Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 04 Mei 2023

CERMIN ALLAH

2 Korintus 3

Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan 
dengan muka yang tidak berselubung. 
Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, 
maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, 
dalam kemuliaan yang semakin besar 
(2 Korintus 3:18)


Mendengar “Just Do It” kita teringat pada sepatu olah raga Nike. Mendengar “Enak Dibaca dan Perlu” kita teringat pada majalah berita mingguan Tempo. Mendengar “Life Is Good” kita teringat pada produk eletronik LG. Kita mengenal produk-produk yang diiklankan, tetapi biasanya tidak tahu orang atau agen periklanan yang mencetuskan kalimat pengingat yang mewakili produk tersebut.

Seperti peran agen periklanan bagi produk iklannya, demikianlah kira-kira peran kita bagi Allah. Paulus menggambarkannya sebagai “mencerminkan kemuliaan Tuhan”. Dalam terjemahan lain, misalnya versi King James, dikatakan “memandang kemuliaan Tuhan seperti di dalam cermin”. Manakah yang betul? Paulus memakai istilah bahasa Yunani katoptrizomai yang dapat diartikan keduanya. Ia mengacu pada pengalaman Musa di Gunung Sinai. Di atas gunung, Musa memandang sekilas kemuliaan Allah. Ketika ia turun dari gunung, “cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya” (ayat 7). Dengan memandang kemuliaan Tuhan, Musa memancarkan kemuliaan-Nya. Dengan memandang kemuliaan Tuhan, kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.

Paulus hendak mendorong kita untuk hidup berpusat pada Tuhan. Kita memandang Tuhan antara lain dengan meluangkan waktu untuk bersekutu secara pribadi dengan Dia. Selanjutnya, dalam interaksi keseharian dengan sesama, kita mesti mencerminkan kemuliaan Tuhan melalui sikap, pikiran, ucapan, dan tindakan kita.

MEMANDANG KEMULIAAN ALLAH 
DAN MEMANCARKANNYA 
ADALAH KEBAHAGIAAN TERTINGGI 
BAGI MANUSIA.

Jumat, 28 April 2023

Maju Selangkah

Mengikuti Proses perjalanan yang tak terduga serta mengikuti arahan dari pimpinan, dengan beraneka warna, cara, gerak serta melengkapi hal Ikhwal yang harus dipenuhi, ikutlah segala proses uji materi dan ujian baik melalui BKN serta Depag.


Satu kali



Berjuang melalui ujian di BKN jalan Magelang



Dengan hasil yang lumayan dan cukup




Saat kawan kawan teman dan saudara saudari pada merayakan Paskah Bersama di Santikara, saya hanya ikut awal dan sebentar padahal panitia, harus melaju ke MAN 1 SLEMAN di Godean untuk mengikuti CAT Depag tentang Moderasi Beragama sesi 3 hari pertama






Selasa, 07 Maret 2023

Kunci Sukses

Yosua 1:1-9

Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. (Yosua 1:7)


Banyak cara yang ditawarkan dunia untuk sukses. Seribu satu seminar ditawarkan dengan tarif jutaan rupiah. Banyak pula yang tergiur dengan ajakan itu, dan rela membayar mahal dengan harapan bisa sukses. Seusai seminar, jurus yang dipelajari diterapkan, tetapi nyatanya lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil.


Firman Tuhan berkata lain tentang jalan menuju keberhasilan ini. Saat Yosua menggantikan Musa, Allah berkata Israel akan mendapatkan daerah baru. Namun tanah itu berpenghuni sehingga harus direbut melalui peperangan. Ini berat. Allah memahami keraguan Yosua, maka sampai tiga kali Dia berkata, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu...." Dia tidak menjabarkan strategi perang untuk memperoleh tanah itu kepada Yosua. Menurut Allah, kunci keberhasilan terletak pada ketaatan akan firman-Nya. Apa pun tantangan yang mereka hadapi, mereka memiliki kekuatan untuk mengatasi semua itu, dan kekuatan itu tidak lain Allah sendiri.


Pelajaran yang dapat kita petik adalah: tangan Allah yang kuat itu akan menolong kita. Cara terbaik untuk menghadapi tantangan hidup adalah dengan hidup menurut firman-Nya. Masalahnya, kita sering tidak mengutamakan pesan Alkitab dalam mencari penyelesaian masalah, namun menjadikannya alternatif terakhir bila masalah tak kunjung usai. Ubahlah sikap itu, dan raihlah kesuksesan dengan mematuhi firman-Nya. Janji Tuhan ini berlaku dari dulu hingga kini. Peganglah janji-Nya, Dia tidak pernah mengecewakan.


FIRMAN TUHAN ADALAH PERTOLONGAN UTAMA,

BUKAN PERTOLONGAN CADANGAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

Capek Hati

Yunus 2:1-10

Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. (Yunus 2:7)

“Aduh, Pak, sudah capek hati saya mengurusnya.” Beberapa kali saya mendengar para ibu mengeluh seperti itu. Ternyata dalam melakukan sesuatu, kita tidak hanya mengeluarkan energi jasmani yang mendatangkan kelelahan secara fisik, tetapi juga menguras energi jiwa yang membuat kita jadi “capek hati”. 

Bisa jadi perasaan semacam itu yang dialami Yunus ketika berada di perut ikan. Ia menggambarkan dirinya di lemparkan ke dalam pusat lautan dan terangkum arus air (ay. 3), seperti tenggelam ke dasar bumi yang pintunya tertutup rapat (ay. 6). Kepalanya seperti dililit lumut laut (ay. 5), perumpamaan tentang pikiran yang kalut. Seperti orang yang hatinya sudah capek, Yunus tercekam oleh keputusasaan. Ia sampai merasa dirinya telah terusir dari hadapan mata Tuhan (ay. 4).


Mungkin kita pernah mengalami hal yang sama. Kita mengalami kesesakan dan Tuhan seakan tidak peduli. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita, namun kita kerap lalai dan tidak peka akan penyertaan-Nya tersebut.


Dari kisah Yunus, kita dapat memetik pelajaran. Ia tidak berhenti berharap untuk bisa kembali menyaksikan bait Tuhan, lambang hadirat-Nya (ay. 4). Ia berseru kepada Tuhan (ay. 2), bukan berpaling kepada berhala kesia-siaan karena ia yakin akan kasih setia Tuhan (ay. 8). Tuhan mengabulkan doa Yunus dan melepaskannya dari kesesakan (ay. 10). Saat hati terasa capek, kepada siapa lagi kita akan berpaling kalau bukan kepada Tuhan, sumber kelegaan dan pemulihan?


PENYERTAAN TUHAN SENANTIASA MERENGKUH KITA,

MEMBANGKITKAN KEKUATAN DI TENGAH KESESAKAN

Badai Eyemouth

 Mazmur 56:6-14

Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (Mazmur 56:14)

Pada 1881, badai menyapu Inggris. Para nelayan di pesisir pantai selama berhari-hari tak dapat melaut, termasuk nelayan di daerah Eyemouth. Namun, suatu hari matahari tampak bersinar cerah, dan para nelayan Eyemouth bersiap untuk kembali berlayar dan menangkap ikan. Ketika mereka hendak berlayar, kepala dermaga menghentikan dan memperingatkan bahwa badai akan datang kembali. Namun, mereka mengabaikannya. Ternyata, badai benar-benar datang, menyapu empat puluh kapal, dan hampir semua nelayan yang berada di kapal itu tewas. 


Firman Tuhan adalah pelita bagi jalan hidup kita. Sering kali kita tidak mengerti jalan yang kita tempuh, kita bimbang dalam memutuskan sesuatu. Firman Tuhan dapat memberikan pengertian sehingga langkah kita tidak salah. Kita perlu memahami bahwa firman Tuhan bukanlah aturan legalistik agama, melainkan prinsip kebenaran yang menjaga hidup kita. Di dalam kehidupan ini, dunia menawarkan godaan yang dapat menyapu dan menenggelamkan kita. Firman Tuhan berfungsi sebagai “peringatan” yang menyelamatkan hidup kita.


Kita dapat tergoda untuk berbuat curang, serakah, dan menipu. Kita juga dapat tersapu dan tenggelam dalam keegoisan, tak mau mengampuni, dan amarah. Kita perlu merendahkan hati untuk menyimak firman Tuhan, merenungkannya, dan mengizinkannya mengubah hidup kita. Peringatan-Nya menjaga langkah kita. Nah, apabila firman Tuhan memperingatkan kita, akankah kita bersikap seperti para nelayan Eyemouth tadi?


FIRMAN-NYA MENERANGI JALAN KITA,

PERINGATAN-NYA MENJAGA LANGKAH KITA

Keluarga Istimewa

 Kejadian 7:1-24

Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. (Kejadian 7:1)

Ketika saya berjumpa dengan teman lama, hampir selalu ada pertanyaan mengenai keluarga. Pertanyaan yang biasanya diajukan, "Berapa anakmu? Umur berapa saja? Apakah mereka masih bersekolah atau sudah bekerja?" Bila kita memiliki keluarga yang baik, tentu kita akan dapat bercerita dengan bangga. Namun, pernahkah Anda membayangkan bahwa Allah bisa bangga terhadap Anda dan keluarga Anda? Andaikan hal itu terjadi, Anda dan keluarga Anda pastilah istimewa.

Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan dari bencana air bah yang mahadahsyat. Kita mungkin bertanya, apakah istimewanya keluarga ini? Nuh menonjol dan berbeda dari orang sezamannya karena ia benar dan tidak bercela. Nuh juga bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hal ini berbeda sekali dengan keadaan dunia saat itu yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan (6:5, 11). Saya membayangkan bagaimana Nuh dan keluarganya menghadapi tekanan yang berat dan cemoohan karena tidak turut serta dalam kejahatan orang-orang pada zaman itu. Mungkin saja ia harus menanggung cercaan dan pengucilan. Ia mampu menghadapinya karena Allah memberinya kasih karunia (6:8).

Dunia yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan mengingatkan saya akan perkataan Yesus tentang akhir zaman. Yesus menyamakannya dengan zaman Nuh, masa ketika banyak orang terlena dalam kejahatan (Matius 24:37-39). Kita diminta waspada dan menjaga kesalehan hidup kita. Kita dapat belajar dari kisah Nuh. Oleh kasih karunia-Nya, biarlah keluarga kita hidup secara berbeda, menjadi terang bagi keluarga lain.

KASIH KARUNIA TUHAN MEMAMPUKAN KITA HIDUP SECARA BERBEDA,

TIDAK TERLENA OLEH ARUS KEJAHATAN DUNIA