Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 31 Januari 2022

KELUARGA YESUS

Dalam perikop ini, kita melihat perhatian Markus pada konsep keluarga. Dipaparkan oleh Markus bagaimana Yesus memperluas cakupan makna keluarga. Keluarga tidak lagi terbatas pada hubungan darah dan kekerabatan, tetapi sudah melampaui batasan etnis, geografis, bahkan waktu. Menarik untuk kita perhatikan konsep tentang keluarga yang melampaui waktu. Artinya, keluarga Yesus memiliki hubungan yang terus berlanjut sampai pada kekekalan. Apakah hal ini berlaku untuk semua keluarga? Tidak. Hanya keluarga yang mengenal dan melakukan kehendak Allah.

Selama ini telah berkembang dua sikap yang salah tentang keluarga. Pertama, terlalu mementingkan keluarga sendiri. Sikap ini selain menyimpang dari sikap yang Yesus kembangkan, juga mempersempit wawasan kita tentang keluarga. Kedua, mengabaikan keluarga sendiri. Dengan dalih bahwa pelayanan lebih penting dari keluarga, sibuk melayani jemaat siang dan malam, akibatnya keluarga menjadi terabaikan dan terlantar. Mereka berpikir bahwa kesibukan pelayanan akan dibalas Allah. Pemikiran ini tidak tepat. Allah telah memberikan keluarga untuk dilayani. Keluarga terdekat harus dibawa untuk melakukan kehendak Allah. Mengabaikan anak berarti tidak melakukan kehendak Allah.


Renungkan: Jika kita diperhadapkan pada pilihan antara keluarga atau kehendak Allah, manakah yang kita pilih?

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau membawa kepadaku iman kepada Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus, perdalamlah imanku. Ajarlah aku lebih dan lebih lagi tentang Ysus sehingga dengan demikian aku dapat mengasihi-Nya dengan lebih lagi. Terpujilah Engkau, ya Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Menjadi orang Besar

Mrk 9:30-37

Malu bertanya, sesat di jalan. Itulah yang terjadi pada murid-murid Yesus. Walau tidak mengerti perkataan Yesus mengenai kematian dan kebangkitan-Nya, mereka enggan bertanya (ayat 32). Akibatnya mereka sesat. Ini tampak dari topik pembicaraan mereka kemudian, yaitu tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ironis bukan? Mereka mengira bahwa Yesus akan menjadi raja besar. Dan orang yang terbesar dari antara para murid, tentu akan diberi jabatan terbesar dalam kerajaan yang akan didirikan Sang Guru. Maka Yesus mengajar mereka bahwa kebesaran dalam kerajaan-Nya tergantung dari kesediaan orang untuk melayani orang lain. Bahkan meski yang dilayani itu adalah seorang anak (ayat 36). Dalam budaya Yahudi, anak tidak dianggap penting.


Pandangan Yesus berbeda dari pandangan dunia yang menganggap bahwa kebesaran ditentukan oleh seberapa banyak orang yang melayani kita. Dunia memang mencari kebesaran dalam bentuk kuasa, popularitas, dan kekayaan. Ambisi dunia adalah menerima perhatian dan penghargaan. Lalu salahkah berambisi menjadi orang besar? Bukan demikian. Yesus ingin meluruskan pandangan bahwa kebesaran adalah menjadi orang pertama, sementara orang lain menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Kebesaran sejati bukan menempatkan diri di atas orang lain supaya kita dimuliakan. Kebesaran adalah menempatkan diri kita untuk melayani dan menjadi berkat bagi sesama. Misalnya seorang dokter. Ia dianggap besar bukan karena ia seorang spesialis yang bekerja di rumah sakit mahal. Atau karena ia sering menjadi pembicara di seminar-seminar kesehatan. Ia dianggap besar bila ia juga menyediakan waktunya untuk menangani orang miskin.

Hasrat menjadi yang terbesar dapat mengancam keefektifan kita sebagai murid Tuhan. Hasrat untuk dimuliakan seharusnya tidak dimiliki seorang pengikut Yesus. Apa solusinya? Milikilah hati seorang hamba. Bersiaplah mengutamakan orang lain dan merendahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa Yesus rela dianggap tak berarti dan memikul salib bagi kita.

