Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 31 Juli 2022

Bersyukur Senantiasa ✝️

Keluaran 15:1-21

Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, 
sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya 
dilemparkan-Nya ke dalam laut. 
(Keluaran 15:1)

Ketika segala sesuatu dalam kehidupan kita baik-baik saja dan terjadi hal-hal yang membanggakan kita, penuh berkat melimpah dan sukacita, kita akan dengan mudah mengucap syukur dan memuji Allah. Tetapi jika doa-doa kita sepertinya tidak dijawab, Allah seperti diam dan mengizinkan kegagalan menghampiri hidup, bisakah kita tetap mengucap syukur dan memuji Dia?

Bangsa Israel sangat bersukacita saat mereka dilepaskan dari tanah perbudakan di Mesir. Tempat yang selama ini membuat mereka menderita, penuh dengan cambuk dan tendang. Mereka bersorak dan berseru mengagungkan nama Tuhan. Tiada henti-hentinya mereka menyanyikan ucapan syukur bagi yang Mahatinggi. Mereka bisa melihat bahwa Allah memperhatikan penderitaan dan rintihan kesakitan mereka.

Tetapi, pada saat mereka dibawa melewati padang gurun, mereka mulai bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Puji-pujian dan ucapan syukur dalam sekejap hilang dari bibir mereka dan digantikan dengan sungut-sungut. Mereka hanya melihat Tuhan ada saat segala sesuatu terasa baik dan menyenangkan. Mata mereka tertutup saat mereka mulai bosan dan tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Hal seperti itu sering terjadi dengan kita. Kita sering diperhadapkan dengan hal-hal yang pelik, segalanya berantakan, dan hidup terasa sulit. Seakan Tuhan tidak ada. Tidak terlihat sedikit pun pengharapan akan adanya pemulihan. Dalam keadaan seperti itu, masih bisakah kita memuji Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan? Masihkah sukacita kita meluap?

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SULIT,
MESTINYA KITA TETAP TIDAK SULIT MEMUJI TUHAN

✝️ Karya Kristus perlu ditulis

Yohanes 21:24-25

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, 
tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, 
kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. 
(Yohanes 21:25)


Sebelumnya, kesaksian Yohanes dalam Yohanes 21:25 ini sama sekali tak berkesan bagi saya. Tiap kali membaca bagian ini, saya selalu melewatkannya begitu saja. Sampai suatu ketika, dalam pelatihan menulis renungan, saya berwaktu teduh dengan menggunakan bacaan yang terbilang pendek ini. Momen kebersamaan dengan para penulis kristiani memberikan makna yang indah sekaligus menggetarkan bagi saya.

Dalam Kitab Suci, judul perikop ini “Kata Penutup”. Ya, kata penutup atas seluruh tulisan Yohanes tentang perjalanan pelayanan Yesus di dunia. Yohanes telah mengalami dan menjalani hidup bersama Yesus—bahkan ia disebut sebagai murid yang dikasihi. Namun demikian, Yohanes menyadari bahwa tulisannya itu hanyalah catatan pendek dan singkat atas pelayanan Yesus. Dan, andaikan ia punya waktu untuk menuliskan semuanya, ia pun mengakui bahwa “jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (ay. 25). Pernyataan ini tepat dan memuat kebenaran. Ini bentuk pujian yang layak mengenai perbuatan-Nya, Sang Firman Allah, di dunia.

Media tulisan adalah salah satu media yang sangat efektif dalam menjangkau dunia bagi Kristus. Tak selalu harus berupa buku; kini tersedia media online yang memungkinkan perluasan penyebaran pesan lewat tulisan. Siapa saja dapat mengambil bagian, menjadi saksi tentang Yesus dan karya-karya-Nya. Kita dapat memaksimalkan penggunaan media itu untuk memenuhi dunia ini dengan kebesaran dan kebenaran Kristus.

DUNIA 
TAK DAPAT MENAMPUNG BANYAKNYA KISAH 
TENTANG YESUS DI DUNIA,
MAKA TERUSLAH MENCERITAKAN-NYA SEPANJANG USIA

Daur Ulang ✝️

2 Tawarikh 12:1-16

Lagi pula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda. 
(2 Tawarikh 12:12b)

Ia guru TK yang baik. Secara kreatif ia mendayagunakan benda-benda yang tampaknya sudah tak berguna. Kertas bekas, kotak bekas pembungkus, mainan lama, hiasan tak terpakai, ia pungut ia dan manfaatkan untuk menciptakan alat peraga dan perangkat bermain yang menyenangkan anak-anak. Teman-temannya menjulukinya “si tukang daur ulang”. Ia pintar menemukan manfaat dari barang yang sudah dibuang.

