Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 31 Juli 2022

✝️ Konsentrasi saat Membajak

Lukas 9:57-62

Setiap orang yang siap untuk membajak 
tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah. 
(Lukas 9:62)


Memasuki musim tanam padi, Arman dan kedua orangtuanya mempersiapkan sawah untuk ditanami. Mereka membersihkan seluruh sawah yang akan digarap, lalu mengolah tanahnya. Untuk mempercepat pengolahan tanah dan mendapatkan hasil terbaik, Arman menggunakan traktor. Dengan penuh konsentrasi ia menggilas gundukan tanah di setiap bidang sawah, menghancurkan serta meratakan hingga tanah di sawah menjadi gembur. Akhirnya, sawah terlihat rapi dan siap untuk ditanami padi.

Saat seorang petani berkonsentrasi mengolah atau membajak sawah, ada satu hal yang perlu ia perhatikan: ia tidak boleh menoleh ke belakang. Alasannya sangat sederhana, yaitu agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan dengan hasil yang sebaik-baiknya. Saat membajak di sawah ia harus fokus memandang ke depan, pada tanah yang akan diolah menjadi lahan yang siap ditanami.


Tuhan menempatkan setiap orang percaya untuk menggarap lahan-Nya. Lahan itu antara lain berupa jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan dan memerlukan jalan kebenaran. Lahan yang siap ditanami benih kebenaran firman Tuhan untuk membawa mereka menemukan jalan kehidupan yang seharusnya. Para pengikut Kristus dilayakkan untuk melakukan pekerjaan mulia ini. Nah, ketika kita sedang bertugas sebagai penggarap lahan, jangan pernah menengok ke belakang, namun tunjukkan kepedulian yang sungguh-sungguh pada orang yang kita layani. Kiranya hati orang itu melembut, menjadi “tanah yang gembur”, siap ditanami benih firman-Nya.

BERSIAPLAH 
MENGGARAP LAHAN MILIK TUHAN 
DENGAN MENABURKAN
BENIH FIRMAN TUHAN 
KEPADA SEMUA ORANG YANG BELUM MENGENAL-NYA

Firman yang Hidup ✝️

Ibrani 4

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. 
(Ibrani 4:12)


Konon, seorang pria mengajukan permintaan untuk memperoleh Alkitab dari The Gideons. Menurutnya, kertas Alkitab itu sangat cocok dan sempurna untuk dipakai melinting tembakaunya. Lembaga itu meluluskan permintaannya. Pria tadi pun benar-benar memakai kertas buku itu untuk merokok. Namun sebelum melinting tembakau, ia selalu membaca lembaran yang akan dipakainya—bagian depan dan belakang. Begitulah, si pria terus memakai lembaran kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Sampai akhirnya, ia membaca Yohanes 3:16, berhenti lama di situ, dan menyerahkan hatinya kepada Kristus.

Kisah humor di situs Sermon Central ini menggambarkan bahwa Alkitab itu bukan buku biasa. Ya, sumber penulisannya bukan hikmat manusia, melainkan hikmat Allah sendiri. Alkitab bukan kumpulan ajaran manusia, melainkan kebenaran Allah. Maka, bagi setiap orang yang mau percaya, kuasa firman Allah akan sanggup menyelamatkannya. Benar, firman Allah itu berkuasa. Penulis kitab Ibrani menyebutnya hidup dan kuat. Karena itu, firman Allah sanggup mengubahkan hidup seseorang—bahkan membuatnya berbalik dari hidupnya yang lama, dan menerima hidup baru yang dianugerahkan Allah!

Peganglah hal ini: bahwa Firman Allah itu hidup dan berkuasa. Bacalah dengan setia. Pelajarilah dengan hati terbuka. Alamilah hubungan yang hidup dengan Firman itu. Izinkan Tuhan membentuk ulang sisi-sisi hidup kita sesuai dengan firman-Nya. Mengubahkan hidup kita. Bahkan menjadi benar-benar baru, seperti yang Dia mau.

OLEH FIRMAN-NYA, 
TUHAN BISA MEMBUAT SESUATU DARI YANG TIDAK ADA.
OLEH FIRMAN-NYA, 
TUHAN BISA MENGUBAH KEBERADAAN KITA

✝️ Amat Baik Sungguh

Kejadian 1:1-31

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. 
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. 
(Kejadian 1:31)

Jika kita menyimak berbagai macam fakta mengenai alam semesta yang Tuhan ciptakan, kita akan berdecak kagum. Ada banyak keindahan yang bisa kita nikmati tanpa harus membayar sepeser pun! Ada langit bertaburan bintang ketika cuaca cerah pada malam hari, cahaya yang menakjubkan ketika matahari terbit atau terbenam, beragam hewan dengan bentuk yang unik, dan masih banyak lagi. Sungguh ajaib ciptaan Allah itu!

