Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 30 Desember 2023

Data Umat Katolik di Bantul

 Berdasarkan data yang diperoleh melalui berbagai sumber, hasilnya adalah sebagai berikut:


Melihat data tersebut diatas, kita akan diperlihatkan bahwa adanya penurunan, hal ini jelas diakibatkan selama proses adanya Covid 19 sangat mempengaruhi situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Wabah Covid yang berlangsung hampir 2 tahun dimulai tahun 2020 hingga puncaknya tahun 2021 dan tahun 2022 mulai pemulihan hingga tahun 2023 ini. Masa pandemi masa-masa penuh dengan perubahan termasuk dalam dunia peribadatan dan kebiasaan yang baru mulai ada dengan budaya online.

Kita lihat dibawah ini bahwa masyarakat Katolik Bantul menduduki peringkat 2 dalam jumlah karena orang Katolik di Kota Yogyakarta lebih banyak. Kota Yogyakarta jumlah masyarakat Katolik ada sekitar 41rb orang sementara di Bantul, masyarakat Katolik berada di angka 24.725.



Hal ini juga mempengaruhi data untuk Masyarakat Katolik yang berada di wilayah Bantul seperti pada data dibawah ini 


Berdasarkan tabel diatas, kita menjadi lebih mengetahui akan adanya sebaran masyarakat Katolik Bantul yang hidup di tengah masyarakat pada umumnya. Data Umat Katolik Bantul dikelompokkan menurut kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul.

Untuk menunjang hidup kehidupan beriman dan beragamanya tersedia tempat ibadah. Adapun tempat ibadah dari umat Katolik di DIY tersedia seperti di bawah ini:



Di Kabupaten Bantul ada beberapa Gereja dan Kapel Katolik tersebar di beberapa daerah dan wilayah teritori Gerejani yang amat berbeda dengan batas-batas yang dibuat di tingkat pemerintahan.

Dalam Gereja Katolik sendiri, secara khusus wilayah Gereja di Bantul termasuk dalam Keuskupan Agung Semarang. Sementara itu, dalam wilayah batas Keuskupan Agung Semarang, Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam 2 kevikepan Yogya Barat dan Timur.

Paroki yang berada di wilayah Kabupaten Bantul adalah Paroki Bantul, Paroki Ganjuran, Paroki Sedayu dan Paroki Pringgolayan. Hal ini dapat terlihat dari tabel / data berikut:



Tingkat hidup bersama dan bermasyarakat diantara umat Katolik dengan Masyarakat Bantul pada umumnya hidup aman, damai, rukun serta tercipta kasih persaudaraan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari data berikut:



Puji Tuhan, tingkat pidana konvensional di wilayah Bantul pun berkurang seperti tampak pada data berikut:


Bentuk kejahatan konvensional meliputi pencurian kendaraan bermotor, perjudian, pencurian kekerasan/pemberatan, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, penipuan, penggelapan, pembakaran, pengrusakan, pemalsuan, penculikan, dan pemerasan.









Jumat, 29 Desember 2023

MEMBUAT SKP melalui EKINERJA langsung gabung BKN

Untuk pembuatan SKP KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANTUL sudah langsung terintegrasi dengan BKN dan menjadi PILOT PROJECT sehingga perlu banyak hal yang harus saya pelajari dan berproses yang dibutuhkan suatu ketekunan, kesabaran, dan perlu diperkuat JARINGAN INTERNETnya demi KELANCARAN KEBERLANGSUNGAN PROSES ini


Link MY ASN

Selanjutnya untuk memperlancar proses pengerjaan dan memasukkan data, perlu dicermati bahwa data dimasukkan dalam drive untuk mengurangi banyak dokumen sehingga yang dibutuhkan hanyalah link penyimpannya.

Dalam pelaporan SKP ini dibagi dalam beberapa periode yakni dalam bentuk TRIWULAN dan TAHUNAN.

  • TRIWULAN 1
    • Bulan JANUARI - MARET
  • TRIWULAN 2
    • Bulan APRIL - JUNI
  • TRIWULAN 3
    • Bulan JULI - SEPTEMBER


  • TRIWULAN 4
    • Bulan OKTOBER - DESEMBER


TAHUNAN


Hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian SKP adalah RKH dan beberapa data pendukung yang menyertai kegiatan dan pelaporan yang perlu disertakan dalam setiap pelaksanaan tugas atau kegiatan penyuluhanku, Sebagaimana tersaji dibawah ini





Senin, 04 Desember 2023

BERTINDAK JUJUR

Ester 2:19-23, 6:1-3, 8:1-17

Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, 
lalu diberitahukannyalah kepada Ester, sang ratu, dan 
Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. 
(Ester 2:22)

Ketika sedang menyeterika, seorang pekerja rumah tangga menemukan sejumlah uang yang tertinggal di kantong celana majikannya. Uang itu memang tidak terlalu banyak, tapi dapat dipakai untuk mengurangi beban biaya perawatan anaknya yang sedang sakit. 

Lagipula, si majikan kemungkinan besar tidak sadar akan uang yang terselip itu. Sejenak ia menimbang untuk mengambil saja uang tersebut dan menganggapnya sebagai cara Tuhan menolong dirinya dan anaknya. Tetapi, akhirnya ia memutuskan untuk bertindak jujur dengan melaporkan dan mengembalikan uang itu kepada sang majikan.

Mordekhai juga menghadapi situasi serupa. Saat itu ia mencuri dengar rencana Bigtan dan Teresh untuk membunuh Ahasyweros, raja Persia yang sedang menjajah bangsa Yahudi. Sebagai orang Yahudi, Mordekhai tentu merindukan penjajahan ini segera berakhir. Kematian Ahasyweros akan membuat kerinduannya itu segera menjadi kenyataan. 


Tetapi, bersikap diam dan membiarkan seseorang terbunuh tentu bukan tindakan yang benar. Ia pun memilih untuk melaporkan hal itu kepada Raja dan membiarkan Tuhan sendiri yang membebaskan bangsanya menurut cara dan waktu-Nya. 

Kelak tindakannya ini mendatangkan keselamatan bagi bangsa Yahudi dari rencana Haman yang ingin memunahkan mereka.

Dalam hidup ini, bisa jadi kita menghadapi dilema serupa. Itulah kesempatan untuk belajar memilih bertindak dengan benar sambil beriman akan kesetiaan dan perlindungan Tuhan bagi kita yang taat kepada-Nya.

JIKA HARUS MEMILIH, 
PILIHLAH UNTUK MELAKUKAN PERKARA YANG BENAR,
BUKAN PERKARA YANG MENGUNTUNGKAN KITA SECARA PRIBADI

MENGATASI STRESS

Yesaya 26:1-21

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, 
sebab kepada-Mulah ia percaya. 
(Yesaya 26:3)

Menurut artikel dalam Wall Street Journal edisi Juni 2005, “Stres membunuh orang sama atau lebih banyak daripada kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman keras, atau tidak berolahraga. Stres juga merusak hippocampus, bagian otak yang berhubungan dengan ingatan dan belajar. Penelitian di University of London memperlihatkan bahwa stres mental kronis lebih banyak menyebabkan kanker dan penyakit jantung daripada merokok, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.”


Stres erat hubungannya dengan masalah keuangan, hubungan sosial, pekerjaan, peristiwa traumatis serta hal-hal kecil, seperti lalu lintas, pelayanan yang buruk, tumpukan cucian kotor, mengantar anak ke kegiatan ektrakurikuler. Karenanya, selama masih hidup di dunia, kita akan terus bersinggungan dengan stres.

Lalu apa yang harus kita lakukan? 

Perikhope ini menyebutkan bahwa kepercayaan kepada Tuhan mendatangkan damai sejahtera. 

Menurut Don Colbert, kata “damai sejahtera” dalam ayat ini dapat dibandingkan dengan kedamaian Yesus saat tertidur di atas perahu yang dihantam taufan dalam Lukas 8:23-25. Karena lelapnya, Dia tidak terusik oleh badai itu, dan terpaksa harus dibangunkan.

Yesus adalah Raja Damai dan Dia menyediakan damai sejahtera yang sama bagi kita. Kita memperolehnya dengan memusatkan perhatian pada janji Allah dalam firman-Nya dan memercayai-Nya. 

Ketika menghadapi stres, kita dapat berseru kepada-Nya, menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dan memercayai pemeliharaan-Nya.

BAGI SIAPAPUN YANG MENGAKU MEMERCAYAI ALLAH
TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIRINYA 
DIKUASAI STRES DAN KEKHAWATIRAN

CIRI KHAS

Efesus 4:17-32

Tetapi bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus. 
(Efesus 4:20)

Setiap orang memiliki ciri khasnya masing-masing. Ciri ini mencakup hal-hal yang nampak oleh mata maupun yang bersifat kebiasaan atau kepribadian. Ciri khas ini juga menunjukkan identitas seseorang. 


Sebagai contoh, seseorang yang memakai seragam polisi akan dikira sebagai seorang polisi. Seseorang yang berbicara dengan logat Jawa akan diduga sebagai orang Jawa.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun memiliki ciri khas yang menunjukkan identitas kita dan membuat kita berbeda dari orang lain. 

Ciri ini tentu bukan bersifat fisik atau penampilan, seperti memakai benda yang bersimbol Kristiani. Sebab orang yang tidak beragama Kristen pun bisa memakai simbol tersebut. 

Sebaliknya, ciri ini seharusnya mengacu pada sikap hidup yang menampakkan identitas kita sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Kristus dan telah menjadikan Dia sebagai Tuhan kita.

Kesadaran akan keselamatan yang telah kita terima tersebut akan menghadirkan sukacita dan pengharapan yang tiada henti di dalam hati kita. Kita tahu bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik, dan pada akhirnya Tuhan akan memulihkan segalanya di surga kelak. 

