YOHANES 11:1-44
Jawab Yesus kepadanya,
“Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya.”
(Yohanes 11:25-26)
Kematian bukanlah realitas yang menakutkan bagi Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog dan pendeta ternama dari Jerman. Hal itu terungkap melalui kata-kata terakhir yang meluncur dari bibir Bonhoeffer menjelang eksekusi atas dirinya: “This is the end for me, the beginning of life.” Kematian menjadi semacam babak baru bagi pria yang menjadikan Yesus Kristus dan Alkitab sebagai rujukan utama dalam hidupnya.
Peristiwa kebangkitan Lazarus adalah bukti yang tak terbantahkan. Bonhoeffer memandang kebangkitan laki-laki yang sudah berada di dalam kubur selama empat hari itu sebagai bukti, bahwa pernyataan Yesus bukan bualan belaka dan layak untuk dipercaya. Kebangkitan Lazarus—bahkan kebangkitan Yesus sendiri—menunjukkan Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas kematian.
Kebangkitan dan hidup menjadi daya tarik dan sumber kekuatan bagi siapa pun yang mengakui kuasa keilahian Yesus. Dengan begitu kematian, dalam bentuk dan dengan cara apa pun, bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Tak ada alasan bagi orang percaya untuk berduka cita di ujung hidupnya. Babak baru dalam hidupnya justru bermula ketika dunia memandang kematian sebagai akhir dari segala-galanya.
Hidup Bonhoeffer berakhir di kamp konsentrasi Flossenbürg pada 9 April 1945 ketika Hitler menjatuhkan hukuman gantung. Namun, ia menjadi bukti yang tak terbantahkan untuk harapan akan babak baru kehidupan yang bergulir selepas jiwa terlepas dari raga.
BABAK BARU DALAM HIDUP PARA PENGIKUT KRISTUS
BERAWAL SAAT HELAAN NAFAS BERAKHIR