Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 11 Mei 2025

MATERI : DAUD

 Daud:

Dari Gembala Menjadi Raja

Kisah Iman, Keberanian, dan Kejatuhan Manusiawi

 

Tujuan Penyuluhan:

a)    Mengenal lebih dekat tokoh Daud dalam Kitab Suci.

b)    Memahami perjalanan hidup Daud dari seorang gembala hingga menjadi raja Israel.

c)    Merenungkan kualitas-kualitas positif Daud seperti iman, keberanian, ketaatan, dan kerendahan hati.

d)    Menyadari kelemahan-kelemahan manusiawi Daud dan konsekuensi dosa.

e)    Memahami bagaimana Allah tetap bekerja melalui orang-orang yang tidak sempurna untuk menggenapi rencana-Nya.

f)     Mendorong umat untuk belajar dari teladan Daud dan menghindari kesalahan-kesalahannya.

 

Ayat-ayat Kitab Suci yang Menjadi Dasar:

Ø  1 Samuel 16:1-13: Daud Diurapi Menjadi Raja

Ø  1 Samuel 17:1-58: Daud dan Goliat

Ø  1 Samuel 18:1-30: Daud dan Saul

Ø  1 Samuel 19:1-24: Saul Berusaha Membunuh Daud

Ø  1 Samuel 20:1-42: Persahabatan Daud dan Yonatan

Ø  1 Samuel 21:1-15: Daud Melarikan Diri dari Saul

Ø  1 Samuel 22:1-23: Daud dan Para Pengikutnya

Ø  1 Samuel 23:1-29: Daud Menyelamatkan Keila dan Dikejar Saul

Ø  1 Samuel 24:1-22: Daud Mengampuni Saul di Gua

Ø  1 Samuel 25:1-44: Daud dan Abigail

Ø  1 Samuel 26:1-25: Daud Mengampuni Saul untuk Kedua Kalinya

Poin-Poin Penyuluhan:

I. Daud Diurapi Menjadi Raja (1 Samuel 16:1-13)

·         Allah menolak Saul sebagai raja karena ketidaktaatannya.

·         Allah mengutus Samuel untuk mengurapi Daud, putra bungsu Isai, dari suku Yehuda, sebagai raja Israel.

·         Daud, yang saat itu masih seorang gembala, dipilih bukan karena ketampanan atau kekuatan fisiknya, tetapi karena hatinya yang berkenan kepada Allah.

·         Roh Tuhan berkuasa atas Daud sejak hari itu.

·         Refleksi: Bagaimana Allah melihat hati kita? Apa yang penting bagi Allah dalam memilih dan memanggil kita? Apakah kita memiliki hati yang taat dan setia kepada Allah?

II. Daud dan Goliat (1 Samuel 17:1-58)

·         Bangsa Israel menghadapi ancaman dari orang Filistin, yang diwakili oleh raksasa Goliat.

·         Daud, yang datang ke perkemahan untuk mengunjungi saudara-saudaranya, menunjukkan keberanian dan imannya dengan menantang Goliat.

·         Daud mengalahkan Goliat bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kuasa Allah dan dengan menggunakan ketapel serta batu.

·         Kemenangan Daud atas Goliat menjadi simbol kemenangan iman dan keberanian atas ketakutan dan keraguan.

·         Refleksi: Apa "Goliat" dalam hidup kita? Bagaimana kita menghadapi tantangan dan ketakutan kita? Apakah kita mengandalkan kekuatan sendiri atau mengandalkan kuasa Allah?

III. Daud dan Saul (1 Samuel 18:1-30)

·         Setelah kemenangan atas Goliat, Daud menjadi pahlawan yang sangat dihormati oleh bangsa Israel.

·         Saul, raja Israel, merasa iri dan curiga kepada Daud karena popularitasnya yang semakin meningkat.

·         Saul berusaha membunuh Daud dalam beberapa kesempatan, tetapi Daud selalu lolos karena penyertaan Tuhan.

·         Yonatan, putra Saul, menjadi sahabat karib Daud dan melindunginya dari kemarahan ayahnya.

·         Refleksi: Bagaimana kita menghadapi rasa iri dan persaingan? Apakah kita mampu bersukacita atas keberhasilan orang lain? Bagaimana kita bersikap terhadap orang yang membenci kita?

IV. Saul Berusaha Membunuh Daud (1 Samuel 19:1-24)

·         Saul semakin bertekad untuk membunuh Daud dan memerintahkan para pegawainya untuk melakukannya.

·         Mikhal, putri Saul yang menjadi istri Daud, membantu Daud melarikan diri.

·         Daud melarikan diri ke Samuel di Rama dan kemudian ke tempat-tempat lain untuk menghindari kejaran Saul.

·         Refleksi: Bagaimana kita bereaksi ketika kita dianiaya atau difitnah? Apakah kita mencari pembalasan atau mengandalkan perlindungan Allah?

V. Persahabatan Daud dan Yonatan (1 Samuel 20:1-42)

·         Yonatan, meskipun adalah putra raja, sangat mengasihi Daud dan setia kepadanya.

·         Yonatan membantu Daud mengetahui niat jahat ayahnya dan berjanji untuk selalu mendukungnya.

·         Persahabatan Daud dan Yonatan menjadi contoh persahabatan yang tulus, setia, dan penuh pengorbanan.

·         Refleksi: Apa arti persahabatan sejati bagi kita? Bagaimana kita membangun dan memelihara persahabatan yang baik? Apakah kita setia kepada sahabat kita dalam suka maupun duka?

VI. Daud Melarikan Diri dari Saul (1 Samuel 21:1-15)

·         Daud melarikan diri ke Nob dan meminta roti kudus kepada Ahimelekh, imam di sana.

·         Daud kemudian pergi ke Gat, kota orang Filistin, dan berpura-pura gila untuk menyelamatkan diri.

·         Refleksi: Bagaimana kita bertindak ketika kita berada dalam situasi yang sulit dan tertekan? Apakah kita tergoda untuk berbohong atau bertindak tidak jujur?

VII. Daud dan Para Pengikutnya (1 Samuel 22:1-23)

·         Daud berkumpul dengan orang-orang yang terdesak, berhutang, dan tidak puas, dan menjadi pemimpin mereka.

·         Saul membunuh para imam di Nob karena dicurigai membantu Daud.

·         Refleksi: Bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang terpinggirkan dan menderita? Apakah kita bersedia menerima dan membantu mereka?

VIII. Daud Menyelamatkan Keila dan Dikejar Saul (1 Samuel 23:1-29)

·         Daud menyelamatkan kota Keila dari serangan orang Filistin.

·         Saul mengejar Daud ke Keila, tetapi Daud melarikan diri lagi setelah mengetahui rencana penduduk Keila untuk menyerahkannya kepada Saul.

·         Refleksi: Bagaimana kita menggunakan karunia dan kemampuan kita untuk membantu orang lain? Apakah kita bijaksana dalam menghadapi situasi yang penuh bahaya dan ketidakpastian?

IX. Daud Mengampuni Saul di Gua (1 Samuel 24:1-22)

·         Daud dan para pengikutnya bersembunyi di dalam gua yang sama dengan tempat Saul beristirahat.

·         Para pengikut Daud ingin membunuh Saul, tetapi Daud menolak dan hanya memotong ujung jubah Saul sebagai bukti bahwa ia dapat membunuhnya tetapi tidak melakukannya.

·         Daud menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormatnya kepada Saul sebagai raja yang diurapi Tuhan.

·         Saul mengakui kesalahan dan kebaikan Daud, tetapi kemudian kembali mengejarnya.

·         Refleksi: Bagaimana kita memperlakukan orang yang telah menyakiti kita? Apakah kita mampu mengampuni dan tidak membalas dendam? Apakah kita menghormati otoritas yang sah, bahkan ketika mereka berbuat salah?

X. Daud dan Abigail (1 Samuel 25:1-44)

·         Daud meminta bantuan makanan kepada Nabal, seorang kaya yang kasar dan menolak permintaannya.

·         Abigail, istri Nabal yang bijaksana, datang menemui Daud dan membawakan makanan untuknya dan para pengikutnya.

·         Abigail mencegah Daud melakukan pembalasan dan menasihatinya untuk tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah.

·         Setelah kematian Nabal, Daud menikahi Abigail.

