian 47:1-31 (Yusuf Mengatur Kehidupan di Mesir)

Poin-Poin Penyuluhan:

I. Yusuf Dijual ke Mesir (Kejadian 37:1-36)

  • Yusuf, anak kesayangan Yakub, dibenci oleh saudara-saudaranya karena mimpi-mimpinya yang menunjukkan kekuasaannya di masa depan.
  • Mereka berencana membunuhnya, tetapi akhirnya menjualnya kepada pedagang Midian dan dibawa ke Mesir.
  • Saudara-saudara Yusuf menipu ayah mereka dengan mengatakan bahwa Yusuf telah diterkam binatang buas.
  • Refleksi: Bagaimana kita menghadapi rasa iri dan dengki dalam diri kita atau dari orang lain? Bagaimana kita memperlakukan saudara dan keluarga kita?

II. Yusuf di Rumah Potifar (Kejadian 39:1-23)

  • Di Mesir, Yusuf dibeli oleh Potifar, seorang pegawai istana Firaun.
  • Karena Tuhan menyertai Yusuf, ia berhasil dalam segala pekerjaannya dan dipercaya oleh Potifar.
  • Istri Potifar mencoba menggoda Yusuf, tetapi Yusuf menolak dengan tegas karena takut akan Allah.
  • Akibat penolakan itu, Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara.
  • Refleksi: Bagaimana kita menjaga kesetiaan dan integritas kita dalam menghadapi godaan? Apakah kita mengutamakan takut akan Allah dalam setiap keputusan kita?

III. Yusuf di Penjara Menafsirkan Mimpi (Kejadian 40:1-23)

  • Di penjara, Yusuf bertemu dengan kepala juru minuman dan kepala juru roti Firaun.
  • Dengan pertolongan Allah, Yusuf dapat menafsirkan mimpi mereka dengan tepat.
  • Yusuf meminta kepala juru minuman untuk mengingatnya ketika ia dibebaskan, tetapi kepala juru minuman melupakannya.
  • Refleksi: Bagaimana kita menggunakan karunia dan kemampuan yang diberikan Allah untuk melayani orang lain, bahkan dalam situasi sulit? Apakah kita belajar untuk bersabar dan tidak putus asa ketika kebaikan kita dilupakan?

IV. Yusuf Menjadi Penguasa di Mesir (Kejadian 41:1-57)

  • Setelah dua tahun di penjara, Firaun mengalami mimpi yang mengganggu dan tidak ada seorang pun di Mesir yang dapat menafsirkannya.
  • Kepala juru minuman akhirnya ingat kepada Yusuf dan menceritakan kemampuannya kepada Firaun.
  • Yusuf dipanggil menghadap Firaun dan dengan hikmat dari Allah, ia menafsirkan mimpi itu tentang tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan.
  • Firaun sangat terkesan dengan kebijaksanaan Yusuf dan mengangkatnya menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir untuk mempersiapkan diri menghadapi masa kelaparan.
  • Refleksi: Bagaimana Allah dapat menggunakan situasi yang sulit dan tidak adil untuk membawa kita kepada rencana-Nya yang lebih besar? Apakah kita siap ketika kesempatan datang, meskipun setelah penantian yang panjang?

V. Perjalanan Pertama Saudara-saudara Yusuf ke Mesir (Kejadian 42:1-38)

  • Ketika kelaparan melanda Kanaan, Yakub mengirimkan sepuluh putranya ke Mesir untuk membeli gandum.
  • Mereka tidak mengenali Yusuf, yang kini menjadi penguasa yang berwibawa.
  • Yusuf mengenali mereka dan mengingat perbuatan jahat mereka di masa lalu.
  • Yusuf menguji mereka dengan menuduh mereka sebagai mata-mata dan menahan Simeon sebagai jaminan.
  • Refleksi: Bagaimana dosa dan kesalahan masa lalu dapat mempengaruhi kehidupan kita di masa kini? Apakah kita menyadari konsekuensi dari perbuatan buruk kita?

