Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 02 Mei 2024

MEKANIK KEBINGUNGAN

Ibrani 10:1-18

Tetapi justru dengan kurban-kurban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. 
Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah kambing jantan menghapuskan dosa. 
(Ibrani 10:3-4)

Karena motor saya mogok, saya membawanya ke bengkel. Setelah mekanik memeriksanya, ia menjelaskan masalahnya, lalu mulai memperbaikinya. Namun, setelah lebih dari satu jam, ia terlihat kebingungan. Kembali ia menjelaskan kerusakan motor dan sistem kerjanya. “Apakah Abang bisa memperbaikinya?” tanya saya tegas. Ia pun mengaku tidak sanggup mengerjakannya, masalah itu harus ditangani orang yang lebih ahli. Artinya, saya perlu ke bengkel lain.

Umat Allah dalam Perjanjian Lama (PL) diperintahkan untuk melakukan beragam pengurbanan untuk penghapusan dosa. Tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:22). Selain kurban harian, seorang imam besar juga melakukan persembahan untuk segenap umat Allah setiap tahun. Dalam terang Perjanjian Baru, kita diberi tahu bahwa sebenarnya semua itu hanyalah bayangan. Wujud aslinya adalah pengurbanan Tuhan Yesus di kayu salib, satu kali untuk selamanya. Kurban-kurban dalam PL tidak dapat menghapuskan dosa, namun ber fungsi sebagai pengingat bahwa dosa-dosa mereka harus dibereskan oleh Tuhan.

Semua ajaran di dunia berusaha menuntun manusia menjadi baik agar dapat mencapai surga dengan usaha sendiri. Mereka sadar adanya dosa yang harus diatasi, dan–seperti mekanik tadi–mereka terus-menerus berupaya memperbaikinya, namun tidak sanggup. Allah tahu, kita memang tidak sanggup membebaskan diri dari dosa. Karena itulah Dia mengambil rupa kita dalam Kristus, menjadi kurban yang sejati, dan menyucikan kita dari semua dosa.

ALLAH ADALAH MEKANIK TERBAIK UNTUK MENGATASI MASALAH MANUSIA
KARENA DIALAH YANG MENCIPTAKAN KITA

TRANSFORMASI

Efesus 5:1-21

Karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.
(Efesus 5:9)

Terang jelas berbeda dari kegelapan; terang tidak dapat bersatu dengan kegelapan. Ketika terang datang, kegelapan akan sirna karena terang akan menyingkapkan segala sesuatu yang tertutup oleh kegelapan. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk melenyapkan kegelapan adalah dengan mendatangkan terang.

Paulus menjelaskan bahwa orang yang telah diselamatkan karena iman kepada Kristus bukan sekadar mengalami perbaikan, melainkan mengalami transformasi radikal dari gelap menjadi terang. Yesus Kristus adalah terang dunia, siapa saja yang beriman kepada Kristus akan menjadi terang dan dipanggil untuk hidup di dalam terang. Karakter terang akan nyata melalui kebaikan, keadilan, dan kebenaran yang muncul sebagai buahnya. Hidup sebagai anak terang juga berarti selalu mencari apa yang berkenan bagi Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan.

Hidup sebagai anak terang adalah panggilan utama kita sebagai pengikut Kristus. Sikap ini tentu berdampak pada perilaku, pola pikir, dan nilai hidup yang kita anut. Kita mengalami perubahan berbeda dari sebelum kita mengenal Kristus. Kita menjadi ciptaan baru sehingga perilaku dan pola pikir kita sebelum dan sesudah mengenal Kristus, bila dibandingkan, kira-kira seperti perbedaan antara siang dan malam. Lihatlah hidup kita, sudahkah perbedaan itu terpancar semakin nyata dari hari ke hari? Bangunlah, dan biarkan cahaya Kristus menyala di dalam dan melalui hidup Anda. Pancarkan terang Kristus itu kepada orang-orang di sekitar Anda.