Sementara itu, kesadaran akan siapa Tuhan kita memotivasi kita untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Identitas ini harus terus kita ingat dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita perbuat sehingga hidup kita mencirikan hidup orang percaya. Kemudian, melalui kesaksian itu, kiranya orang lain akan mengenal Tuhan dan hidup kita menjadi berkat bagi mereka.

CIRI KHAS ORANG KRISTEN ADALAH 

SIKAP HIDUP SEBAGAI ORANG
YANG TELAH DISELAMATKAN 
DAN MENJADIKAN YESUS KRISTUS SEBAGAI TUHAN

PEMBAWA KABAR DAMAI

Yesaya 52:1-15

Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, 
yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, 
yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 
“Allahmu itu Raja!” 
(Yesaya 52:7)

Saat gempa mengguncang Yogyakarta pada 2006, ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang memperkeruh suasana. Tersebar isu bahwa tsunami segera menyusul. Sungguh ironis, ketika orang tengah ditimpa musibah dan memerlukan uluran tangan, ada oknum yang malah meniupkan kabar simpang-siur. Bukannya mendatangkan penghiburan dan ketenangan, kabar ini jelas membuat warga yang sudah kalut menjadi semakin panik.


Bacaan Kitab Suci ini, sebaliknya, berbicara tentang seorang pembawa kabar damai, kabar baik, dan kabar keselamatan bagi Sion. 

Waktu itu, umat Allah sedang tertekan karena runtuhnya Yerusalem dan penindasan Babel. Di tengah tekanan tersebut, Tuhan menyapa dan menenteramkan mereka melalui Nabi Yesaya. Dia memberi janji tentang datangnya pembawa damai dan keselamatan sejati, yakni Yesus Kristus. 

Dan, itu sungguh benar. Lihatlah bagaimana si lumpuh, si buta, si bisu, si tuli, si kusta, dan orang yang kerasukan setan disembuhkan-Nya. 

Lihatlah bagaimana Dia memberikan nyawa-Nya, agar setiap pendosa yang menerima-Nya mendapati jalan pendamaian dengan Allah (bandingkan dengan Roma 10:4-15).

Anda dan saya adalah pendosa yang sudah ditebus oleh-Nya. 

Maka, kita diutus untuk menjadi saksi yang meneruskan berita damai ke seluruh dunia. 


Di mana saja kita berada, biarlah berita damai itu diberitakan. Baik melalui tutur kata, terlebih melalui tindakan nyata dalam kasih, hingga Kabar Baik Injil pun menyejukkan dan mengubah hidup mereka yang gerah akan dosa. Dan, Allah kita dirajakan.

PEMBAWA BERITA KEBENCIAN, KEKERASAN, FITNAH, DIKUTUKI ORANG,
TETAPI PEMBAWA DAMAI DICINTAI DAN DISAMBUT BANYAK ORANG

TERIMA YANG BURUK

Ayub 2:1-10

Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! 
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, 
tetapi tidak mau menerima yang buruk?”..
(Ayub 2:10)

Timbul sebuah pertanyaan dalam pikiran saya ketika merenungkan jawaban Ayub atas pernyataan istrinya. 

Saya membayangkan betapa jengkel dan marahnya istri Ayub saat melihat kondisi suaminya yang begitu menyedihkan. Ia bahkan memaksa Ayub untuk mengutuki Allah, yang ia anggap bertanggung jawab atas semua tragedi yang menimpa mereka. Tetapi, Ayub dengan bijaksana menjawab bahwa ia tidak hanya mau menerima hal yang baik dari Allah, tetapi juga hal yang “buruk”.


Pertanyaannya, pernahkah Allah memberikan hal yang buruk kepada umat-Nya? Tidak pernah, bukan? Allah selalu memberikan hal yang terbaik untuk umat-Nya! 

Tragedi bukanlah pemberian Allah, namun Dia mengizinkan hal itu menimpa kita, agar kita lebih mengenal kuasa-Nya. Iman kita makin teruji ketika menghadapi dan melewati kondisi yang buruk itu. Reaksi dan respon kita terhadap sebuah tragedi memperlihatkan seberapa besar pengenalan kita akan Allah.

Ayub memandang tragedi yang dialaminya dengan cara yang benar. 

Ia tidak pernah mempersalahkan Allah sebab ia tahu bahwa Allah tidak pernah salah. 


Jujur saja, ketika mengalami sebuah tragedi hidup, kita acapkali dengan mudah merasa bahwa Allah tidak berlaku adil terhadap kita. Kita lupa bahwa semua itu pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan. 

Sekalipun saat ini kita tidak tahu kapan dan apa “hal terbaik” yang akan Tuhan nyatakan, kita dapat memilih bagian yang terbaik: percaya. 

Ya, percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.

ALLAH DAPAT MENGGUNAKAN HAL-HAL YANG TAMPAK BURUK SEKALIPUN
UNTUK MENYATAKAN KEBAIKAN-NYA DALAM HIDUP KITA