Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 26 Juni 2022

CAPEK HATIKAH KAMU?

Yunus 2:1-10

Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, 
teringatlah aku kepada TUHAN, dan 
sampailah doaku kepada-Mu, 
ke dalam bait-Mu yang kudus. 
(Yunus 2:7)

“Aduh, Pak, sudah capek hati saya mengurusnya.” 

Beberapa kali saya mendengar para ibu mengeluh seperti itu. Ternyata dalam melakukan sesuatu, kita tidak hanya mengeluarkan energi jasmani yang mendatangkan kelelahan secara fisik, tetapi juga menguras energi jiwa yang membuat kita jadi “capek hati”.

Bisa jadi perasaan semacam itu yang dialami Yunus ketika berada di perut ikan. 

Ia menggambarkan dirinya di lemparkan ke dalam pusat lautan dan terangkum arus air (ay. 3), seperti tenggelam ke dasar bumi yang pintunya tertutup rapat (ay. 6). Kepalanya seperti dililit lumut laut (ay. 5), perumpamaan tentang pikiran yang kalut. 

Seperti orang yang hatinya sudah capek, Yunus tercekam oleh keputusasaan. Ia sampai merasa dirinya telah terusir dari hadapan mata Tuhan (ay. 4).

Mungkin kita pernah mengalami hal yang sama. 

Kita mengalami kesesakan dan Tuhan seakan tidak peduli. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita, namun kita kerap lalai dan tidak peka akan penyertaan-Nya tersebut.

Dari kisah Yunus, kita dapat memetik pelajaran. Ia tidak berhenti berharap untuk bisa kembali menyaksikan bait Tuhan, lambang hadirat-Nya (ay. 4). 

Ia berseru kepada Tuhan (ay. 2), bukan berpaling kepada berhala kesia-siaan karena ia yakin akan kasih setia Tuhan (ay. 8). Tuhan mengabulkan doa Yunus dan melepaskannya dari kesesakan (ay. 10). 

Saat hati terasa capek, kepada siapa lagi kita akan berpaling kalau bukan kepada Tuhan, sumber kelegaan dan pemulihan?

Minggu, 05 Juni 2022

Ulurkan Tanganmu

Kisah Rasul 25:13-21
Yohanes 21:15-19

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" 
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." 
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." 
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" 

Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." 
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 

Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Sabda ini berkisah tentang Yesus yang memberi tugas perutusan kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. 

Kisah ini terjadi setelah Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya di pantai danau Tiberias dalam Yohanes 21:1-14. Yang aneh adalah sebelum Yesus memberi tugas Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Ia bertanya kepada Petrus sampai tiga kali, dengan pertanyaan yang sama, "Apakah engkau mengasihi Aku?" 

Pertanyaan itu membuat Petrus menjadi sedih, karena Tuhan bertanya hingga tiga kali. Mengapa Yesus bertanya dan memberi tugas perutusan hingga tiga kali? Ini untuk menegaskan komitmen dan kesanggupan Petrus. Maklumlah ia dulu pernah menyangkal Yesus hingga tiga kali.

Di samping Yesus menanyakan kesanggupan dan komitmen Petrus, Tuhan juga memberikan sabda yang teramat penting: "Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." (ay.18). 

Sabda ini sejatinya mengandung makna tentang arti kedewasaan, baik kedewasaan diri maupun kedewasaan iman yang menuntut tanggung jawab. 

Ketika masih muda, remaja apalagi anak-anak kita sejatinya mengalami kebebasan yang sebebas-bebasnya dan miskin tanggungjawab. Artinya tindakan kita tak terikat oleh tanggungjawab atau pihak lain. 

 Namun ketika kita sudah dewasa (apalagi berkeluarga) kita tak mungkin lagi hidup dalam kebebasan yang sebebas-bebasnya karena kita harus terikat dengan pasangan hidup, anak dan sederet tanggungjawab baik dalam keluarga, di tempat kerja maupun dalam hidup bermasyarakat dan bersosialitas. 

Kita harus rela diikat dan diatur oleh beragam hal dan berbagai pihak. Itulah berarti kita harus rela mengulurkan tangan. Karenanya semakin dewasa, justru terbatasi kebebasan kita. 

Semoga di mana pun dan kapan pun serta apa pun panggilannya, kita dapat mempersembahkan hidup yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. 

Kita harus siap mengulurkan tangan dan siap diikat demi tugas dan tanggung jawab itu..
 
Tujuh belas Agustus tahun empat lima,
itulah hari kemerdekaan kita.
Ulurkan tangan pada sesama,
layani dengan penuh cinta.

Sabtu, 04 Juni 2022

Datanglah ROH KUDUS

Kis 2:1-11
Mzm 104:1,24,29-31,34
Rm 8:8-17
Yoh 14:15-16,23b-26

Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, 
yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, 
Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu 
dan akan mengingatkan kamu 
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yoh.14:26

Ketika mendengar cerita tentang Roh Kudus, dulu saya merasa aneh dan bingung. 

Apa itu Roh Kudus dan bagaimana pengaruhnya dalam hidup kita, masih belum saya pahami betul. 

Namun sesudah saya mengalami hidup baru, akhirnya saya bisa melihat begitu berbedanya cara hidup lama saya tanpa Roh Kudus dan hidup baru saya yang sudah dijiwai oleh Roh Kudus. 

Hidup saya berbalik 180 derajat. Kalau dahulu saya orangnya cuek dan selalu bersikap masa bodoh dengan orang-orang di sekitar saya, sekarang saya boleh berubah menjadi orang yang penuh kasih serta perhatian pada sesama, tidak lagi bersikap masa bodoh melainkan penuh kepedulian terhadap mereka 

Roh Kudus adalah penggerak yang menjadikan kita mengambil langkah 100% ikut Tuhan, apapun yang terjadi dalam hidup ini. 

Kita selalu ingin membawa Roh kebenaran Allah. Bukan lagi diri kita sendiri, tetapi ada Roh Allah yang menyala-nyala dalam hati kita untuk hidup penuh pelayanan, menolong sesama, membawa kasih Tuhan pada dunia, dan yang pasti membuat orang lain melihat bahwa ada Roh Allah yang membuat sikap kita berubah menjadi baik. 

Betapa dahsyatnya Tuhan! 

Hari Pentakosta HARI YANG LUAR BIASA.

Marilah kita rayakan dengan sukacita dan bersoraklah bagi Allah, sebab Tuhan sangat baik. 

Sudahkah saya menerima Roh Kudus dan membiarkan-Nya berkarya dalam hidup saya?

Misa Lansia



 

Terlibat Berliturgi



 

Baptis Bayi



 

Aklamasi Anamnese