Kolose 3:1-17
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,
dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain;
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian.
(Kolose 3:13)
Saya mengenalnya sebagai orang yang pemarah. Yang sangat saya hargai, ia menerima nasihat dan berjuang keras mengatasi kemarahannya. Dia berdoa secara pribadi, memohon agar memperoleh kesabaran. Sering segera setelah berdoa, dia pun dihadapkan dengan orang yang pernah bertengkar dengannya. Pemulihan hubungan dan saling memaafkan terjadi. Perlahan namun pasti, dia menjadi semakin sabar dan wajahnya acap dihiasi senyuman.
Rasul Paulus dalam nasihatnya kepada jemaat Kolose menempatkan kesabaran sejajar dengan pengampunan. Kita dapat lebih sabar jika kita rela mengampuni. Ketika memandang orang yang menyebalkan dan menyakitkan hati, kita perlu melihatnya dari sudut pandang Tuhan. Tuhan sudah mengampuni kita yang sering menyakiti hati-Nya. Lalu mengapa kita tidak mengampuni teman kita? Kita yang percaya pada Kristus mendapat kebangkitan bersama Kristus (ay. 1). Karena itu, kita harus memikirkan perkara surgawi (ay. 2). Perkara duniawi, termasuk marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor harus menjadi masa lalu dan tidak lagi kita lakukan (ay. 8-10).
Ada banyak cara yang diajarkan orang untuk mengendalikan kemarahan. Namun orang percaya telah memiliki modal untuk bersabar. Kita adalah manusia baru. Yang dituntut dari kita adalah tidak menanggapi hasrat keduniawian (ay. 5). Sebaliknya, kita berjuang untuk terus diperbarui di dalam hidup baru kita. Oleh kasih Kristus, kita dimampukan untuk saling mendahului meminta maaf dan memaafkan.
KESABARAN NISCAYA AKAN KITA MILIKI KETIKA KITA BELAJAR
MENGAMPUNI SEBAGAIMANA KRISTUS TELAH MENGAMPUNI KITA