VI. Perjalanan Kedua Saudara-saudara Yusuf ke Mesir (Kejadian 43:1-34)

  • Karena kelaparan semakin parah, Yakub akhirnya mengizinkan Benyamin, adik bungsu Yusuf, untuk pergi ke Mesir bersama saudara-saudaranya.
  • Yusuf sangat terharu melihat Benyamin dan mengadakan perjamuan untuk mereka.
  • Ia memberikan penghormatan khusus kepada Benyamin, yang menimbulkan kecurigaan di antara saudara-saudaranya.
  • Refleksi: Bagaimana kasih dan ikatan keluarga dapat mengatasi kebencian dan permusuhan di masa lalu? Apakah kita belajar untuk menghargai dan melindungi anggota keluarga kita?

VII. Ujian Terakhir bagi Saudara-saudara Yusuf (Kejadian 44:1-34)

  • Yusuf merencanakan ujian terakhir bagi saudara-saudaranya dengan menyuruh pelayannya menyembunyikan piala peraknya di dalam karung Benyamin.
  • Ketika mereka pergi, mereka dikejar dan dituduh mencuri.
  • Ketika piala ditemukan di dalam karung Benyamin, mereka semua kembali dan bersedia menjadi budak Yusuf.
  • Yehuda berbicara dengan penuh keberanian dan kasih sayang untuk melindungi Benyamin, menawarkan dirinya sebagai pengganti.
  • Refleksi: Bagaimana kita menunjukkan kasih dan pengorbanan bagi orang yang kita kasihi? Apakah kita berani bertanggung jawab atas kesalahan orang lain demi kebaikan bersama?

VIII. Yusuf Menyatakan Diri kepada Saudara-saudaranya (Kejadian 45:1-28)

  • Terharu oleh perubahan hati saudara-saudaranya, terutama Yehuda, Yusuf tidak dapat menahan diri lagi dan menyatakan identitasnya kepada mereka.
  • Mereka sangat terkejut dan takut, menyadari kejahatan yang telah mereka lakukan.
  • Yusuf dengan penuh kasih mengampuni mereka dan meyakinkan mereka bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan banyak orang.
  • Refleksi: Bagaimana kita memberikan pengampunan kepada orang yang telah menyakiti kita? Apakah kita mampu melihat karya Allah di balik penderitaan dan kesulitan yang kita alami?

IX. Yakub dan Keluarganya Pindah ke Mesir (Kejadian 46:1-34)

  • Yusuf mengirimkan kabar kepada ayahnya dan mengundangnya beserta seluruh keluarganya untuk pindah ke Mesir selama masa kelaparan.
  • Yakub sangat gembira mendengar bahwa Yusuf masih hidup dan menjadi penguasa di Mesir.
  • Firaun menyambut baik kedatangan keluarga Yakub dan memberikan mereka tanah yang subur di Gosyen.
  • Refleksi: Bagaimana kasih dan persatuan keluarga dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan di masa sulit? Bagaimana kita menghormati dan menjaga hubungan dengan orang tua dan keluarga kita?

X. Yusuf Mengatur Kehidupan di Mesir (Kejadian 47:1-31)

  • Yusuf dengan bijaksana mengatur persediaan makanan selama masa kelaparan dan menyelamatkan banyak orang.
  • Ia menunjukkan kesetiaan kepada Firaun dan mengelola sumber daya Mesir dengan baik.
  • Keluarga Yakub hidup dengan aman dan sejahtera di Mesir di bawah perlindungan Yusuf.
  • Refleksi: Bagaimana kita menggunakan talenta dan posisi yang kita miliki untuk melayani dan membantu orang lain? Apakah kita bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepada kita?

Kesimpulan:

Kisah Yusuf adalah kisah yang kaya akan pelajaran tentang kesetiaan, ketekunan, pengampunan, dan pemeliharaan Ilahi. Melalui perjalanan hidupnya yang penuh dengan cobaan dan berkat, kita belajar bahwa Allah dapat bekerja di balik segala peristiwa, bahkan yang tampak buruk sekalipun, untuk menggenapi rencana-Nya yang baik. Teladan Yusuf mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, untuk tetap setia kepada Allah dalam segala situasi, dan untuk percaya bahwa penderitaan dapat menjadi jalan menuju kemuliaan dan keselamatan.

