Berhikmat sering kita dengar kata ini diucapkan oleh orang. Berhikmat diambil dari kata dasar Hikmat, dimana dalam kamus Indonesia Hikmat adalah kebijakan atau kearifan. Hikmat itu datang dari Tuhan, sehingga apa yang dilakukan orang tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan. Berhikmat bukan merupakan hasil dari pendidikan atau pengalaman hidup dan merupakan kesalahan orang yang mengatakan orang Berhikmat itu sama dengan orang pintar. Ada tiga hal yang salah anggapan orang terhadap Berhikmat, yaitu :
- Anggapan bahwa orang berhikmat itu adalah muncul karena pendidikan yang tinggi, ternyata tidak semua orang berpendidikan tinggi itu berhikmat. Banyak orang pendidikan tinggi, tingkah masih seperti anak-anak dan melakukan hal-hal yang tidak baik.
- Anggapan bahwa orang berhikmat itu karena pengalaman hidup atau pengalaman bekerja, ternyata banyak orang yang memiliki pengalaman kerja tidak berhikmat dan tidak bijak. Hal ini merupakan suatu kesalahan menganggap hal tersebut.
- Anggapan bahwa orang berhikmat adalah orang yang sudah tua, karena orang tersebut sudah banyak mengalami asam garam kehidupan. Ternyata hal ini salah, banyak orang yang sudah tua juga semakin tidak berhikmat dalam mengambil beberapa keputusan.
Pertama, hikmat adalah kemampuan atau ketrampilan untuk mengerjakan pekerjaan seni. Seorang yang bisa mengerjakan karya seni yang indah yang tidak bisa dikerjakan oleh orang lain bisa kita sebut sebagai seorang yang memiliki hikmat.
Kedua, hikmat adalah kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Hikmat yang dimiliki Salomo adalah hikmat dalam pengertian yang kedua ini.
Ketiga, hikmat adalah cara pandang dan cara hidup yang secara moral benar. Dalam kitab Amsal, Raja Salomo mengajarkan tentang hikmat dalam pengertian yang ketiga ini. Sayangnya, kehidupan Raja Salomo tidak selalu sesuai dengan apa yang dia ajarkan dalam kitab itu. Seorang yang memiliki hikmat dalam pengertian ketiga ini seharusnya adalah seorang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Keempat, hikmat adalah pola pikir yang sesuai dengan pola pikir Allah. Dalam Perjanjian Baru, apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Tuhan Yesus merupakan hikmat Allah. Keselamatan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan hikmat Allah yang sulit dipahami oleh orang-orang yang berpikir dalam pola pikir filsafat Yunani.
Memiliki hikmat seperti Raja Salomo memang penting dalam menjalani hidup di dunia ini. Akan tetapi, memiliki hikmat seperti itu belum cukup! Kita perlu memiliki hikmat yang membuat kita hidup benar secara moral; dan hikmat seperti ini adalah hikmat yang dimulai dengan sikap takut akan Allah (Amsal 9:10; Mazmur 111:10). Hikmat yang paling tinggi adalah bila kita berpikir dengan pola pikir Allah. Hikmat semacam inilah yang membuat Rasul Paulus dan banyak orang beriman lainnya rela dan berani menyerahkan hidup mereka untuk dipakai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar