Berkah Dalem Gusti
Minggu, 30 Januari 2022
Sabtu, 29 Januari 2022
Dibalik Biji sesawi
2Sam. 11:1-4a.5-10a.13-17
Markus 4:26-34
Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (Mrk. 4:30-34)
Konon biji sesawi adalah sangat kecil, lebih kecil daripada butiran pasir. Namun yang kecil itu jika ditaburkan di tanah yang baik, disirami dan dirawat pada akhirnya akan dapat bertumbuh menjadi besar dan dapat menjadi tempat bersarang burung-burung di udara. Di sini Tuhan mau menggambarkan bahwa kerajaan Allah itu bertumbuh dan berkembang seperti bji sesawi, mula-mula kecil dan bisa menjadi besar dan bermanfaat bagi yang lainnya.
Gambaran dan pertumbuhan biji sesawi itu kiranya dapat menggambarkan pertumbuhan iman kita. Iman adalah tanggapan manusia terhadap wahyu atau pemberian diri Allah. Agar iman yang kecil dan rapuh ini bisa subur dan berkembang butuh perawatan dan pupuk dengan doa dan firman kasih-Nya. Jika demikian, niscaya akan menjadi kokoh dan kuat serta memiliki daya yang luar biasa. Demikian juga niat dan kehendak baik kita, jika dipupuk dan dirawat akan berkembang dan berdayaguna bagi sesama.
Semoga kita dapat belajar dari biji sesawi yang kecil itu dan akhirnya dapat menjadi besar. Kita tebarka perhatian dan kasih kita kepada sesama. Walaupun kecil dan sederhana tetapi dapat berdaya guna serta memberi pengaruh yang besar bagi sesama yang sungguh membutuhkan.
Inilah kisah biji sesawi
walau kecil bertumbuh menjadi besar.
Wahai sahabat TUHAN MEMBERKATI
hiduplah rendah hati, tekun dan sabar.
120222
Percayakah KAMU?
2Sam. 12:1-7a.10-17
Markus 4:35-41
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Mrk.4:37-40)
"Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya?," itulah sabda Yesus kepada para murid yang mengalami kepanikan ketika perahu mereka diombang-ambingkan taufan sehingga ombak menyembur ke dalam perahu. Kepanikan mereka menjadi-jadi ketika didapati Tuhan Yesus tertidur di buritan. Setelah para murid membangunkan-Nya, Tuhan menghardik angin itu dan seketika reda dan danau menjadi teduh.
Tuhan tidak hanya berkuasa atas sakit-penyakit dan roh-roh jahat. Ia juga berkuasa atas peristiwa alam. Ia menghalau angin taufan dan ombak yang mengombang-ambingkan perahu para murid. Semula para murid amat ketakutan karena kuatnya ombak kemudian menegur atau bernada memarahi Tuhan "Guru Engkau tidak peduli kalau kita binasa?"
Sebuah ungkapan emosional yang tentu tidak pada tempatnya. Pelita sabda hari ini mengingatkan kita bahwa kita pun sering bersikap seperti para murid. Mudah kalut, takut bahkan marah kepada Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhan ada bersama kita. Lupa bahwa kita tidak sendirian, Dia beserta kita, ada di hati kita.
Semoga kita menjadi bijak dalam setiap tantangan dan bahkan kesulitan. Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan dan berjuang sendirian. Jangan takut, harus percaya kepada-Nya.
Kidungkan lagu ini
Tuhan tak pernah janji, langit selalu biru,
tetapi Dia berjanji, selalu menyertai.
Tuhan adalah gembalaku,
Ia selalu peduli dan melindungi.
190222
Kamis, 27 Januari 2022
Menghadapi Era Digitalisasi dalam Gereja Katolik
Era digitaliasai yang terjadi saat ini, disadari atau tidak, telah membawa masyarakat menuju era masyarakat digital. Teknologi komunikasi yang terus berkembang perlahan mengubah kehidupan sosial masyarakat serta cara manusia berelasi dengan manusia lain.
Oleh karena itu, mulai sekarang perlu mengembangkan komunikasi yang lebih baik melalui dunia maya ini, termasuk dalam pelayanan hidup menggereja saat ini. Gereja tidak hanya hidup dalam dunia nyata, namun dunia maya pun perlu dijelajahi sehingga diperlukan suatu wadah yang dapat menggabungkan sepak terjang Gereja yang semakin berkembang sesuai dengan zamannya,
Jika dulu relasi di bangun secara langsung dengan bertemu dan bertatap muka, kini relasi juga bisa dibangun melalui dunia maya. Artinya, tanpa perlu bertatap muka, seseorang sudah bisa mengobrol dan mendapatkan teman baru. Begitu juga dengan cara bekerja, belajar, berdoa dan terutama dalam menghidup menggereja.