Pertanyaan Diskusi:

  • Bagian mana dari kisah Yusuf yang paling menyentuh hati Anda? Mengapa?
  • Nilai-nilai apa saja yang dapat kita pelajari dari kehidupan Yusuf?
  • Bagaimana kisah Yusuf menunjukkan pemeliharaan dan rencana Allah dalam kehidupan manusia?
  • Bagaimana kita dapat menerapkan semangat pengampunan Yusuf dalam hubungan kita dengan orang lain?
  • Apa saja tantangan dalam mempercayai rencana Allah di tengah penderitaan dan kesulitan?

Semoga materi penyuluhan ini bermanfaat bagi umat Katolik dalam memahami dan merenungkan kisah Yusuf.

 

MATERI : ABRAHAM

 Abraham: Bapak Iman dan Sahabat Allah

Tujuan Penyuluhan:

a)    Mengenal lebih dekat tokoh Abraham dalam Kitab Suci.

b)    Memahami panggilan Allah kepada Abraham dan respons imannya.

c)    Merenungkan teladan iman Abraham dalam kehidupan sehari-hari.

d)    Menyadari pentingnya ketaatan dan kepercayaan kepada Allah dalam segala situasi.

e)    Memahami janji-janji Allah kepada Abraham dan relevansinya bagi kita sebagai umat beriman.

Ayat-ayat Kitab Suci yang Menjadi Dasar:

Ø  Kejadian 12:1-9 (Panggilan Abraham)

Ø  Kejadian 13:1-18 (Perpisahan dengan Lot)

Ø  Kejadian 14:1-24 (Abraham menyelamatkan Lot)

Ø  Kejadian 15:1-21 (Perjanjian Allah dengan Abraham)

Ø  Kejadian 16:1-16 (Hagar dan Ismael)

Ø  Kejadian 17:1-27 (Perjanjian Sunat dan Perubahan Nama)

Ø  Kejadian 18:1-33 (Tamu-tamu Allah dan Doa Syafaat untuk Sodom)

Ø  Kejadian 19:1-29 (Kehancuran Sodom dan Gomora)

Poin-Poin Penyuluhan:

I. Panggilan Allah kepada Abraham (Kejadian 12:1-9)

  • Allah memanggil Abraham untuk pergi dari tanah kelahirannya ke tanah yang akan ditunjukkan-Nya.
  • Panggilan ini disertai dengan janji-janji yang besar: menjadi bangsa yang besar, namanya akan masyhur, dan menjadi berkat bagi semua bangsa.
  • Respons Abraham adalah ketaatan tanpa menunda. Ia pergi tanpa mengetahui ke mana ia akan pergi.
  • Refleksi: Bagaimana kita merespons panggilan Allah dalam hidup kita? Apakah kita berani keluar dari zona nyaman dan mengandalkan janji-Nya?

II. Perpisahan dengan Lot (Kejadian 13:1-18)

  • Karena harta mereka bertambah banyak, terjadilah perselisihan antara gembala-gembala Abraham dan Lot.
  • Abraham menunjukkan kebijaksanaan dan kerendahan hati dengan memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih lebih dahulu.
  • Lot memilih lembah Yordan yang subur, sementara Abraham tetap tinggal di tanah Kanaan.
  • Allah kembali meneguhkan janji-Nya kepada Abraham setelah perpisahan dengan Lot.
  • Refleksi: Bagaimana kita menyelesaikan konflik dalam hidup kita? Apakah kita mengutamakan kepentingan diri sendiri atau mencari solusi yang damai dan adil?

III. Abraham Menyelamatkan Lot (Kejadian 14:1-24)

  • Ketika Lot tertawan oleh raja-raja yang menyerang Sodom, Abraham dengan berani memimpin pasukannya untuk menyelamatkannya.
  • Kemenangan Abraham menunjukkan keberanian dan kasihnya kepada keluarganya.
  • Abraham menolak hadiah dari raja Sodom, menunjukkan integritas dan kepercayaannya hanya kepada Allah.
  • Refleksi: Bagaimana kita menunjukkan kasih dan kepedulian kepada orang-orang di sekitar kita, terutama yang sedang mengalami kesulitan? Apakah kita menjaga integritas kita dalam segala situasi?

IV. Perjanjian Allah dengan Abraham (Kejadian 15:1-21)

  • Allah menampakkan diri kepada Abraham dalam penglihatan dan meneguhkan janji-Nya tentang keturunan yang tak terhitung jumlahnya.
  • Abraham menunjukkan imannya kepada Allah, dan Allah memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran.
  • Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham melalui korban binatang, melambangkan keseriusan dan kekekalan janji-Nya.
  • Refleksi: Seberapa besar kepercayaan kita kepada janji-janji Allah? Apakah kita sungguh-sungguh yakin bahwa Allah akan menggenapi apa yang telah Dia katakan?

V. Hagar dan Ismael (Kejadian 16:1-16)

  • Karena Sarah mandul, ia menyuruh Abraham mengambil Hagar, hambanya, untuk mendapatkan keturunan.
  • Kelahiran Ismael menimbulkan konflik dalam keluarga Abraham.
  • Kisah ini mengingatkan kita bahwa rencana manusia seringkali berbeda dengan rencana Allah dan dapat menimbulkan masalah.
  • Allah tetap memperhatikan Hagar dan Ismael, menunjukkan kasih-Nya kepada semua orang.
  • Refleksi: Bagaimana kita menghadapi situasi ketika harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan? Apakah kita belajar untuk bersabar dan mengandalkan rencana Allah?

VI. Perjanjian Sunat dan Perubahan Nama (Kejadian 17:1-27)

  • Allah kembali menampakkan diri kepada Abraham dan meneguhkan perjanjian-Nya.
  • Perjanjian sunat ditetapkan sebagai tanda perjanjian antara Allah dan keturunan Abraham.
  • Nama Abram diubah menjadi Abraham, yang berarti "bapa banyak bangsa," dan nama Sarai diubah menjadi Sara, yang berarti "putri."
  • Perubahan nama ini menandakan identitas dan misi baru yang diberikan Allah kepada mereka.
  • Refleksi: Apakah kita menyadari identitas kita sebagai umat perjanjian Allah melalui baptisan? Bagaimana kita menghidupi misi kita sebagai pengikut Kristus?

VII. Tamu-tamu Allah dan Doa Syafaat untuk Sodom (Kejadian 18:1-33)

  • Allah menampakkan diri kepada Abraham dalam rupa tiga orang laki-laki.
  • Abraham menunjukkan keramahannya dengan menyambut dan melayani mereka.
  • Allah memberitahukan rencana-Nya untuk menghancurkan Sodom dan Gomora karena dosa-dosa mereka yang besar.
  • Abraham dengan berani berdoa syafaat kepada Allah untuk kota Sodom, menunjukkan kasih dan kepeduliannya terhadap sesama.
  • Refleksi: Bagaimana kita memperlakukan orang lain, terutama mereka yang membutuhkan? Apakah kita berani berdoa untuk orang lain dan menyampaikan keprihatinan kita kepada Allah?

VIII. Kehancuran Sodom dan Gomora (Kejadian 19:1-29)

  • Meskipun Abraham telah berdoa syafaat, Allah tetap menghancurkan Sodom dan Gomora karena kejahatan mereka yang tidak bertobat.
  • Lot dan keluarganya diselamatkan atas kasih karunia Allah, meskipun Lot sendiri masih menunjukkan kelemahan.
  • Kisah ini menjadi peringatan tentang konsekuensi dosa dan pentingnya hidup dalam kebenaran.
  • Refleksi: Apakah kita menyadari bahaya dosa dalam hidup kita? Apakah kita berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah?