·         Refleksi: Bagaimana kita mengendalikan amarah kita? Apakah kita mendengarkan nasihat yang baik? Bagaimana kita bersyukur atas orang-orang bijaksana yang Tuhan kirimkan dalam hidup kita?

XI. Daud Mengampuni Saul untuk Kedua Kalinya (1 Samuel 26:1-25)

·         Daud menyusup ke perkemahan Saul dan mengambil tombak serta kendi air Saul yang sedang tidur.

·         Daud kembali menunjukkan bahwa ia dapat membunuh Saul tetapi tidak melakukannya.

·         Saul kembali mengakui kesalahan dan kebaikan Daud, tetapi tidak sepenuhnya berubah.

·         Refleksi: Mengapa Saul tidak sepenuhnya berubah meskipun telah mengakui kesalahannya? Apa yang menghalangi seseorang untuk bertobat dan berubah? Bagaimana kita menyikapi orang yang berulang kali melakukan kesalahan yang sama?

Kesimpulan:

Kisah Daud dalam 1 Samuel 16-26 menggambarkan perjalanan hidup seorang manusia yang dipilih dan dikasihi Allah, namun juga tidak luput dari kelemahan dan dosa. Daud adalah contoh seorang yang memiliki iman dan keberanian yang besar, tetapi juga bergumul dengan ketakutan, amarah, dan keinginan untuk membalas dendam. Melalui kisah Daud, kita belajar bahwa Allah dapat bekerja melalui orang-orang yang tidak sempurna untuk menggenapi rencana-Nya, dan bahwa pengampunan serta kerendahan hati adalah kunci untuk hidup berkenan kepada-Nya.

Pertanyaan Diskusi:

·         Kualitas-kualitas positif apa yang Anda lihat dalam diri Daud?

·         Kelemahan-kelemahan apa yang Daud tunjukkan? Apa konsekuensi dari kelemahan-kelemahan tersebut?

·         Bagaimana Allah bekerja melalui Daud, meskipun ia tidak sempurna?

·         Apa yang dapat kita pelajari dari teladan Daud tentang iman, keberanian, dan pengampunan?

·         Bagaimana kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan Daud dalam hidup kita?

·         Bagaimana kisah Daud mengingatkan kita akan kasih dan rahmat Allah yang tak terbatas?

 

Sabtu, 10 Mei 2025

MATERI : YUSUF

 Yusuf: Kisah Pengampunan dan Pemeliharaan Ilahi

Tujuan Penyuluhan:

a)    Mengenal lebih dekat tokoh Yusuf dalam Kitab Suci.

b)    Memahami perjalanan hidup Yusuf yang penuh cobaan dan berkat.

c)    Merenungkan nilai-nilai kesetiaan, ketekunan, dan pengampunan dari kisah Yusuf.

d)    Menyadari pemeliharaan Allah yang bekerja di balik segala peristiwa dalam hidup.

e)    Memahami bagaimana penderitaan dapat menjadi jalan menuju kemuliaan dan keselamatan.

Ayat-ayat Kitab Suci yang Menjadi Dasar:

v  Kejadian 37:1-36 (Yusuf Dijual ke Mesir)

v  Kejadian 39:1-23 (Yusuf di Rumah Potifar)

v  Kejadian 40:1-23 (Yusuf di Penjara Menafsirkan Mimpi)

v  Kejadian 41:1-57 (Yusuf Menjadi Penguasa di Mesir)

v  Kejadian 42:1-38 (Perjalanan Pertama Saudara-saudara Yusuf ke Mesir)

v  Kejadian 43:1-34 (Perjalanan Kedua Saudara-saudara Yusuf ke Mesir)

v  Kejadian 44:1-34 (Ujian Terakhir bagi Saudara-saudara Yusuf)

v  Kejadian 45:1-28 (Yusuf Menyatakan Diri kepada Saudara-saudaranya)

v  Kejadian 46:1-34 (Yakub dan Keluarganya Pindah ke Mesir)

v  Kejadian 47:1-31 (Yusuf Mengatur Kehidupan di Mesir)

Poin-Poin Penyuluhan:

I. Yusuf Dijual ke Mesir (Kejadian 37:1-36)

  • Yusuf, anak kesayangan Yakub, dibenci oleh saudara-saudaranya karena mimpi-mimpinya yang menunjukkan kekuasaannya di masa depan.
  • Mereka berencana membunuhnya, tetapi akhirnya menjualnya kepada pedagang Midian dan dibawa ke Mesir.
  • Saudara-saudara Yusuf menipu ayah mereka dengan mengatakan bahwa Yusuf telah diterkam binatang buas.
  • Refleksi: Bagaimana kita menghadapi rasa iri dan dengki dalam diri kita atau dari orang lain? Bagaimana kita memperlakukan saudara dan keluarga kita?