DOA: Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Bentuklah hatiku agar aku menemukan sukacita dalam melayani orang-orang lain, seperti juga Engkau sangat bersukacita dalam memperhatikan diriku. Amin

Membela Yesus

Mrk 9:38-40

Persaingan memang menjadi warna dalam dunia bisnis. Namun apakah dunia pelayanan juga mengenal persaingan? Lalu bagaimana perasaan Anda atas keberhasilan pelayanan gereja atau kelompok lain? Iri? Atau ada perasaan tersaingi?


Murid-murid yang diwakili oleh Yohanes menyatakan keheranan karena ada orang, di luar kedua belas murid, yang berhasil mengusir setan dengan memakai nama Yesus. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah para murid memiliki hak monopoli dalam hubungan mereka dengan Sang Guru? Bukankah Yesus tidak menyuruh orang itu melakukannya sebagaimana Ia telah menyuruh kedua belas murid-Nya (Mrk. 3:14-15)? Atau mungkin keberhasilan orang itu dan kegagalan kesembilan murid yang lain yang justru mengganggu perasaan murid-murid Yesus (Mrk. 9:18)?

Meski demikian Yesus tidak ikut gusar. Yesus tidak keberatan bila orang itu memakai nama-Nya untuk mengusir setan. Dapat dipastikan bahwa orang tersebut adalah orang yang percaya pada Yesus walau ia tidak termasuk murid. Artinya orang itu bukan musuh Yesus. Yesus tidak mau para murid melihat pengusiran setan sebagai tindakan yang salah hanya karena orang itu tidak termasuk kedua belas murid. Karena dengan menolong orang lain, sesungguhnya orang itu telah melakukan perintah Allah. Malah ia akan menerima upah karena kebaikan yang telah dilakukan (ayat 41).

Kita pun hendaknya jangan pernah berpikir bahwa hanya kita saja yang dapat melakukan yang baik. Atau kita berpikir bahwa lebih baik bila orang lain bergabung dengan kita karena akan lebih banyak yang bisa dilakukan. Ini adalah pikiran yang sempit. Sebaiknya kita bersyukur atas pelayanan dan pekerjaan baik yang dilakukan orang lain. Hati-hatilah terhadap kecenderungan mencela pelayanan orang lain hanya karena mereka tidak termasuk aliran gereja kita. Mungkin saja mereka melakukan kesalahan dalam beberapa hal. Namun ingatlah bahwa lebih baik jika suatu pelayanan dilakukan oleh orang lain daripada tidak sama sekali.

DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Jauhkanlah kami dari sikap intoleransi dan angkuh terhadap pihak mana pun yang tidak seiman dengan kami. Amin

Melepas dan Menerima

Mrk 9:41-50


Kita bukan hanya hidup di dunia, tetapi dunia itu mengikat kita. Kadang dunia memiliki kita dan kita harus terus hidup di dunia. Namun demikian, bagaimana seharusnya hidup di dunia tanpa tercengkeram olehnya?

Para pengikut Yesus diperingatkan agar tidak menghentikan usaha mereka yang mengusir setan demi nama Yesus karena mereka juga adalah orang-orang percaya. Jika para murid “menyesatkan” mereka, yaitu, membuat mereka tidak lagi bersekutu dengan Yesus, maka para murid akan menerima ganjaran yang keras — suatu hukuman mati. Yesus meneruskan nasihat-Nya, masih berkenaan dengan bagaimana menaati kehendak Allah. Yesus berbicara tentang pengorbanan diri sampai semaksimal mungkin, dengan melepas apa yang seharusnya dilepas daripada hal-hal tertentu akan membuat orang kehilangan segala sesuatunya.


Di sini kita diingatkan lagi tentang tiga zona dalam kehidupan manusia, yang mencakup tangan, kaki, dan mata. Kehidupan orang percaya haruslah utuh untuk Tuhan, dan ia harus berusaha untuk sedapat mungkin meminimalkan kecemaran dengan melepaskan kemelekatan.

Ayat 49 memberikan kepada kita semacam peringatan akan pemurnian. Murid-murid akan menghadapi penganiayaan, dan mereka akan dimurnikan. Untuk itu, mereka perlu menyiapkan diri menghadapi masa-masa sulit. 
Ayat 50 berbicara bukan lagi tentang garam penyucian, tetapi tentang garam sehari-hari. Di sini para murid berfungsi sebagai garam dunia yang akan menyucikan dunia dengan tumpahnya darah mereka ke tanah. Misi yang mereka kerjakan adalah misi yang krusial, dan mereka harus bersatu padu untuk melaksanakan amanat agung Tuhan memberitakan Injil-Nya!

Renungkan: Melepaskan sesuatu yang kita sayangi dan nikmati memang tidak enak. Namun, kita akan menerima kehidupan yang sejati bila itu sesuai kehendak Allah.

DOA: Roh Kudus Allah, aku sungguh ingin mematahkan hubunganku dengan dosa dalam hidupku. Tolonglah aku menemukan cara-cara yang praktis untuk memotong apa saja yang menyebabkan aku menyakiti hati-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat menjadi garam yang tidak hambar dalam Kerajaan Allah. Amin.

ALLAH PUNYA CITA-CITA




Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini?

Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu.

Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi “satu daging” dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun!


Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah.

DOA: Tuhan Yesus, aku mohon ampun untuk cara-caraku yang telah menyebabkan perpecahan di dalam tubuh-Mu. Ampunilah sikap tidak berterima kasih yang kupertontonkan selama ini. Dalam belas kasih-Mu, sembuhkanlah kerusakan apa saja yang telah kusebabkan. Dengan bebas

Minggu, 30 Januari 2022

Jembatan Kasih Persaudaraan


Janganlah Membangun TEMBOK...

                                karena akan Membuat kita Terasing....

Tetapi..

                    bangunlah JEMBATAN,

agar kita senantiasa Terhubungkan"



Dua orang Kakak Beradik, semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh dalam pertengkaran serius, 
hanya karena kesalahpahaman kecil di antara keduanya.

Padahal selama 40 tahun mereka hidup Damai Harmonis berdampingan, tanpa pernah ada konflik menegangkan di antara keduanya.


Suatu pagi, lewatlah Seorang Tukang Kayu, mengetuk rumah Sang Kakak. 

“Maaf Tuan, saya sedang mencari Pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah. 

“Barangkali Tuan berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”

“Oh ya!” jawab Sang Kakak. 

“Saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku…. ah... sebetulnya ia adalah Adikku."

“Minggu lalu ia mengeruk bendungan, lalu mengalirkan airnya ke tengah Padang Rumput itu, sehingga menjadi Sungai yang memisahkan tanah kami."

“Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan memberinya balasan yang setimpal."

Di situ ada Gundukan Kayu, aku ingin kau membuat Pagar setinggi 10 meter untukku, sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. 

"Pokoknya, aku ingin melupakannya”..... Ungkap Sang kakak kepada Tukang Kayu itu.

Kata Tukang Kayu, 

“Saya mengerti Tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa berbahagia.”

Sang Kakak meninggalkan Tukang Kayu itu untuk bekerja sendirian.

Di Sore hari, ketika ia kembali, Tukang Kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Betapa kagetnya dia begitu melihat hasil pekerjaan Tukang Kayu itu.

Sama sekali tidak ada tembok Pagar Kayu sebagaimana yang dimintanya.

Yang ada malah sebuah Jembatan Kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang milik adiknya.

Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari Seberang, terlihat Sang Adik bergegas menaiki Jembatan itu dengan Kedua Tangannya terbuka lebar. 

“Kakakku, kau sungguh baik hati mau Membuatkan Jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah Menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”*

Dua Bersaudara itu pun bertemu di tengah Jembatan, Saling Berjabat tangan dan Berpelukan......

Selisih paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan.


Api Amarah dan Kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya Jalinan Tali Kasih.

Melihat itu, Tukang Kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap untuk pergi.

“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta Sang kakak.

“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata Tukang Kayu, “tapi masih banyak Jembatan lain yang harus segera saya selesaikan......"

Jadi......mari kita bangun lebih banyak Jembatan..... JEMBATAN KASIH PERSAUDARAAN 

selagi masih diberikan Kesempatan oleh Yang Maha Kuasa 

Karena hidup terasa indah ditengah suasana yang Harmonis, Tenang dan Damai.

050222

Aku dan Mereka 9










 

Allah Sumber Keadilan

Paus Yohanes Paulus II pernah berkata “Jika kalian menginginkan kedamaian, perjuangkanlah keadilan, jika kamu menginginkan keadilan, belala...