Di masa mendatang, untuk hidup menggereja antar umat tidak perlu selalu bertemu dan bertatap muka. Setiap orang dapat berpatisipasi aktif dimana saja (remote), namun tetap saling terhubung.
Oleh karena itu, mulai sekarang perlu mengembangkan komunikasi yang lebih baik melalui dunia maya ini, termasuk dalam pelayanan hidup menggereja saat ini. Gereja tidak hanya hidup dalam dunia nyata, namun dunia maya pun perlu dijelajahi sehingga diperlukan suatu wadah yang dapat menggabungkan sepak terjang Gereja yang semakin berkembang sesuai dengan zamannya,
Misa dan Rosario misalnya, sudah mulai menggabungkan dengan yang diikuti di tempatnya dan juga mereka yang tidak bisa mengikuti langsung sehingga memerlukan sarana ini agar tidak ketinggalan serta mereka pun dapat terlibat meski tidak secara langsung karena situasi dan kondisinya yang tidak memungkinkan.
BERSERAH DIRI
BELAJAR DARI INJIL
Bukti seseorang mengenal dan mengasihi Allah dapat dilihat dari penyerahan dirinya kepada Allah. Orang yang mengatakan mengenal Allah, tetapi tidak taat kepada perintah-Nya adalah pendusta. Maka, untuk mengetahui apakah kita sungguh-sungguh mengenal Allah, salah satu cara yang terbaik adalah menguji ketaatan kita dalam melaksanakan perintah-Nya.
Pengenalan Simeon akan Allah membuat ia tetap setia dalam menantikan kedatangan Mesias sampai masa tuanya. Simeon adalah rang yang saleh dan benar, hal ini dikaitkan dengan keteladanan hidupnya. Pengalaman hidup Simeon juga ditandai dengan karya Allah yang nyata dalam dirinya, yakni ketika Roh Kudus memimpin dia ke Bait Allah dan mempertemukannya dengan bayi Yesus. Simeon menyambut dan menantang bayi Yesus sambil memuji Allah. Kemudian ia menyampaikan permohonan penyerahan dirinya: “Biarkanlah hambamu ini pergi dalam damai sejahtera” (Mat 2:29). Permohonan tersebut tidak didorong oleh kekecewaan, tetapi sebagai ungkapan kepercayaannya. Kesetiaan Simeon ini menginspirasi kita untuk menemukan dan melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan dalam kehidupan kita.
Ya Allah, semoga sabda-Mu sungguh meresap dalam diri kami, sehingga kami dapat melihat berbagai kebaikan-Mu dalam hidup kami.
260222
HATI UNTUK KEMULIAAN ALLAH
BELAJAR DARI SEORANG HANA
Luk 2:36-40
Tujuan hidup kaum beriman ialah mencapai kehidupan abadi, yakni bersatu kembali dengan Allah, Sang Pencipta. Ketika Yohanes mengatakan bahwa janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, hendak mengingatkan kita supaya seluruh tenaga dan perhatian tidak terlena dengan hal-hal duniawi yang akhirnya menjauhkan kita dari Allah. Pada umumnya, istilah dunia dalam pandangan Kitab Suci merujuk kepada hal-hal yang menggiring manusia melakukan keinginan daging dan bersikap angkuh. Dengan kata lain, manusia yang angkuh akan merasa tidak perlu bergantung kepada Allah dalam hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan manusia akhirnya jatuh dalam perbudakan dosa dan tidak mampu lagi melakukan apa yang dikehendaki Allah.
Kesederhanaan hidup Hana menunjukkan begitu besar cintanya kepada Allah. Bahkan di usianya yang sudah tua pun dia masih lebih mengutamakan apa yang dikehendaki Allah dalam hidupnya. Pergumulan hidupnya yang begitu panjang senantiasa diwarnai dengan ucapan syukur dan tetap setia menantikan janji Allah. Ia seorang janda, sejak tujuh tahun usia pernikahannya. Dalam situasi yang demikian tentu ia mengalami banyak pergumulan. Namun, semuanya itu dihadapinya tanpa meninggalkan Tuhan, karena dia tahu apa yang menjadi tujuan hidupnya, yakni keselamatan kekal. Maka, setelah Hana bertemu dengan bayi Yesus dia menyampaikan rasa syukur yang sangat mendalam dan bersaksi tentang Anak itu kepada semua orang. Keteladanan hidupnya menunjukkan kedewasaan hidup rohani seorang yang cinta akan Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Ratapan 3:1-26 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:...
-
Kis 18:1-17 Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari oran...
-
Matius 5 : 13 - 16 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (Matius 5:14) Ketika aliran lis...
-
MAZMUR 15 : 1 - 5 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung- Mu yang kudus? Yaitu dia...
-
Yosua 1:1-9 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah dipe...