II. Yusuf di Rumah Potifar (Kejadian 39:1-23)

  • Di Mesir, Yusuf dibeli oleh Potifar, seorang pegawai istana Firaun.
  • Karena Tuhan menyertai Yusuf, ia berhasil dalam segala pekerjaannya dan dipercaya oleh Potifar.
  • Istri Potifar mencoba menggoda Yusuf, tetapi Yusuf menolak dengan tegas karena takut akan Allah.
  • Akibat penolakan itu, Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara.
  • Refleksi: Bagaimana kita menjaga kesetiaan dan integritas kita dalam menghadapi godaan? Apakah kita mengutamakan takut akan Allah dalam setiap keputusan kita?

III. Yusuf di Penjara Menafsirkan Mimpi (Kejadian 40:1-23)

  • Di penjara, Yusuf bertemu dengan kepala juru minuman dan kepala juru roti Firaun.
  • Dengan pertolongan Allah, Yusuf dapat menafsirkan mimpi mereka dengan tepat.
  • Yusuf meminta kepala juru minuman untuk mengingatnya ketika ia dibebaskan, tetapi kepala juru minuman melupakannya.
  • Refleksi: Bagaimana kita menggunakan karunia dan kemampuan yang diberikan Allah untuk melayani orang lain, bahkan dalam situasi sulit? Apakah kita belajar untuk bersabar dan tidak putus asa ketika kebaikan kita dilupakan?

IV. Yusuf Menjadi Penguasa di Mesir (Kejadian 41:1-57)

  • Setelah dua tahun di penjara, Firaun mengalami mimpi yang mengganggu dan tidak ada seorang pun di Mesir yang dapat menafsirkannya.
  • Kepala juru minuman akhirnya ingat kepada Yusuf dan menceritakan kemampuannya kepada Firaun.
  • Yusuf dipanggil menghadap Firaun dan dengan hikmat dari Allah, ia menafsirkan mimpi itu tentang tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan.
  • Firaun sangat terkesan dengan kebijaksanaan Yusuf dan mengangkatnya menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir untuk mempersiapkan diri menghadapi masa kelaparan.
  • Refleksi: Bagaimana Allah dapat menggunakan situasi yang sulit dan tidak adil untuk membawa kita kepada rencana-Nya yang lebih besar? Apakah kita siap ketika kesempatan datang, meskipun setelah penantian yang panjang?

V. Perjalanan Pertama Saudara-saudara Yusuf ke Mesir (Kejadian 42:1-38)

  • Ketika kelaparan melanda Kanaan, Yakub mengirimkan sepuluh putranya ke Mesir untuk membeli gandum.
  • Mereka tidak mengenali Yusuf, yang kini menjadi penguasa yang berwibawa.
  • Yusuf mengenali mereka dan mengingat perbuatan jahat mereka di masa lalu.
  • Yusuf menguji mereka dengan menuduh mereka sebagai mata-mata dan menahan Simeon sebagai jaminan.
  • Refleksi: Bagaimana dosa dan kesalahan masa lalu dapat mempengaruhi kehidupan kita di masa kini? Apakah kita menyadari konsekuensi dari perbuatan buruk kita?

VI. Perjalanan Kedua Saudara-saudara Yusuf ke Mesir (Kejadian 43:1-34)

  • Karena kelaparan semakin parah, Yakub akhirnya mengizinkan Benyamin, adik bungsu Yusuf, untuk pergi ke Mesir bersama saudara-saudaranya.
  • Yusuf sangat terharu melihat Benyamin dan mengadakan perjamuan untuk mereka.
  • Ia memberikan penghormatan khusus kepada Benyamin, yang menimbulkan kecurigaan di antara saudara-saudaranya.
  • Refleksi: Bagaimana kasih dan ikatan keluarga dapat mengatasi kebencian dan permusuhan di masa lalu? Apakah kita belajar untuk menghargai dan melindungi anggota keluarga kita?