Kesimpulan:

Kisah Abraham adalah kisah tentang iman, ketaatan, kepercayaan, dan persahabatan dengan Allah. Melalui perjalanan hidupnya, kita belajar tentang panggilan Allah, janji-janji-Nya yang setia, dan pentingnya merespons dengan iman dalam segala situasi. Teladan Abraham sebagai "Bapa Iman" terus menginspirasi kita untuk mempercayai Allah dan mengikuti jalan-Nya, yakin bahwa Dia akan menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita.

Pertanyaan Diskusi:

  • Bagian mana dari kisah Abraham yang paling berkesan bagi Anda? Mengapa?
  • Apa saja kualitas iman Abraham yang dapat kita teladani dalam hidup kita?
  • Bagaimana janji-janji Allah kepada Abraham relevan bagi kita sebagai umat Katolik saat ini?
  • Apa tantangan terbesar Anda dalam menghidupi iman seperti Abraham?
  • Bagaimana kita dapat memperkuat iman dan kepercayaan kita kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari?

Semoga materi penyuluhan ini bermanfaat bagi umat Katolik dalam memahami dan merenungkan kisah iman Abraham.

 

Rabu, 07 Mei 2025

RENCANA DAN JADWAL PENYULUH AGAMA KATOLIK 5.25

 

Yesus Roti Hidup

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. 
Pada hari ini Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama- lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Perkataan ini menjadi perbantahan bagi bangsa Israel saat itu saat mendengar kata-kata tersebut. Roti adalah sesuatu yang akan segera rusak dan bahkan basi. Artinya sesaat. Yesus menegaskan bahwa apa yang dialami oleh nenek moyang mereka di padang gurun dan mereka mendapatkan manna.

Itupun hanya sesaat dan setelah makan mereka bisa mati. Kontras dengan realitas itu, Yesus mengatakan, ”Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. Artinya roti itu adalah abadi dan membawa kepada keabadian.

Iman Katolik meyakini bahwa itu adalah Tubuh Yesus sendiri. Selain sebagai roti atau makanan Ia mengatakan Akulah jalan. Dengan demikian maka Yesus sungguh menjadi jaminan kehidupan kekal. Dengan syarat ”percaya” kepada-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Sebagai orang Katolik tentu saat menerima Roti Hidup itu bagaimana disposisi batin kita. Ini adalah sesuatu di luar nalar kita. Maka iman akan Yesus yang hadir secara penuh dalam roti ekaristi mutlak diperlukan.

Dalam tradisi Gereja, kita mengenal adanya viaticum artinya bekal suci (untuk perjalanan jauh). Artinya kita meyakini dengan makan roti itu kita menerima bekal suci perjalanan kita ke surga. Hal ini tampak dalam pemberian ekaristi pada mereka yang menderita sakit dan tak bisa hadir dalam perayaan ekaristi.

Menjadi permenungan bagi kita adalah apakah kita sungguh menyiapkan tempat yang layak untuk menyambut Tuhan. Tuhan yang begitu kudus dan suci datang dan bukan hanya datang tapi memenuhi diri kita total. Ia hidup dalam diri kita. Pada saat ini bagaimana sikap batin dan jasmani kita. Maka menurut permenungan saya adalah diam dan membiarkan diri disapa oleh Allah. Tuhan izinkan mata batinku melihat keilahian-Mu. Maka saat ini terjadi hidup dalam hadirat Allah. Dan hal ini akan membawa konsekuensi besar pada kita.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pada bacaan hari ini kita diingatkan sekali lagi akan hakikat ekaristi. Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Di sanalah kita mendapatkan makanan/sumber hidup yang sejati. Makanan yang tidak dapat rusak sekaligus bekal untuk suatu perjalanan menuju keabadian yakni surga. Menjadi permenungan kita adalah: apakah kala kita menyambut Tubuh Kristus sungguh sadar betul bahwa itu roti surgawi?