KITA MENERIMA DAN MENGALAMI TERANG-NYA
UNTUK MEMANCARKAN TERANG ITU KEPADA SESAMA

SERIBU KATA

Yakobus 3:1-12

Tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; 
ia adalah sesuatu yang buas, yang tidak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
(Yakobus 3:8)

Dalam film A Thousand Words, dikisahkan bahwa hidup Jack McCall, sang tokoh utama, ditentukan oleh seribu kata yang ia ucapkan. Ada pohon yang tiba-tiba muncul di halaman rumahnya, dan setiap kata yang ia ucapkan akan merontokkan sehelai daun dari pohon itu. Setiap kata menentukan berapa lama ia akan bertahan hidup. Menarik sekali melihat bagaimana McCall harus berhemat sedemikian rupa dalam berkata-kata, termasuk ketika hendak berbicara dengan istri, rekan bisnis, atau memesan kopi di kedai favoritnya.

Meskipun hanya fiktif, kisah Jack McCall mengandung pesan yang sangat baik untuk direnungkan. Alkitab juga mengingatkan betapa berbahayanya lidah manusia; tidak ada seorang pun yang berkuasa menjinakkannya. Lidah digambarkan sebagai sesuatu yang buas, tak terkuasai, dan penuh racun mematikan. Ada banyak orang telah menjadi korban dari lidah yang tidak terkendali. Ada banyak orang tanpa sadar menyebarkan racun yang mematikan lewat perkataan yang terucap secara sembarangan.

Firman Tuhan menasihati kita agar lebih berhati-hati dalam berbicara. Allah tidak perlu “menumbuhkan” pohon ajaib supaya kita dapat lebih berhati-hati dalam bertutur kata. Akan tetapi, kita memerlukan pertolongan-Nya supaya dimampukan untuk mengendalikan kebuasan lidah. Dia ingin lidah kita memuji Tuhan dan mengucapkan perkataan berkat, bukan untuk mengutuk. Mari kita bersungguh-sungguh memperhatikan perkataan supaya bisa menjadi saluran berkat bagi sesama.

SEKALI PERKATAAN TERLONTAR,
IA TIDAK AKAN PERNAH BISA DITARIK KEMBALI

TOPENG KEHIDUPAN

Yakobus 2:1-13

Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: 
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik.
(Yakobus 2:8)

Dunia cenderung mengukur manusia berdasarkan penampilan. Jika seseorang berpenampilan baik, ia dianggap orang baik. Namun, penampilan dapat mengecoh; tidak sedikit orang yang menipu dengan bertopeng penampilan keren. Ya, orang menyebutnya sebagai “penjahat berdasi”. Dengan begitu, tidaklah cukup jika kita menilai seseorang berdasarkan penampilannya saja.

Namun, dalam pelayanan Kristen, kita juga masih banyak yang memakai ukuran duniawi. Ada yang digolongkan sebagai kaum elite, yang mendapatkan prioritas khusus dalam pelayanan. Yakobus mengingatkan orang percaya untuk menjauhi sikap itu. Sikap hati yang membeda-bedakan orang seperti itu dianggap jahat (ay. 4). Sebaliknya, kita mengamalkan iman kristiani dengan mengasihi secara tidak pandang bulu. Bukankah Tuhan sudah memilih orang yang dianggap miskin menurut ukuran duniawi untuk sama-sama menjadi ahli waris Kerajaan yang dijanjikan-Nya (ay. 5)?

Kita mengasihi sesama antara lain dengan berbuat baik kepada mereka (ay. 8). Kita mengasihi tanpa memilah dan memilih, dengan menyadari bahwa setiap orang adalah kepunyaan Allah, sebagaimana diri kita sendiri (ay. 7). Dan, kasih itu sendiri bersumber dari Allah. Karena itu, seharusnya kita sadar seperti Petrus, yang memahami bahwa Allah dalam mengasihi manusia tidak membedakan orang (Kis. 10:34). Mari kita belajar mengasihi tanpa pamrih, dan tidak memandang muka. Jika tidak, kita terhitung orang yang melakukan pelanggaran hukum Tuhan (ay. 9). Tindakan kasih kita hanya seperti topeng.

MENYADARI KASIH ITU BUKAN BERASAL DARI DUNIA,
PENERAPANNYA PUN HARUS DENGAN UKURAN TUHAN