VII. Ujian Terakhir bagi Saudara-saudara Yusuf (Kejadian 44:1-34)

  • Yusuf merencanakan ujian terakhir bagi saudara-saudaranya dengan menyuruh pelayannya menyembunyikan piala peraknya di dalam karung Benyamin.
  • Ketika mereka pergi, mereka dikejar dan dituduh mencuri.
  • Ketika piala ditemukan di dalam karung Benyamin, mereka semua kembali dan bersedia menjadi budak Yusuf.
  • Yehuda berbicara dengan penuh keberanian dan kasih sayang untuk melindungi Benyamin, menawarkan dirinya sebagai pengganti.
  • Refleksi: Bagaimana kita menunjukkan kasih dan pengorbanan bagi orang yang kita kasihi? Apakah kita berani bertanggung jawab atas kesalahan orang lain demi kebaikan bersama?

VIII. Yusuf Menyatakan Diri kepada Saudara-saudaranya (Kejadian 45:1-28)

  • Terharu oleh perubahan hati saudara-saudaranya, terutama Yehuda, Yusuf tidak dapat menahan diri lagi dan menyatakan identitasnya kepada mereka.
  • Mereka sangat terkejut dan takut, menyadari kejahatan yang telah mereka lakukan.
  • Yusuf dengan penuh kasih mengampuni mereka dan meyakinkan mereka bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan banyak orang.
  • Refleksi: Bagaimana kita memberikan pengampunan kepada orang yang telah menyakiti kita? Apakah kita mampu melihat karya Allah di balik penderitaan dan kesulitan yang kita alami?

IX. Yakub dan Keluarganya Pindah ke Mesir (Kejadian 46:1-34)

  • Yusuf mengirimkan kabar kepada ayahnya dan mengundangnya beserta seluruh keluarganya untuk pindah ke Mesir selama masa kelaparan.
  • Yakub sangat gembira mendengar bahwa Yusuf masih hidup dan menjadi penguasa di Mesir.
  • Firaun menyambut baik kedatangan keluarga Yakub dan memberikan mereka tanah yang subur di Gosyen.
  • Refleksi: Bagaimana kasih dan persatuan keluarga dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan di masa sulit? Bagaimana kita menghormati dan menjaga hubungan dengan orang tua dan keluarga kita?

X. Yusuf Mengatur Kehidupan di Mesir (Kejadian 47:1-31)

  • Yusuf dengan bijaksana mengatur persediaan makanan selama masa kelaparan dan menyelamatkan banyak orang.
  • Ia menunjukkan kesetiaan kepada Firaun dan mengelola sumber daya Mesir dengan baik.
  • Keluarga Yakub hidup dengan aman dan sejahtera di Mesir di bawah perlindungan Yusuf.
  • Refleksi: Bagaimana kita menggunakan talenta dan posisi yang kita miliki untuk melayani dan membantu orang lain? Apakah kita bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepada kita?

Kesimpulan:

Kisah Yusuf adalah kisah yang kaya akan pelajaran tentang kesetiaan, ketekunan, pengampunan, dan pemeliharaan Ilahi. Melalui perjalanan hidupnya yang penuh dengan cobaan dan berkat, kita belajar bahwa Allah dapat bekerja di balik segala peristiwa, bahkan yang tampak buruk sekalipun, untuk menggenapi rencana-Nya yang baik. Teladan Yusuf mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, untuk tetap setia kepada Allah dalam segala situasi, dan untuk percaya bahwa penderitaan dapat menjadi jalan menuju kemuliaan dan keselamatan.

Pertanyaan Diskusi:

  • Bagian mana dari kisah Yusuf yang paling menyentuh hati Anda? Mengapa?
  • Nilai-nilai apa saja yang dapat kita pelajari dari kehidupan Yusuf?
  • Bagaimana kisah Yusuf menunjukkan pemeliharaan dan rencana Allah dalam kehidupan manusia?
  • Bagaimana kita dapat menerapkan semangat pengampunan Yusuf dalam hubungan kita dengan orang lain?
  • Apa saja tantangan dalam mempercayai rencana Allah di tengah penderitaan dan kesulitan?

