Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Jumat, 30 Desember 2022

SELAMAT TAHUN BARU

Ratapan 3:1-26

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, 
tak habis-habisnya rahmat-Nya, 
selalu baru tiap pagi; 
besar kesetiaan-Mu! 
(Ratapan 3:22-23)

Selamat Tahun Baru! Itulah ucapan yang saling diberikan di tahun baru. Kita memberi ucapan itu kepada relasi dan keluarga, atau sebaliknya, menerimanya dari mereka. Ehm, sebenarnya apa sih yang baru? Bukankah semuanya masih akan berjalan seperti biasa; baik itu urusan pekerjaan, pelayanan, kehidupan keluarga, kesehatan, keuangan, bahkan persoalan tahun kemarin? Kecuali penanggalan, semuanya sama saja, bukan? Bahkan mungkin akan ada persoalan baru di depan.

Nabi Yeremia pernah terjebak pada pahitnya hidup, yakni ketika mendampingi bangsanya yang dengan keras hati meninggalkan Tuhan. Setiap hari, ia meratapi hidupnya dan nasib bangsanya yang terbuang sebagai budak (ay. 1-20). Namun, ketika ia berpaling kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan menyentuh hati dan mengubah pikirannya (ay. 21), Yeremia melihat banyak hal baru. Sumbernya, ia menyadari bahwa setiap pagi ada kasih setia Tuhan yang besar dan rahmat yang tak kunjung habis (ay. 22-23).

Izinkan Tuhan melimpahi hati kita dengan kasih-Nya hari ini, agar kita menemukan banyak hal baru. Sebab, dari hati akan terbentuk sikap, pola pikir, pola kerja, pola hubungan yang bakal kita jalani di sepanjang 2023. Kita akan memiliki cara pandang baru dalam menghadapi persoalan; baik persoalan lama maupun persoalan baru. Kita akan memiliki cara bersikap dan berelasi yang baru; baik dengan diri sendiri, keluarga, rekan sekerja/sepelayanan. Dengan hati baru yang selalu sadar pada anugerah Tuhan setiap pagi, kita akan selalu terkejut dan terpesona pada “kasih setia Tuhan”! 

ARAHKAN HATI 
PADA TUHAN YANG PENUH RAHMAT
KITA AKAN MENDAPAT 
PANDANGAN BARU ATAS PERSOALAN LAMA

PENGARUH POSITIF

Kis 18:1-17

Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, 
menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, 
dan banyak dari orang-orang Korintus, 
yang mendengarkan pemberitaan Paulus, 
menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis. 
(Kisah Pr. Rasul 18:8)


Biasanya kita mencintai, menghormati, merindukan, dan mendoakan orang yang berpengaruh positif dan mendatangkan sukacita dalam kehidupan kita. Saat kita bersama-sama dengan orang itu, ia memperlihatkan nilai-nilai kebajikan yang memberkati kehidupan kita. Ia menolong kita berubah menjadi lebih baik, mewujudkan impian, dan menguatkan kita. Sebaliknya, ada pula orang yang kehadirannya justru membuat kita tertekan dan menghambat kemajuan kita. Saat orang-orang seperti ini pergi, hati kita merasa senang.
Saat Paulus, Silas, dan Timotius berada di Korintus, kehadiran mereka memberikan pengaruh yang positif bagi kota itu. Krispus, seorang kepala rumah ibadah, menjadi percaya kepada Yesus. Seisi rumahnya pun ikut percaya kepada Yesus. Banyak orang Korintus yang menjadi percaya kepada Yesus dan memberi diri mereka dibaptis. Satu tahun enam bulan lamanya, Paulus dibantu Silas dan Timotius memberitakan firman Tuhan di Korintus, menolong mereka bertumbuh di dalam iman dan pengenalan akan Tuhan.

Kita tentu rindu berpengaruh positif bagi sesama. Hal tersebut ditentukan oleh apa yang menguasai hati dan pikiran kita. Kalau hati dan pikiran kita dipenuhi berbagai kejahatan, tak heran jika kita memperlakukan orang lain dengan jahat. Kalau hati kita dipenuhi kasih dan damai sejahtera-Nya, kita akan terdorong untuk mengasihi sesama dan bersaksi tentang kebaikan-Nya. Biarlah di mana pun kita berada, kehadiran kita memberkati sesama.

