Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Selasa, 18 Juli 2023

KEKUATAN ALLAH

1 Samuel 17:40-58

Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, 
tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, 
Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. 
(1 Samuel 17:45)


Suatu saat ada seseorang akan pergi ke daerah yang dianggap penuh kekuatan gaib. Ada temannya yang membisikkan karena merasa khawatir dan menunda keberangkatan. 

Malamnya saya membuka renungan harian, yang membahas kuasa Tuhan di atas segala sesuatu di langit, di bumi, dan di bawah bumi. Tidak ada satu kuasa pun yang menandingi kuasa-Nya. 

Esoknya, saya memberikan bacaan itu kepada mereka. Setelah memahami kebesaran kuasa Tuhan dan perlindungan-Nya, ia merasa mantap untuk berangkat ke daerah itu.

Saat menghadapi Goliat, Daud tidak berpikir bahwa musuhnya itu sangat besar. 

Ia hanya tahu, dirinya diperintahkan untuk menghadapinya. Hanya dengan batu kecil dan doa kepada Allah yang Mahabesar, ia pun berhasil melumpuhkan raksasa itu. 

Kekuatan dari Tuhanlah yang memberinya keberanian untuk maju bertarung tanpa pedang, tombak, atau lembing. Ia yakin bahwa siapa pun yang ada di hadapannya tidak akan sanggup mengalahkan kuasa Tuhan Allah yang ia sembah.

Bagaimana dengan kita? 
  • Adakah kita merasa takut dan cemas hati menghadapi semua hal yang terjadi dalam hidup kita? 
  • Apakah itu masalah keuangan, masalah keluarga, pekerjaan, atau masa depan? 
  • Seberapa besar semuanya itu dibandingkan dengan kuasa Tuhan? 

Saat kita percaya kepada Sang Pemberi Hidup, kita akan mampu menghadapi apapun. Keberanian ekstra untuk menghadapi segala sesuatu, termasuk hal-hal yang berada di luar batas kemampuan kita. 

Pada saat seperti inilah Tuhan menunjukkan mukjizat-Nya. Dengan hanya percaya kepada-Nya, kita akan senantiasa menang.

KUASA TUHAN MEMBERI KITA KEMAMPUAN DAN KEBERANIAN
DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU

TERANG DUNIA

Matius 5 : 13 - 16

Kamu adalah terang dunia. 
Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.  
(Matius 5:14)


Ketika aliran listrik tiba-tiba mati pada malam hari, langkah pertama yang kita ambil adalah mencari sumber penerangan alternatif. Kebanyakan orang memilih lilin, mungkin karena harganya terjangkau dan praktis penggunaannya. Meskipun cahaya lilin tidak seterang lampu listrik, toh tetap mampu menerangi hampir seluruh ruangan. 
Dengan demikian, kita tidak perlu lagi bergelap-gelap dan sedikit-banyak dapat melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Kehadiran setiap orang percaya di dunia ini, dimaksudkan untuk menjadi terang bagi lingkungan sekitar. Kita dapat berfungsi sebagai penerang dunia karena memiliki Kristus, yang adalah Terang Dunia (Yoh. 8:12). 

Terang Kristus seharusnya bercahaya untuk umum, bagaikan kelompok rumah dari batu putih di suatu kota di Palestina memantulkan cahaya matahari.

Terang, yang bersumber dari hubungan kita dengan Tuhan, itu terungkap melalui hubungan pribadi dengan sesama. Di mana pun kita ditempatkan, kita ditetapkan untuk menjadi pribadi yang membawa terang. 

Salah satu tindakan praktis sebagai wujud menjadi terang adalah hidup menjadi teladan dalam perbuatan baik, dalam sikap hidup yang terhormat, dan dalam perkataan yang membangun. 

Untuk menopangnya, kita menumbuhkembangkan hubungan dengan Tuhan: terus belajar firman Tuhan, belajar menjadi pelaku firman, dan melayani Tuhan. 

Dalam keadaan apa pun kita berupaya untuk memahami firman Tuhan dan menerapkannya dalam hidup kita.

KRISTUS, TERANG DUNIA, MENERANGI SEKELILING KITA
DI DALAM DAN MELALUI KEHIDUPAN KITA

BERBICARA JUJUR

Yohanes 8:37-47

Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, 
kamu tidak percaya kepada-Ku. 
(Yohanes 8:45)


Kebiasaan berkata dan berbuat jujur akan terbawa hingga akhir hayat. Begitu juga kebiasaan buruk, jejaknya akan terbawa pula selamanya. 

Apalagi jika hal tersebut sudah mendarah daging. Meskipun kita mencoba menyembunyikannya, suatu ketika hal itu pasti akan ketahuan juga. Karena itu, kita perlu belajar menjadi orang yang konsisten dalam kejujuran.

