PENYULUH AGAMA KATOLIK EMPATI
Penyuluh Agama Katolik empati adalah pribadi yang hadir dengan hati yang peka, mau mendengar, memahami, dan merasakan pergumulan umat yang didampingi. Ia tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi menghadirkan kasih itu sendiri melalui sikap, perhatian, dan kepedulian yang nyata.
Empati membuat penyuluh mampu melihat umat bukan sekadar sebagai peserta penyuluhan, tetapi sebagai pribadi yang unik, dengan latar belakang, luka, harapan, dan perjuangan hidup masing-masing. Dengan empati, penyuluh tidak menghakimi, melainkan merangkul; tidak menjauh, tetapi mendekat.
Dalam semangat empati, Penyuluh Agama Katolik:
Mendengarkan dengan sungguh, bukan sekadar mendengar.
Hadir di tengah umat dalam suka dan duka.
Mampu merasakan kesulitan umat sebagai panggilan pelayanan.
Memberikan penguatan tanpa menggurui.
Menjadi jembatan penghiburan dan harapan bagi yang lemah dan terluka.
Yesus sendiri adalah teladan utama empati. Ia menangis bersama yang berduka, Ia menyentuh yang tersingkir, Ia menguatkan yang putus asa. Penyuluh Agama Katolik empati dipanggil untuk meneladani hati Yesus yang penuh belas kasih dalam setiap pelayanan.
Dengan empati, penyuluhan tidak terasa kaku dan jauh, tetapi menjadi ruang perjumpaan yang menguatkan, menyembuhkan, dan menumbuhkan iman umat.
Makna Empati dalam Pelayanan Penyuluh
Menjadi tanda kehadiran Allah yang peduli.
Menumbuhkan kepercayaan dan kedekatan umat.
Membantu penyuluhan lebih menyentuh kehidupan nyata.
Menghadirkan Gereja yang ramah dan penuh belas kasih.
Motto / Tagline
“Melayani dengan Hati, Mendampingi dengan Empati”
“Hadir, Mendengar, dan Menguatkan”
“Kasih yang Dirasakan, Iman yang Dikuatkan”