KITA DIPANGGIL 
UNTUK MENJADI BERKAT 
BAGI SESAMA
DAN MEWARTAKAN KABAR 
TENTANG KEBAIKAN TUHAN

BERINTEGRITAS

MAZMUR 15 : 1 - 5

Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? 
Siapa yang boleh diam di gunung- Mu yang kudus? 
Yaitu dia yang berlaku tidak bercela... 
(Mazmur 15:1,2)

Seorang polantas menjalankan tugasnya dengan penuh integritas. Dalam setiap operasi, ia selalu bertindak tegas pada para pelanggar lalu lintas, tanpa pandang bulu. Siapa pun pelanggarnya, akan ia beri surat tilang tanpa rasa takut. Anggota KPK pun pernah ia tilang. Juga, istrinya sendiri! Ya, ia menilang istrinya yang menerabas lampu merah karena terburu-buru. Sampai-sampai, ketika ia pulang istrinya tak mau membukakan pintu untuknya. Itulah Aiptu Jaelani, Polantas Polres Gresik yang antikompromi. Forum Film Jambi telah membuatkan film pendek atas kisah ini, yang kemudian banyak tersebar melalui jejaring sosial.


Sang pemazmur mengungkap gaya hidup berintegritas yang selayaknya menjadi cerminan orang percaya. Orang yang berintegritas akan menjalani hidup yang tidak bercela, selalu jujur dan adil (ay. 2). Terhadap temannya, ia tidak memfitnah, tidak berbuat jahat, atau menimpakan kesalahan (ay. 3). Terhadap janji, ia berjuang memenuhinya (ay. 4). Ia juga tidak mencari untung bagi diri sendiri dan selalu berpihak pada kebenaran (ay. 5). Dapatkah kita hidup seperti ini?

Ronald dan Robert Beers—para penulis dan editor senior dari penerbit Tyndale dan David C. Cook—mengatakan, integritas adalah menyatunya karakter kita dengan karakter Kristus. Artinya, bukan hati, pikiran, dan tindakan kita sendiri yang mengemuka. Sebab, tentu itu tak cukup. 

Hidup berintegritas tak akan tercapai, tanpa kita bersekutu dengan-Nya, menjalin hubungan yang erat dengan-Nya dan bertumbuh menjadi seperti-Nya. Mari menyatu dengan Kristus, mari berintegritas!


HIDUP BERINTEGRITAS 
TAKKAN TAMPAK MUSTAHIL
BILA KITA IZINKAN 
KRISTUS MEMBUNGKUS 
KITA YANG KERDIL

Sabtu, 24 Desember 2022

FLEKSIBEL

Matius 2:13-18

Yusuf pun bangun, 
diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, 
lalu menyingkir ke Mesir. 
(Matius 2:14)


Sembilan anak dengan kekurangan fisik atau mental bersiap untuk pertandingan lari cepat 100 meter dalam Seattle Special Olympics. Begitu tanda mulai berbunyi, mereka berlari dengan penuh semangat. 

Tiba-tiba, seorang kontestan–anak laki-laki usia 8 tahun–tersandung, terjungkal, dan menangis. Tangisannya begitu keras hingga delapan kontestan yang lain berhenti berlari dan menoleh. Tanpa ragu mereka berbalik, mendekati anak yang jatuh, dan menolongnya berdiri. 


Lalu, kesembilan anak itu berangkulan dan berjalan menuju garis finis bersamasama. Sembilan anak ini memberi pelajaran penting: Jika sesuatu yang buruk terjadi, bersikap fleksibel–memperlambat langkah pribadi dan mengubah rencana–bisa membuahkan hasil terbaik.

Sesaat setelah orang Majus beranjak pulang, Yusuf mendapat-kan mimpi dari malaikat. Ia diminta untuk tidak terus tinggal di tempat, dan membawa Maria serta bayinya ke Mesir. 

Sesegera mungkin. Yusuf pun dengan sigap mengubah rencananya sendiri dan menaati Tuhan. Dan benar, tak lama kemudian Herodes memerintahkan pembunuhan anak bayi di bawah usia 2 tahun di Betlehem dan sekitarnya. 

Adapun di Mesir, karena ada banyak orang Yahudi, kehadiran satu keluarga kecil ini tidak begitu menarik perhatian.

Mungkin ada hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana kita. Namun, bisa saja terjadi hal yang lebih baik saat kita fleksibel untuk berubah. 

Mintalah pertolongan Tuhan agar kita menguasai diri dan bersabar, dan menemukan yang terbaik dalam perubahan itu.