Hari ini kita membaca rangkaian ayat yang cukup panjang mengenai sejarah penciptaan langit, bumi, dan segala isinya. Alkitab mencatat, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam” (ay. 31). Sungguh amat baik segala sesuatu yang Allah ciptakan! Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari mengatakan bahwa Allah memandang segala sesuatu yang telah dibuat-Nya itu, dan Ia sangat senang. Jika Allah menganggap segala sesuatu yang Dia ciptakan sungguh amat baik, sudah selayaknya apabila kita setuju dengan Dia. Kita juga patut bergembira karena Allah juga bergembira dengan semua karya-Nya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengucap syukur dan merasa senang dengan apa yang Allah perbuat bagi kita? Apakah kita bisa melihat sisi terbaik dari setiap kesusahan yang menimpa kita? Allah tidak pernah salah. Dia menciptakan segala sesuatu yang baik untuk alam ini; Dia juga menyediakan segala sesuatu yang baik untuk hidup kita pada saat ini, pada masa yang akan datang, bahkan sampai pada kekekalan.

MENYAKSIKAN KEINDAHAN CIPTAAN ALLAH MENEGUHKAN
BAHWA DIA SENANTIASA MENYEDIAKAN YANG TERBAIK BAGI KITA

Bersyukur Senantiasa ✝️

Keluaran 15:1-21

Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, 
sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya 
dilemparkan-Nya ke dalam laut. 
(Keluaran 15:1)

Ketika segala sesuatu dalam kehidupan kita baik-baik saja dan terjadi hal-hal yang membanggakan kita, penuh berkat melimpah dan sukacita, kita akan dengan mudah mengucap syukur dan memuji Allah. Tetapi jika doa-doa kita sepertinya tidak dijawab, Allah seperti diam dan mengizinkan kegagalan menghampiri hidup, bisakah kita tetap mengucap syukur dan memuji Dia?

Bangsa Israel sangat bersukacita saat mereka dilepaskan dari tanah perbudakan di Mesir. Tempat yang selama ini membuat mereka menderita, penuh dengan cambuk dan tendang. Mereka bersorak dan berseru mengagungkan nama Tuhan. Tiada henti-hentinya mereka menyanyikan ucapan syukur bagi yang Mahatinggi. Mereka bisa melihat bahwa Allah memperhatikan penderitaan dan rintihan kesakitan mereka.

Tetapi, pada saat mereka dibawa melewati padang gurun, mereka mulai bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Puji-pujian dan ucapan syukur dalam sekejap hilang dari bibir mereka dan digantikan dengan sungut-sungut. Mereka hanya melihat Tuhan ada saat segala sesuatu terasa baik dan menyenangkan. Mata mereka tertutup saat mereka mulai bosan dan tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Hal seperti itu sering terjadi dengan kita. Kita sering diperhadapkan dengan hal-hal yang pelik, segalanya berantakan, dan hidup terasa sulit. Seakan Tuhan tidak ada. Tidak terlihat sedikit pun pengharapan akan adanya pemulihan. Dalam keadaan seperti itu, masih bisakah kita memuji Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan? Masihkah sukacita kita meluap?

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SULIT,
MESTINYA KITA TETAP TIDAK SULIT MEMUJI TUHAN

✝️ Karya Kristus perlu ditulis

Yohanes 21:24-25

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, 
tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, 
kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. 
(Yohanes 21:25)


Sebelumnya, kesaksian Yohanes dalam Yohanes 21:25 ini sama sekali tak berkesan bagi saya. Tiap kali membaca bagian ini, saya selalu melewatkannya begitu saja. Sampai suatu ketika, dalam pelatihan menulis renungan, saya berwaktu teduh dengan menggunakan bacaan yang terbilang pendek ini. Momen kebersamaan dengan para penulis kristiani memberikan makna yang indah sekaligus menggetarkan bagi saya.

Dalam Kitab Suci, judul perikop ini “Kata Penutup”. Ya, kata penutup atas seluruh tulisan Yohanes tentang perjalanan pelayanan Yesus di dunia. Yohanes telah mengalami dan menjalani hidup bersama Yesus—bahkan ia disebut sebagai murid yang dikasihi. Namun demikian, Yohanes menyadari bahwa tulisannya itu hanyalah catatan pendek dan singkat atas pelayanan Yesus. Dan, andaikan ia punya waktu untuk menuliskan semuanya, ia pun mengakui bahwa “jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (ay. 25). Pernyataan ini tepat dan memuat kebenaran. Ini bentuk pujian yang layak mengenai perbuatan-Nya, Sang Firman Allah, di dunia.

Media tulisan adalah salah satu media yang sangat efektif dalam menjangkau dunia bagi Kristus. Tak selalu harus berupa buku; kini tersedia media online yang memungkinkan perluasan penyebaran pesan lewat tulisan. Siapa saja dapat mengambil bagian, menjadi saksi tentang Yesus dan karya-karya-Nya. Kita dapat memaksimalkan penggunaan media itu untuk memenuhi dunia ini dengan kebesaran dan kebenaran Kristus.

DUNIA 
TAK DAPAT MENAMPUNG BANYAKNYA KISAH 
TENTANG YESUS DI DUNIA,
MAKA TERUSLAH MENCERITAKAN-NYA SEPANJANG USIA

Daur Ulang ✝️

2 Tawarikh 12:1-16

Lagi pula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda. 
(2 Tawarikh 12:12b)

Ia guru TK yang baik. Secara kreatif ia mendayagunakan benda-benda yang tampaknya sudah tak berguna. Kertas bekas, kotak bekas pembungkus, mainan lama, hiasan tak terpakai, ia pungut ia dan manfaatkan untuk menciptakan alat peraga dan perangkat bermain yang menyenangkan anak-anak. Teman-temannya menjulukinya “si tukang daur ulang”. Ia pintar menemukan manfaat dari barang yang sudah dibuang.

Rehabeam, putra Salomo, bukan terbilang raja Yehuda yang patut diteladani. Ia tidak tekun mencari Tuhan dan hukum-Nya ia tinggalkan kala merasa diri kuat (ay. 1, 14). Nasihat bijaksana ia abaikan dan anjuran gegabah malah ia turuti sehingga menimbulkan sakit hati rakyat (1 Raj 12:1-17). Di bawah pimpinannya, Yehuda mengenal rupa-rupa praktik penyembahan berhala (1 Raj 14:22-24). Kita bisa membuangnya dari daftar raja Yehuda yang baik. Namun, betapa berbeda sikap penulis kitab Tawarikh. Ia tetap berupaya menemukan kebaikan padanya, dan berhasil. Pertama, masih ada kebenaran pada tiga tahun pertama masa pemerintahannya (2 Taw 11:17). Kedua, masih ada pertobatan ketika nabi Semaya menegurnya (ay. 6, 7, 12).

Hidup ini memang tidak sempurna. Banyak keretakan hubungan. Kerusakan karakter. Kebusukan sistem. Ketidakwarasan manusia. Keburukan situasi. Keganasan alam. Namun, Tuhan memanggil kita untuk menemukan kebaikan di tengah keadaan itu. Memungut hal-hal yang positif. Mensyukurinya. Memanfaatkannya. Mengembangkannya. Lalu menjadikannya sarana untuk memberkati sesama. Bersediakah Anda ?

DARIPADA 
MENJADI SINIS AKIBAT MENYUSUN DAFTAR KEBURUKAN 
LEBIH BAIK
MENJADI BIJAK 
KARENA MEMUNGUT KEBAIKAN 
DARI SETIAP KEADAAN

Senin, 27 Juni 2022

KEISTIMEWAAN KELUARGA

Kejadian 7:1-24

Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu,
sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. 
(Kejadian 7:1)

Ketika saya berjumpa dengan teman lama, hampir selalu ada pertanyaan mengenai keluarga. 
Pertanyaan yang biasanya diajukan, 
  • "Berapa anakmu? 
  • Umur berapa saja? 
  • Apakah mereka masih bersekolah atau sudah bekerja?" 

Bila kita memiliki keluarga yang baik, tentu kita akan dapat bercerita dengan bangga. Namun, pernahkah Anda membayangkan bahwa Allah bisa bangga terhadap Anda dan keluarga Anda? 

Andaikan hal itu terjadi, Anda dan keluarga Anda pastilah istimewa.

Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan dari bencana air bah yang maha dahsyat. Kita mungkin bertanya, 
apakah istimewanya keluarga ini? 

Nuh menonjol dan berbeda dari orang sezamannya karena ia benar dan tidak bercela. Nuh juga bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hal ini berbeda sekali dengan keadaan dunia saat itu yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan (6:5, 11). Saya membayangkan bagaimana Nuh dan keluarganya menghadapi tekanan yang berat dan cemoohan karena tidak turut serta dalam kejahatan orang-orang pada zaman itu. Mungkin saja ia harus menanggung cercaan dan pengucilan. Ia mampu menghadapinya karena Allah memberinya kasih karunia (6:8).

Dunia yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan mengingatkan saya akan perkataan Yesus tentang akhir zaman. Yesus menyamakannya dengan zaman Nuh, masa ketika banyak orang terlena dalam kejahatan (Matius 24:37-39). 

Kita diminta waspada dan menjaga kesalehan hidup kita. Kita dapat belajar dari kisah Nuh. Oleh kasih karunia-Nya, biarlah keluarga kita hidup secara berbeda, menjadi terang bagi keluarga lain.

KASIH KARUNIA TUHAN MEMAMPUKAN KITA HIDUP SECARA BERBEDA,
TIDAK TERLENA OLEH ARUS KEJAHATAN DUNIA