Semoga materi penyuluhan ini bermanfaat bagi umat Katolik dalam memahami dan merenungkan kisah Yusuf.

 

MATERI : ABRAHAM

 Abraham: Bapak Iman dan Sahabat Allah

Tujuan Penyuluhan:

a)    Mengenal lebih dekat tokoh Abraham dalam Kitab Suci.

b)    Memahami panggilan Allah kepada Abraham dan respons imannya.

c)    Merenungkan teladan iman Abraham dalam kehidupan sehari-hari.

d)    Menyadari pentingnya ketaatan dan kepercayaan kepada Allah dalam segala situasi.

e)    Memahami janji-janji Allah kepada Abraham dan relevansinya bagi kita sebagai umat beriman.

Ayat-ayat Kitab Suci yang Menjadi Dasar:

Ø  Kejadian 12:1-9 (Panggilan Abraham)

Ø  Kejadian 13:1-18 (Perpisahan dengan Lot)

Ø  Kejadian 14:1-24 (Abraham menyelamatkan Lot)

Ø  Kejadian 15:1-21 (Perjanjian Allah dengan Abraham)

Ø  Kejadian 16:1-16 (Hagar dan Ismael)

Ø  Kejadian 17:1-27 (Perjanjian Sunat dan Perubahan Nama)

Ø  Kejadian 18:1-33 (Tamu-tamu Allah dan Doa Syafaat untuk Sodom)

Ø  Kejadian 19:1-29 (Kehancuran Sodom dan Gomora)

Poin-Poin Penyuluhan:

I. Panggilan Allah kepada Abraham (Kejadian 12:1-9)

  • Allah memanggil Abraham untuk pergi dari tanah kelahirannya ke tanah yang akan ditunjukkan-Nya.
  • Panggilan ini disertai dengan janji-janji yang besar: menjadi bangsa yang besar, namanya akan masyhur, dan menjadi berkat bagi semua bangsa.
  • Respons Abraham adalah ketaatan tanpa menunda. Ia pergi tanpa mengetahui ke mana ia akan pergi.
  • Refleksi: Bagaimana kita merespons panggilan Allah dalam hidup kita? Apakah kita berani keluar dari zona nyaman dan mengandalkan janji-Nya?

II. Perpisahan dengan Lot (Kejadian 13:1-18)

  • Karena harta mereka bertambah banyak, terjadilah perselisihan antara gembala-gembala Abraham dan Lot.
  • Abraham menunjukkan kebijaksanaan dan kerendahan hati dengan memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih lebih dahulu.
  • Lot memilih lembah Yordan yang subur, sementara Abraham tetap tinggal di tanah Kanaan.
  • Allah kembali meneguhkan janji-Nya kepada Abraham setelah perpisahan dengan Lot.
  • Refleksi: Bagaimana kita menyelesaikan konflik dalam hidup kita? Apakah kita mengutamakan kepentingan diri sendiri atau mencari solusi yang damai dan adil?

III. Abraham Menyelamatkan Lot (Kejadian 14:1-24)

  • Ketika Lot tertawan oleh raja-raja yang menyerang Sodom, Abraham dengan berani memimpin pasukannya untuk menyelamatkannya.
  • Kemenangan Abraham menunjukkan keberanian dan kasihnya kepada keluarganya.
  • Abraham menolak hadiah dari raja Sodom, menunjukkan integritas dan kepercayaannya hanya kepada Allah.
  • Refleksi: Bagaimana kita menunjukkan kasih dan kepedulian kepada orang-orang di sekitar kita, terutama yang sedang mengalami kesulitan? Apakah kita menjaga integritas kita dalam segala situasi?

IV. Perjanjian Allah dengan Abraham (Kejadian 15:1-21)

  • Allah menampakkan diri kepada Abraham dalam penglihatan dan meneguhkan janji-Nya tentang keturunan yang tak terhitung jumlahnya.
  • Abraham menunjukkan imannya kepada Allah, dan Allah memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran.
  • Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham melalui korban binatang, melambangkan keseriusan dan kekekalan janji-Nya.
  • Refleksi: Seberapa besar kepercayaan kita kepada janji-janji Allah? Apakah kita sungguh-sungguh yakin bahwa Allah akan menggenapi apa yang telah Dia katakan?

V. Hagar dan Ismael (Kejadian 16:1-16)

  • Karena Sarah mandul, ia menyuruh Abraham mengambil Hagar, hambanya, untuk mendapatkan keturunan.
  • Kelahiran Ismael menimbulkan konflik dalam keluarga Abraham.
  • Kisah ini mengingatkan kita bahwa rencana manusia seringkali berbeda dengan rencana Allah dan dapat menimbulkan masalah.
  • Allah tetap memperhatikan Hagar dan Ismael, menunjukkan kasih-Nya kepada semua orang.
  • Refleksi: Bagaimana kita menghadapi situasi ketika harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan? Apakah kita belajar untuk bersabar dan mengandalkan rencana Allah?

VI. Perjanjian Sunat dan Perubahan Nama (Kejadian 17:1-27)

  • Allah kembali menampakkan diri kepada Abraham dan meneguhkan perjanjian-Nya.
  • Perjanjian sunat ditetapkan sebagai tanda perjanjian antara Allah dan keturunan Abraham.
  • Nama Abram diubah menjadi Abraham, yang berarti "bapa banyak bangsa," dan nama Sarai diubah menjadi Sara, yang berarti "putri."
  • Perubahan nama ini menandakan identitas dan misi baru yang diberikan Allah kepada mereka.
  • Refleksi: Apakah kita menyadari identitas kita sebagai umat perjanjian Allah melalui baptisan? Bagaimana kita menghidupi misi kita sebagai pengikut Kristus?

VII. Tamu-tamu Allah dan Doa Syafaat untuk Sodom (Kejadian 18:1-33)

  • Allah menampakkan diri kepada Abraham dalam rupa tiga orang laki-laki.
  • Abraham menunjukkan keramahannya dengan menyambut dan melayani mereka.
  • Allah memberitahukan rencana-Nya untuk menghancurkan Sodom dan Gomora karena dosa-dosa mereka yang besar.
  • Abraham dengan berani berdoa syafaat kepada Allah untuk kota Sodom, menunjukkan kasih dan kepeduliannya terhadap sesama.
  • Refleksi: Bagaimana kita memperlakukan orang lain, terutama mereka yang membutuhkan? Apakah kita berani berdoa untuk orang lain dan menyampaikan keprihatinan kita kepada Allah?

VIII. Kehancuran Sodom dan Gomora (Kejadian 19:1-29)

  • Meskipun Abraham telah berdoa syafaat, Allah tetap menghancurkan Sodom dan Gomora karena kejahatan mereka yang tidak bertobat.
  • Lot dan keluarganya diselamatkan atas kasih karunia Allah, meskipun Lot sendiri masih menunjukkan kelemahan.
  • Kisah ini menjadi peringatan tentang konsekuensi dosa dan pentingnya hidup dalam kebenaran.
  • Refleksi: Apakah kita menyadari bahaya dosa dalam hidup kita? Apakah kita berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah?

Kesimpulan:

Kisah Abraham adalah kisah tentang iman, ketaatan, kepercayaan, dan persahabatan dengan Allah. Melalui perjalanan hidupnya, kita belajar tentang panggilan Allah, janji-janji-Nya yang setia, dan pentingnya merespons dengan iman dalam segala situasi. Teladan Abraham sebagai "Bapa Iman" terus menginspirasi kita untuk mempercayai Allah dan mengikuti jalan-Nya, yakin bahwa Dia akan menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita.

Pertanyaan Diskusi:

  • Bagian mana dari kisah Abraham yang paling berkesan bagi Anda? Mengapa?
  • Apa saja kualitas iman Abraham yang dapat kita teladani dalam hidup kita?
  • Bagaimana janji-janji Allah kepada Abraham relevan bagi kita sebagai umat Katolik saat ini?
  • Apa tantangan terbesar Anda dalam menghidupi iman seperti Abraham?
  • Bagaimana kita dapat memperkuat iman dan kepercayaan kita kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari?