Tuhan Yesus dalam kehidupan-Nya selalu mengatakan kebenaran, kebenaran yang berasal dari Allah. Yesus menyatakan kebenaran sekalipun tidak semua orang memercayai-Nya. Tidak ada yang lebih penting daripada melakukan kebenaran dan mengatakan kebenaran dalam kehidupan ini karena kebenaran memerdekakan. 

Kalau kita adalah orang yang jujur, kita dapat dengan bebas pergi ke mana saja tanpa takut tergelincir. Seorang pernah berkata, ”Jika kamu tidak mau tergelincir esok hari, berbicaralah dengan jujur hari ini!” Artinya, kalau kita terbiasa berkata benar dan berbuat jujur, kita tidak perlu takut akan kehidupan kita pada masa mendatang karena kebenaran itu sendiri menjaga kehidupan kita. Dengan demikian kita melakukan apa yang baik di hadapan Tuhan.

Tidak perlu kita berbohong demi keuntungan sesaat dan kerugian yang berkepanjangan. 

Melakukan hal yang salah pada saat ini sama saja dengan menutup langkah kita pada hari yang akan datang. 

Belajarlah untuk melakukan semua hal dengan jujur dalam hidup ini. Berserulah kepada Yesus, Sang Kebenaran, untuk menyatakan kebenaran-Nya melalui hidup kita.

JIKA KAMU TIDAK MAU TERGELINCIR ESOK HARI,
BERBICARALAH DENGAN JUJUR HARI INI!

SEKALI SAJA KOK!

1 Korintus 10:1-13

Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, 
hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! 
(1 Korintus 10:12)


Chinmi, tokoh dalam komik Kungfu Boy, suatu hari melihat ada orang berbadan besar unjuk kekuatan. Orang itu menantang, siapa pun yang dapat merobohkannya dalam sekali pukul akan mendapat uang. 

Chinmi berniat mencobanya, tetapi sempat dicegah oleh seorang dokter yang juga ahli kungfu. “Hanya sekali saja kok!” ucap Chinmi mengabaikannya. 

Berbekal kungfu peremuk tulang yang ia kuasai, Chinmi menjatuhkan orang itu. Semua orang berdecak kagum, kecuali dokter tersebut, yang menyayangkan kesombongan Chinmi.

Kesombongan adalah sikap yang membahayakan, begitu pula dengan sikap merasa kuat. Seperti dinasihatkan dalam bacaan Kitab Suci ini, “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” 

Peringatan ini diberikan setelah Paulus menguraikan penyebab kegagalan mayoritas bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. 

Biasanya, orang yang merasa dirinya kuat, justru paling gampang jatuh. Ungkapan “Sekali saja, enggak apa-apa kok” tidak jarang terdengar dari mereka yang merasa hebat. 

Sekali saja mengisap rokok, sekali saja mengintip situs porno, sekali saja mencuri, dan seterusnya, dapat berakibat fatal.

Hendaknya kita tidak merasa terlalu kuat, terutama berkaitan dengan godaan dosa. 

Godaan dosa bekerja seperti lumpur isap yang akan menarik hidup kita ke bawah. Bersikap waspada adalah pilihan terbaik, jangan merasa kuat. Ingatlah bahwa kekuatan kita untuk hidup benar berasal dari Tuhan, bukan karena kehebatan kita.

KESALAHAN ATAU DOSA YANG DIANGGAP SEPELE
SERING MENJADI PENYEBAB KEJATUHAN YANG BESAR

NO PIC HOAX

Yohanes 20:24-29

Tetapi Tomas berkata kepada mereka, 
"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya 
dan sebelum aku menaruh jariku ke dalam bekas paku itu 
dan menaruh tanganku ke lambung-Nya, 
sekali-kali aku tidak akan percaya.” 
(Yohanes 20:25)


No pic hoax! Komentar ini lumayan populer di antara pengguna jejaring sosial, khususnya Twitter. 

Jika ada orang yang mengabarkan suatu hal yang unik, mengejutkan, atau mengherankan, namun tanpa melampirkan foto sebagai pendukung, biasanya ada orang lain yang menimpali dengan komentar itu. 

Tanpa bukti berupa foto, kabar itu dianggap bohong.

Tomas bersikap seperti itu ketika murid-murid lain menceritakan perjumpaan mereka dengan Tuhan yang telah bangkit. Ia ingin melihat sendiri dan menyentuh sendiri bekas luka pada tubuh Tuhan sebelum percaya akan kebangkitan-Nya.

Kita kerap merendahkan iman Tomas itu, menganggapnya sebagai iman kelas dua. Menariknya, para murid lain tidak berkomentar apa-apa terhadap keraguan Tomas. Mereka tetap menerimanya. Buktinya, Tomas bersama dengan mereka saat Yesus menampakkan diri lagi. 

Tuhan Yesus juga tidak mencela sikap Tomas, melainkan langsung menyodorkan bukti yang Tomas harapkan. Berhadapan dengan bukti itu, Tomas mengucapkan pengakuan iman yang tajam: "Ya Tuhanku dan Allahku!” (ay. 28). 

Meskipun kemudian Yesus menunjukkan jalan iman yang lebih baik—“tidak melihat, namun percaya” (ay. 29)—toh Dia memberi ruang pada keraguan Tomas.

Bagaimana kita menanggapi keraguan atau pertanyaan kritis seputar iman? 
Segera mencela dan menepiskannya? 
Atau memberi orang itu ruang untuk bergumul, mendampinginya tanpa bersikap merendahkan (bdk. Roma 14:1)? 

Ketika keraguan itu memperoleh jawaban, kita akan menemukan pengakuan iman yang kokoh.

DALAM IMAN, KERAGUAN BUKANLAH JALAN BUNTU,
MELAINKAN CELAH MENUJU PENGERTIAN YANG BARU

KEBESARAN HATI

Yohanes 3:22-36

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. 
(Yohanes 3:30)


Charles Dickens pernah memberikan pernyataan tentang siapakah sebenarnya orang yang disebut terbesar itu. Ia berkata, “Ada orang besar yang menjadi besar dengan cara mengecilkan dan merendahkan orang lain. Tetapi, seorang besar sejati adalah seorang yang mampu membuat setiap orang merasa dirinya besar.”

Hampir setiap orang ingin menjadi nomor satu dan terkemuka. Tidak semua orang mempunyai kebesaran hati untuk menjadi orang nomor dua. Namun, Yohanes Pembaptis memahami benar arti sebuah kebesaran sejati. 

Di saat begitu banyak orang mulai ribut dan membanding-bandingkannya dengan Yesus, Yohanes Pembaptis justru menunjukkan kebesaran hatinya. 

Pernyataannya bahwa Yesus harus makin besar, tetapi ia harus makin kecil menunjukkan betapa ia tidak berusaha membesarkan dirinya sendiri. Ia tahu panggilan Tuhan baginya sebagai pembuka jalan bagi Mesias yang akan datang (ay. 28). 
Tujuan hidupnya adalah mengarahkan hati orang-orang kepada Yesus, Sang Mesias, dan bukan kepada dirinya sendiri.

Bagaimana dengan kita? 
  • Bagaimana reaksi kita ketika di hadapan kita berdiri orang-orang yang siap menggantikan posisi kita? 
  • Apa reaksi kita ketika banyak orang mulai membanding-bandingkan kemampuan kita dengan orang lain? 
  • Apakah kita mulai terganggu? 

Seorang besar sejati tentu tidak akan terganggu dengan semua itu. 

Sebaliknya, ia akan menunjukkan kebesaran hatinya untuk membuat orang lain merasa dirinya besar. Ia akan memberi dukungan dan turut senang dengan keberhasilan orang lain.

ORANG YANG MEMILIKI KEBESARAN HATI
AKAN TERBEBAS DARI GODAAN UNTUK BERSAING

KEBENARAN vs MAYORITAS

Yeremia 20:1-18

Sebab setiap kali aku berbicara, 
terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" 
Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari. 
(Yeremia 20:8)


Yeremia melayani di tengah situasi yang sulit. Pada saat usianya masih muda, ia harus bernubuat bagi bangsa Yehuda yang dipimpin oleh para imam dan nabi senior serta raja. 

Yang lebih menyulitkan, pesan Tuhan yang harus disampaikannya berbeda dengan nubuat yang disampaikan oleh kebanyakan nabi saat itu. 


Seorang diri melawan mayoritas. Ia sangat tidak populer sebab menubuatkan kejatuhan Yehuda dan runtuhnya Bait Allah, sedangkan mayoritas nabi dan imam menubuatkan yang sebaliknya.

Tentu saja Yeremia menghadapi masalah besar. 

Tidak banyak orang bersedia mendengarkan pesannya. Kebanyakan orang lebih mempercayai mayoritas nabi senior daripada Yeremia. Untuk mempertahankan kebenaran yang ia percayai, Yeremia harus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan: dipukul, dipasung, diejek, bahkan diancam akan dibunuh. Tetapi, Yeremia tetap berpegang teguh pada keyakinannya sebab ia tahu pesan itu berasal dari Tuhan walaupun tidak ada orang yang berpihak padanya.

Di tengah dunia yang semakin pelik ini, kita perlu memiliki iman seperti Yeremia. Terkadang kita sulit mengenali kebenaran karena tertutup oleh pendapat mayoritas. 

Jika banyak orang di sekitar kita melakukan hal yang salah, hal itu akan tampak sebagai sesuatu yang benar; sebaliknya, orang yang melakukan kebenaran akan kelihatan ganjil. 

Namun, seperti Yeremia peka akan suara Tuhan dan taat kepada-Nya, kita perlu peka untuk mengenali suara kebenaran di tengah keriuhan suara mayoritas.


MAYORITAS BELUM TENTU BENAR; BERPEGANGLAH PADA KEBENARAN
SEKALIPUN BERLAWANAN DENGAN MAYORITAS