Bila kesadaran itu kita miliki maka kita sadar bahwa kita manusia berdosa namun Dia yang Kudus berkenan memenuhi diri kita. Dan inilah yang membuat kita menjadi manusia bermutu. Dengan menyambut Tubuh Kristus kita menjadi alter-alter Kristus atau Kristus yang lain. Dengan demikian keselamatan itu bukan hanya untuk diri kita tapi juga untuk dunia. Kita telah diselamatkan oleh Kristus maka sudah menjadi suatu tanggung jawab kita untuk ambil bagian dan menata dunia. Bertanggung jawab atas kelestarian hidup bersama.

Sebagaimana Kristus datang untuk memberikan hidup untuk dunia maka tugas perutusan kita sebagai alter Kristus adalah ikut menyelamatkan dunia. Apakah kita sudah mengupayakan supaya dunia menjadi tempat yang baik dan layak huni bagi manusia? 

Tepatlah doa ”datanglah kerajaan-Mu”. Kerajaan Allah adalah kerajaan damai. Menciptakan dunia yang layak huni dan damai adalah panggilan hidup kita murid-murid Kristus.

Kamis, 01 Mei 2025

Dokumentasi Penyuluh Katolik Mei 25

Rapat koordinasi bersama para pendamping mereka yang masih dalam ikatan dengan Rutan untuk peneguhan dalam rangka proses penyesuaian diri di luar setelah hidup di dalam rumah tahanan.





Melakukan dan mengikuti rapat koordinasi bersama para ASN di bawah Kasubag TU di aula Kementerian Agama kabupaten Bantul untuk pelayanan agar lebih mudah cepat dan efektif.



Membangun kerjasama dan soliditas dalam pelayanan kepada masyarakat.





Zoom bersama Bapak kepala kantor Kementerian Agama kabupaten Bantul


Pendampingan Iman anak Katolik di aula Gereja Santo Paulus pringgolayan




Terlibat di dalam proses persiapan untuk perayaan ekaristi di hari minggu Gereja Santo Paulus Pringgolayan.





Bersama anak2 SMK dari Maluku yang praktek di RRI melakukan pembuatan rekaman siaran BATIK Babagan Niti Kabecikan untuk agama Katolik.



Rekaman di RRI Yogyakarta pro 4 dalam rangka siaran batik yang akan disiarkan pada hari Minggu pagi

 

Materi untuk RRI Mei 25

Selamat Paskah

Yesus yang telah bangkit itu tampil untuk ketiga kalinya. Kali ini terjadi pagi hari di tepi pantai, di mana mereka sepanjang malam telah berusaha menangkap ikan, namun tidak berhasil. 

Dengan menampakkan diri itu terbuktilah lagi, bahwa Yesus yang mendatangi mereka di pantai itu adalah sungguh Yesus, yang satu dan sama, dan yang sebelumnya telah mereka kenal ketika hidup bersama mereka, sampai ketika Ia menderita dan mati di kayu salib. 

Yesus terbukti sebagai seorang Guru yang dalam hidup dan kata dan perbuatan-Nya penuh kasih, dan sangat memperhatikan pengikut-pengikut-Nya. 

Hal itu terbukti bahwa sesudah bangkit Ia datang kembali menolong murid-murid-Nya menangkap ikan yang sangat mereka butuhkan. Dan dengan sikap kebersamaan dan persaudaraan Yesus yang telah bangkit itu mau ikut makan sarapan dengan murid-murid-Nya.

Yesus terbukti begitu dekat dengan murid-murid-Nya, dan dalam suasana kebersamaan dan persaudaraan itulah Yesus bertanya kepada Petrus. 
"Simon, anak Johanes, apakah engkau mengasihi Aku". 
Petrus menjawab : "Benar, Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. Dan Yesus menanggapinya dengan berkata : "Gembalakanlah domba-domba-Ku!" 

Demikianlah secara berturut-turut Yesus bertanya tiga kali, dan Petrus menjawab tiga kali, dan tiga kali pula Yesus memberikan tugas kepada Petrus, yang akan dijadikan menjadi wakil-Nya.

Dengan kata-kata-Nya itu Yesus menyerahkan tugas penggembalaan atau pastoral, sebagai tugas tertinggi, yaitu sebagai Gembala memimpin Gereja universal. 

Tugas inilah yang juga disebut dalam Injil Matius, di mana Yesus berkata : "Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku mendirikan Gereja-Ku. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga" (Mat 16:18-19).

Dari kata-kata Yesus seperti yang disampaikan-Nya kepada Petrus itu terbuktilah, betapa sungguh besar kasih Yesus kepada murid-murid-Nya, khususnya kepada Petrus yang diangkat-Nya menjadi wakil-Nya. Tetapi sekaligus tampaklah pula betapa murni kasih dan kesetiaan janji Yesus kepada Petrus.

Mengapa Yesus sampai tiga kali mengajukan pertanyaan yang sama kepada kepada Petrus?

Karena Petrus telah tiga kali menyangkal dan tidak mau mengakui Yesus sebagai Gurunya, ketika Yesus ditangkap dan mengalami penderitaan. 

Yesus pada waktu itu berkata kepada Petrus : "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Mat 26:34). 

Waktu itu Petrus menjawab kepada Yesus : "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau" (Mat 26:35). Tetapi dalam kenyataannya Petrus sampai tiga kali menyangkal Yesus.

Dalam Injil Johannes hari ini terbuktilah betapa total kasih Yesus kepada Petrus. Yesus melupakan dan mengampuni ketidaksetiaan Petrus kepada-Nya dengan menyangkal Dia tiga kali. 

Ternyata Allah selalu memberi kesempatan kepada kita untuk kedua atau ketiga kalinya, bahkan bagi kita selalu terbuka kemungkinannya untuk selalu mohon ampun kepada-Nya.

Dan juga dalam Injil Johannes hari ini kita dapat belajar dari apa yang dialami Petrus. Petrus mengalami perubahan diri secara total. 

Kasih dan kesediaan Yesus untuk mengampuni mengubah Petrus menjadi manusia baru, pribadi baru yang memang penuh semangat meskipun lemah, namun dapat menjadi kuat, taat dan setia sampai mati sebagai martir. 

Petrus memiliki kekurangan dan kelemahannya, namun berkat kasih dan kerahiman Allah ia dapat membuktikan dirinya sebagai orang yang sanggup melaksanakan kesetiaannya kepada Kristus dengan mengorbankan hidupnya.

Dalam tanya jawab atau kata-kata timbal balik antara Yesus dan Petrus kita semua dapat belajar untuk hidup dan berbuat dengan baik terhadap Allah dan di antara sesama, masing-masing menurut keadaan dan kemampuan kita masing-masing. 

St. Agustinus ketika membaca Injil Johannes hari ini memberi komentar sebagai berikut : "Pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Petrus, juga diajukan kepada setiap orang di antara kita!". 

Jadi pertanyaan "Apakah kamu mengasihi Aku" ditujukan kepada siapapun yang menyebut dirinya sebagai orang kristiani.

Kasih merupakan unsur hakiki untuk segala bentuk kepemimpinan dan pelayanan yang tak terpisahkan. Seperti dilaksanakan oleh Yesus sendiri. Yesus memimpin para rasul, Ia memimpin Gereja-Nya. 

Yesus memimpin Gereja dengan melayaninya dengan kasih. Kasih kita kepada Kristus jangan sampai hanya bersifat secara pribadi dalam ibadat, melainkan juga sebagai ungkapan nyata pelayanan kita kepada sesama. 

Apakah kita tidak rela mengasihi sesama, yang dikasihi Kristus? 

Mengasihi Kristus berarti sebenarnya berbuat baik terhadap sesama. 

Di mana tidak ada pelayanan, di situ tidak ada kasih. Dan di mana kasih tidak ada, di situ Kristus juga tidak ada! 

Di mana Kristus tidak ada, di situ damai juga tidak ada. 

Santa Teresa dari Kalkuta berkata : "Buah kasih adalah pelayanan, dan buah pelayanan adalah damai"

Santo Romualdus

  Pertapa Pembaharu dan Pendiri Ordo Camaldoli Santo Romualdus (sekitar 951 – 19 Juni 1027) adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam...