Lukas 5:17-26
Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur;
mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus.
(Lukas 5:18)
Tidak dulu tidak sekarang, orang mendambakan kesehatan. Ketika mendengar ada orang yang dianggap bisa melakukan penyembuhan, orang sakit pun berbondong-bondong meminta pertolongannya. Saya juga ingat bagaimana ibu berjuang demi kesembuhan anak bungsunya. Ia rela berjalan jauh, melewati ganasnya ombak laut dengan perahu, demi menemui orang yang dianggap sebagai penyembuh.
Keempat orang yang menolong temannya yang lumpuh itu juga memiliki keyakinan serupa pada Yesus. Sayangnya, pintu rumah tempat Yesus berada telah tertutup karena berjejalnya banyak orang. Tidak ada jalan bagi keempat orang itu untuk membawa temannya yang sakit kepada Yesus. Di sinilah keharuan berawal. Ketika tersadar akan jalan buntu itu, mereka mengambil jalan lain yang tidak terduga. Lewat atap! Entah bagaimana caranya, ternyata mereka berhasil membawa naik teman yang lumpuh itu beserta dengan tempat tidurnya. Atap pun dibuka dan mereka berhasil menurunkan teman yang sakit itu tepat di depan Yesus. Solidaritas empat orang yang digerakkan oleh iman ini telah mencuri hati Yesus (ay. 20).
Memiliki keyakinan besar bahwa Yesus adalah penyembuh sungguh patut diteladani. Tetapi, ada sisi lain yang sangat indah dan layak direnungkan, yaitu kerelaan hati dan usaha keras tanpa menyerah untuk membawa teman yang lumpuh itu kepada Yesus. Inilah bukti iman kristiani: ketika kita memiliki kerelaan hati untuk peduli akan kebutuhan orang lain dan mengarahkannya kepada Yesus, Sumber Jawaban itu.
IMAN DAPAT DIWUJUDKAN DALAM SOLIDARITAS UNTUK MENDAMPINGI ORANG LAIN
SAMPAI IA MENDAPATKAN JAWABAN DARI YESUS