BILA TUHAN SAMPAI MEMBELOKKAN KEADAAN,
DIA PASTI TAHU 
ADA HAL YANG LEBIH BAIK DI DEPAN SANA

TELADAN ORANG TUA

Yesaya 49:14-21


Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, 
sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? 
Sekalipun dia melupakannya, 
Aku tidak akan melupakan engkau. 
(Yesaya 49:15)

Sebagai orangtua, kadang saya terintimidasi dengan nasihat bahwa orangtua harus mendidik anaknya bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan teladan. 

Tentu saya ingin menjadi teladan, namun tidak sedikit cara hidup saya yang tidak patut diteladani. Bagaimana menyikapinya?

Untuk menggambarkan kesetiaan Allah, Yesaya antara lain membandingkan kasih Allah dengan kasih ibu. 

Ibu atau orangtua berpotensi melukai dan bahkan meninggalkan anak kandungnya, tetapi Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. 

Mengapa kita tidak menggarisbawahi fakta ini dalam pengasuhan anak?

Matthew Sims, dalam blog Grace for Sinners, bercerita bagaimana ia berjanji kepada anaknya. Anaknya berulang-ulang menagih janji itu. Karena belum dapat menepatinya, ia berkata, “Ayah mengasihimu dan, saat ayah berjanji, ayah akan berusaha keras untuk menepatinya. 

Namun, siapa coba yang tidak pernah melanggar janji? Tuhan. 

Sekalipun ayah sudah berusaha sebaik mungkin, bisa saja terjadi hal-hal yang tak terduga. Namun, tidak ada yang dapat menggagalkan rencana Tuhan. Dia merancangkan segala sesuatu dan memegang kendali atas segala situasi.”

Cara yang inspiratif! 

Dengan itu, anak diarahkan untuk memandang bukan kepada manusia, melainkan kepada Tuhan, dan mengandalkan kedaulatan-Nya. 

Anak juga melihat bahwa orangtuanya cukup rendah hati untuk mengakui kelemahannya dan bersedia berpaling kepada anugerah Tuhan untuk mengatasi kelemahan itu. 

Ini teladan yang bakal sulit dilupakan anak, bukan?

TELADAN TERBAIK 
YANG DAPAT DIBERIKAN ORANGTUA:
MENGARAHKAN ANAK 
UNTUK BERPEGANG TEGUH 
PADA KESETIAAN TUHAN

MENEPATI JANJI

Kejadian 50:1-14


Ayahku telah menyuruh aku bersumpah... 
izinkanlah aku pergi ke sana, 
supaya aku menguburkan ayahku; 
kemudian aku akan kembali. 
(Kejadian 50:5)

Film The Terminal mengisahkan seorang pria yang terpaksa tinggal di terminal bandar udara New York karena situasi negara asalnya. Yang membuat saya tersentuh adalah alasan pria itu pergi ke Amerika dan rela bersusah payah menjalani hari-hari di terminal tersebut. Ternyata ia hendak memenuhi janjinya kepada almarhum ayahnya, yaitu janji untuk mendapatkan tanda tangan dari musisi jazz idola ayahnya.

Yusuf juga pernah melakukan hal yang serupa, yaitu menepati janji kepada almarhum ayahnya. Janjinya adalah janji untuk menguburkan jenazah Yakub, ayahnya, di tanah Kanaan. Sebetulnya dengan statusnya sebagai seorang petinggi di Mesir, tindakan ini bisa menimbulkan berbagai tanda tanya di kalangan penduduk. Bukankah di Mesir juga banyak tempat pekuburan? Mengapakah ayah seorang pejabat Mesir tidak mau dikuburkan di sana? Selain itu, tidak sedikit usaha yang harus dikeluarkan untuk memindahkan jenazah Yakub ke Kanaan. Tambahan lagi, kalaupun Yusuf memilih untuk tidak menepati janjinya, Yakub pun pasti tidak akan protes karena ia sudah mati. Tetapi, Yusuf memilih untuk menepati janjinya.

Sebuah janji baik itu kepada pasangan, teman, anak, orangtua, Tuhan, maupun seseorang yang sekarang sudah meninggal, dibuat untuk ditepati. Memang kadang tidak mudah sebab banyak tantangan yang bisa menghadang. Tetapi, segala tantangan tersebut sebetulnya adalah ujian terhadap karakter kita. Adakah janji yang masih belum Anda tepati hingga saat ini? 

Tepatilah segera!

JANJI 
DIBUAT UNTUK DITEPATI,
BUKAN 
UNTUK DIINGKARI