Rehabeam, putra Salomo, bukan terbilang raja Yehuda yang patut diteladani. Ia tidak tekun mencari Tuhan dan hukum-Nya ia tinggalkan kala merasa diri kuat (ay. 1, 14). Nasihat bijaksana ia abaikan dan anjuran gegabah malah ia turuti sehingga menimbulkan sakit hati rakyat (1 Raj 12:1-17). Di bawah pimpinannya, Yehuda mengenal rupa-rupa praktik penyembahan berhala (1 Raj 14:22-24). Kita bisa membuangnya dari daftar raja Yehuda yang baik. Namun, betapa berbeda sikap penulis kitab Tawarikh. Ia tetap berupaya menemukan kebaikan padanya, dan berhasil. Pertama, masih ada kebenaran pada tiga tahun pertama masa pemerintahannya (2 Taw 11:17). Kedua, masih ada pertobatan ketika nabi Semaya menegurnya (ay. 6, 7, 12).

Hidup ini memang tidak sempurna. Banyak keretakan hubungan. Kerusakan karakter. Kebusukan sistem. Ketidakwarasan manusia. Keburukan situasi. Keganasan alam. Namun, Tuhan memanggil kita untuk menemukan kebaikan di tengah keadaan itu. Memungut hal-hal yang positif. Mensyukurinya. Memanfaatkannya. Mengembangkannya. Lalu menjadikannya sarana untuk memberkati sesama. Bersediakah Anda ?

DARIPADA 
MENJADI SINIS AKIBAT MENYUSUN DAFTAR KEBURUKAN 
LEBIH BAIK
MENJADI BIJAK 
KARENA MEMUNGUT KEBAIKAN 
DARI SETIAP KEADAAN

Senin, 27 Juni 2022

KEISTIMEWAAN KELUARGA

Kejadian 7:1-24

Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu,
sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. 
(Kejadian 7:1)

Ketika saya berjumpa dengan teman lama, hampir selalu ada pertanyaan mengenai keluarga. 
Pertanyaan yang biasanya diajukan, 
  • "Berapa anakmu? 
  • Umur berapa saja? 
  • Apakah mereka masih bersekolah atau sudah bekerja?" 

Bila kita memiliki keluarga yang baik, tentu kita akan dapat bercerita dengan bangga. Namun, pernahkah Anda membayangkan bahwa Allah bisa bangga terhadap Anda dan keluarga Anda? 

Andaikan hal itu terjadi, Anda dan keluarga Anda pastilah istimewa.

Hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan dari bencana air bah yang maha dahsyat. Kita mungkin bertanya, 
apakah istimewanya keluarga ini? 

Nuh menonjol dan berbeda dari orang sezamannya karena ia benar dan tidak bercela. Nuh juga bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hal ini berbeda sekali dengan keadaan dunia saat itu yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan (6:5, 11). Saya membayangkan bagaimana Nuh dan keluarganya menghadapi tekanan yang berat dan cemoohan karena tidak turut serta dalam kejahatan orang-orang pada zaman itu. Mungkin saja ia harus menanggung cercaan dan pengucilan. Ia mampu menghadapinya karena Allah memberinya kasih karunia (6:8).

Dunia yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan mengingatkan saya akan perkataan Yesus tentang akhir zaman. Yesus menyamakannya dengan zaman Nuh, masa ketika banyak orang terlena dalam kejahatan (Matius 24:37-39). 

Kita diminta waspada dan menjaga kesalehan hidup kita. Kita dapat belajar dari kisah Nuh. Oleh kasih karunia-Nya, biarlah keluarga kita hidup secara berbeda, menjadi terang bagi keluarga lain.

KASIH KARUNIA TUHAN MEMAMPUKAN KITA HIDUP SECARA BERBEDA,
TIDAK TERLENA OLEH ARUS KEJAHATAN DUNIA

Minggu, 26 Juni 2022

KEPEKAAN AKAN DOSA

Efesus 4:17-32

Perasaan mereka telah tumpul, 
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan 
dengan serakah mengerjakan segala macam perbuatan cemar. 
(Efesus 4:19)

Gabby Gingras dilahirkan dengan kelainan syaraf yang langka, yaitu Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis (CIPA). Semua saraf pendeteksi rasa sakit di tubuhnya tidak berfungsi sama sekali. Ia pernah menggigit benda keras sampai giginya copot tanpa meringis. Bahkan, sewaktu masih bayi, ia mencolok mata kiri dengan jarinya sampai buta, juga tanpa merasa kesakitan. 
Ketidakmampuannya mengalami rasa sakit jelas-jelas mengancam keselamatan nyawanya.

Paulus menggambarkan kondisi orang yang tidak mengenal Allah. Perasaan mereka tumpul, tidak memahami betapa seriusnya dosa dan betapa menyakitkannya konsekuensi dosa. Tanpa kepekaan terhadap dosa, seseorang akan senang melakukan dosa (ay. 19). 

Langkah demi langkah ia terus menjauhkan diri dari Allah. Jika tidak berbalik, perjalanannya berujung pada maut. Paulus memperingatkan orang percaya, yang telah dipanggil ke dalam kehidupan yang baru, agar tidak menempuh jalan kegelapan ini.

Hari ini adalah permulaan masa persiapan Paskah. Selama masa ini, umat Tuhan diajak mempertajam kepekaan akan dosa. 

Bagaimana caranya? 
  1. Pertama, akrabilah firman (ay. 21). Pemazmur berkata bahwa kita menjaga kekudusan dengan firman (Mazmur 119:9). 
  2. Kedua, tanggalkan dan tinggalkan kebiasaan dosa (ay. 22). Melakukan dosa akan menumpulkan nurani kita. 
  3. Ketiga, kepekaan terhadap dosa dimulai dari pikiran yang membenci dosa (ay. 23). Mintalah kepada Tuhan untuk menanamkan kebencian yang kudus atas dosa dalam pikiran kita.

KEPEKAAN DAN KEBENCIAN AKAN DOSA 
MERUPAKAN CIRI KEROHANIAN YANG SEHAT

KEBENARAN dan PENGHARGAAN

Lukas 4:16-30

Kemudian berkatalah Ia kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” (Lukas 4:23)

Mendapat penghargaan memang menyenangkan dan bisa menjadi salah satu pendorong semangat bagi kita untuk berkarya. Namun, penghargaan tak boleh membuat kita mengabaikan kebenaran.

Yesus pun tidak mengabaikan kebenaran hanya demi penghargaan banyak orang. 

Ketika Dia mulai mengajar (ay. 21), banyak orang memberikan penghargaan (ay. 22). Tetapi, penghargaan itu serta-merta berubah ketika ada yang berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Di balik pernyataan itu, mereka menghina dan tak lagi menghargai apalagi memercayai kuasa Yesus. Yesus lalu menyingkapkan kebenaran yang terpendam dalam pikiran mereka, “Hai tabib, sembuhkanlah diriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" (ay. 23). 

Yesus tak melakukan seperti yang mereka kehendaki, malah menyamakan mereka dengan orang-orang pada zaman Elia dan Elisa yang tak mendapat berkat (ay. 24 - 27). Mereka jadi marah, dan hendak melemparkan Yesus dari tebing. 

Cermati reaksi Yesus: Dia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka lalu pergi (ay. 30). Dia tak tersentuh oleh kemarahan orang-orang yang menolak kebenaran itu.

Yesus datang untuk menggenapi firman dan memberitakan kebenaran. Dia tidak tergantung pada penghargaan, juga bukan bertindak demi menyenangkan kemauan orang. 

Kita pun dipanggil untuk setia menyatakan kebenaran di mana pun dan apa pun pekerjaan kita. Andaikan kita harus pergi karena orang tak senang, kita pergi dengan kebenaran.

ENTAH DIHARGAI ATAU TIDAK DIHARGAI,
KEBENARAN ADALAH KEBENARAN

SMS yang terbatas

Mazmur 90

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, 
hingga kami beroleh hati yang bijaksana. 
(Mazmur 90:12)

Provider telepon seluler saya memiliki program SMS tak terbatas. Saya dapat menggirim SMS kapan pun berkali-kali tanpa cemas kehabisan pulsa. Namun, beberapa bulan kemudian, provider itu menggantinya dengan program baru. 

Jumlah SMS gratis per hari dibatasi. Hasilnya, saya tidak dapat lagi mengirim SMS secara asal-asalan. Saya perlu “lebih bijaksana” dalam melakukannya. Setiap kali mau mengirim SMS, saya menimbang-nimbang apakah pesan itu memang penting untuk disampaikan.

Lalu, bagaimana kita memandang masa hidup, yang sama-sama terbatas, namun jauh lebih penting dari SMS? 

Alkitab menulis bahwa umur manusia itu singkat, antara 60 hingga 70 tahun saja, kalaupun kuat 80 tahun. Tidak sedikit orang yang bahkan tidak mencapai usia sepanjang itu. 

Kita memiliki pilihan untuk mengisi kehidupan: menggunakannya dengan bijaksana atau menyia-nyiakannya. Jika kita menyadari hidup ini singkat, kita perlu menghargai waktu yang kita lewati. 

Banyak orang mengisi kehidupan dengan kesia-siaan dan secara sembrono. Tidak memiliki waktu untuk keluarga, mengembangkan diri, dan beribadah.

Kiranya kita sungguh-sungguh menyadari keterbatasan masa hidup ini sehingga kesadaran itu memengaruhi cara pandang kita terhadap hari-hari yang kita lewati. 
  • Aktivitas apa saja yang akan kita lakukan? 
  • Apakah aktivitas yang berguna? 
  • Atau kita melewati hari begitu saja tanpa melakukan hal yang bermakna? 
  • Apa yang kita lakukan menjadi berkat bagi orang lain? 
  • Menginspirasi? 
  • Membuat diri kita bertumbuh?
KESADARAN AKAN KETERBATASAN MASA HIDUP
MENGGUGAH KITA UNTUK BIJAK 
DALAM MENJALANI HIDUP

Allah Sumber Keadilan

Para pendengar dan sahabat BATIK (BABAGAN NITI KABECIKAN) yang terkasih,  selamat pagi, salam damai dalam kasih Kristus, Berkah Dalem. Sutre...