Semoga materi penyuluhan ini bermanfaat bagi umat Katolik dalam memahami dan merenungkan kisah iman Abraham.

 

Rabu, 07 Mei 2025

RENCANA DAN JADWAL PENYULUH AGAMA KATOLIK 5.25

 

Yesus Roti Hidup

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. 
Pada hari ini Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama- lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Perkataan ini menjadi perbantahan bagi bangsa Israel saat itu saat mendengar kata-kata tersebut. Roti adalah sesuatu yang akan segera rusak dan bahkan basi. Artinya sesaat. Yesus menegaskan bahwa apa yang dialami oleh nenek moyang mereka di padang gurun dan mereka mendapatkan manna.

Itupun hanya sesaat dan setelah makan mereka bisa mati. Kontras dengan realitas itu, Yesus mengatakan, ”Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. Artinya roti itu adalah abadi dan membawa kepada keabadian.

Iman Katolik meyakini bahwa itu adalah Tubuh Yesus sendiri. Selain sebagai roti atau makanan Ia mengatakan Akulah jalan. Dengan demikian maka Yesus sungguh menjadi jaminan kehidupan kekal. Dengan syarat ”percaya” kepada-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Sebagai orang Katolik tentu saat menerima Roti Hidup itu bagaimana disposisi batin kita. Ini adalah sesuatu di luar nalar kita. Maka iman akan Yesus yang hadir secara penuh dalam roti ekaristi mutlak diperlukan.

Dalam tradisi Gereja, kita mengenal adanya viaticum artinya bekal suci (untuk perjalanan jauh). Artinya kita meyakini dengan makan roti itu kita menerima bekal suci perjalanan kita ke surga. Hal ini tampak dalam pemberian ekaristi pada mereka yang menderita sakit dan tak bisa hadir dalam perayaan ekaristi.

Menjadi permenungan bagi kita adalah apakah kita sungguh menyiapkan tempat yang layak untuk menyambut Tuhan. Tuhan yang begitu kudus dan suci datang dan bukan hanya datang tapi memenuhi diri kita total. Ia hidup dalam diri kita. Pada saat ini bagaimana sikap batin dan jasmani kita. Maka menurut permenungan saya adalah diam dan membiarkan diri disapa oleh Allah. Tuhan izinkan mata batinku melihat keilahian-Mu. Maka saat ini terjadi hidup dalam hadirat Allah. Dan hal ini akan membawa konsekuensi besar pada kita.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pada bacaan hari ini kita diingatkan sekali lagi akan hakikat ekaristi. Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Di sanalah kita mendapatkan makanan/sumber hidup yang sejati. Makanan yang tidak dapat rusak sekaligus bekal untuk suatu perjalanan menuju keabadian yakni surga. Menjadi permenungan kita adalah: apakah kala kita menyambut Tubuh Kristus sungguh sadar betul bahwa itu roti surgawi?

Bila kesadaran itu kita miliki maka kita sadar bahwa kita manusia berdosa namun Dia yang Kudus berkenan memenuhi diri kita. Dan inilah yang membuat kita menjadi manusia bermutu. Dengan menyambut Tubuh Kristus kita menjadi alter-alter Kristus atau Kristus yang lain. Dengan demikian keselamatan itu bukan hanya untuk diri kita tapi juga untuk dunia. Kita telah diselamatkan oleh Kristus maka sudah menjadi suatu tanggung jawab kita untuk ambil bagian dan menata dunia. Bertanggung jawab atas kelestarian hidup bersama.

Sebagaimana Kristus datang untuk memberikan hidup untuk dunia maka tugas perutusan kita sebagai alter Kristus adalah ikut menyelamatkan dunia. Apakah kita sudah mengupayakan supaya dunia menjadi tempat yang baik dan layak huni bagi manusia? 

Tepatlah doa ”datanglah kerajaan-Mu”. Kerajaan Allah adalah kerajaan damai. Menciptakan dunia yang layak huni dan damai adalah panggilan hidup kita murid-murid Kristus.

Santo Romualdus

  Pertapa Pembaharu dan Pendiri Ordo Camaldoli Santo Romualdus (sekitar 951 – 19 Juni 1027) adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam...