Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 09 Februari 2023

LAHIR DARI HATI

Lukas 11:37-44

Tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan (Lukas 11:39)


Seorang pemuda yang mengendarai motor diberhentikan oleh polisi karena melanggar lampu merah. Sang polisi bertanya, “Apakah Saudara tidak melihat lampu sudah berganti merah?” Si pemuda dengan santai menjawab, “Saya melihat, Pak.” “Lalu kenapa Anda tetap menerobosnya?” tanya polisi dengan heran. Si pemuda menjawab ringan, “Masalahnya, saya tidak melihat Pak Polisi berdiri di situ.” Alamak! Si pemuda itu taat hanya jika ada petugas.


Kesalehan orang Farisi juga hanya di depan orang. Ibadah mereka lebih mengutamakan hal lahiriah, agar dilihat baik dan terpuji. Bagai membersihkan cawan dari luarnya saja sementara dalamnya tetap kotor (ayat 39). Yesus menegur mereka dengan keras, “Celakalah kamu!” kata-Nya seraya membeberkan kejahatan mereka (ayat 42-44). Bagi orang Farisi, manusia disucikan oleh perbuatannya, sementara bagi Yesus, kesucian lahir dari hati yang diubahkan, dan mewujud di dalam tindakan (ayat 41). Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan yang bersih. Sebaliknya, perbuatan yang bersih belum tentu menjamin hati yang bersih.

Bahaya mengutamakan penampakan luar daripada perubahan hati bisa juga terjadi pada kita. Keinginan untuk dipandang baik dapat membuat kita bersikap baik di depan orang. Namun, bagaimana jika tak ada orang lain? Biarlah peringatan Yesus membuat kita tersungkur dalam kegentaran di hadapan Tuhan Yang Mahatahu. Ya, Dia mengenal isi hati tiap orang. Perilaku manis kita tak dapat mengelabuinya. Hanya dari hati yang murni dapat lahir perbuatan-perbuatan yang memperkenankan Tuhan. Selamat menjaga hati!

BERAWAL DARI HATI YANG BERSIH
LAHIR 
TINDAKAN-TINDAKAN YANG MEMULIAKAN TUHAN

INTEGRITAS SEORANG PELAYAN

2 Korintus 6:1-10

Dalam hal apa pun, kami tidak menyebabkan orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah ... (2 Korintus 6:3-4)


Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran”. Apabila disederhanakan, kurang lebih demikian artinya: apa yang kita pikirkan harus sama dengan kita katakan dan apa yang kita katakan harus sama dengan tindakan yang kita lakukan; di mana pun; kapan pun. Ini terlebih lagi berlaku di dalam pelayanan kita kepada Allah.

Paulus dan rekan-rekannya telah membuktikan integritas mereka sebagai pelayan Allah. Perhatikan frasa “dalam segala hal” dalam ayat 4. Mereka menjaga integritas dalam setiap bagian kehidupan. Mudah untuk mempraktikkan kasih, kesabaran, kemurnian, dan ketaatan pada Roh Kudus ketika situasi baik dan orang-orang menghormati kita. Akan tetapi, dapatkah sikap yang sama dipertahankan ketika kesusahan melanda, orang-orang mengumpat dan memfitnah kita, keuangan tidak lancar, dan maut mengancam? Itulah yang diteladankan Paulus dan rekan-rekannya (ayat 4-10). Dengan menjaga integritas sebagai pelayan Allah, mereka dapat mendorong jemaat untuk melakukan hal yang sama (ayat 1).



Mari memeriksa diri, apakah kita sudah menyatakan sikap sebagai pelayan Allah dalam seluruh bagian kehidupan, baik itu di rumah, gereja, lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat? Atau jangan-jangan, orang lain melihat kita sebagai batu sandungan? Mari belajar menjadi pelayan Allah yang berintegritas. Tidak menjadi batu sandungan, tetapi menjadi berkat bagi orang lain.

STATUS “PELAYAN ALLAH” 
BUKAN HANYA DI DALAM TEMBOK GEREJA
STATUS ITU 
BERLAKU DI SETIAP WAKTU DAN SEGALA TEMPAT

Face THE BOOK

Mazmur 119:1-24

Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu (Mazmur 119:20)


Jonathan Edwards mencatat bagaimana ia face the Book, memandang Alkitab: “Di dalam diri saya tumbuh kesukaan yang sangat besar akan Alkitab, lebih dari buku apa pun. Seringkali ketika membacanya, setiap kata terasa menyentuh hati saya. Saya merasakan harmoni antara sesuatu di hati saya dengan kata-kata yang indah dan kuat dari Alkitab. Saya sering seperti melihat begitu banyak terang yang dipancarkan oleh setiap kalimat, seperti menikmati makanan lezat yang disajikan, sehingga saya terhenti melanjutkan pembacaan saya. Sering saya sampai lama merenungkan satu kalimat Alkitab, untuk melihat keajaiban di dalamnya; namun hampir semua kalimat tampaknya penuh dengan keajaiban.”

Mazmur 119 juga dipenuhi gairah kecintaan yang besar dari penulisnya dalam face the Book. Perhatikan pilihan kata-katanya: “Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta ... firman-Mu tidak akan kulupakan ... Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu ... aku merenungkannya sepanjang hari ... semuanya itu kegirangan hatiku ... perintah-perintah-Mu lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua ... Aku berpegang pada peringatan-peringatan-Mu, dan aku amat mencintainya. (ayat 14,16,20,97,111,127,167).



Becermin pada pemazmur dan Edwards, kita mendapati kerohanian kita yang pucat, disiplin rohani yang tertatih, dan kerinduan yang kerontang. Mari meminta Tuhan memenuhi kita dengan cinta pada penyataan-penyataan Diri-Nya, kerinduan dan sukacita untuk face the Book setiap hari.

HATI YANG MENCINTAI TUHAN 
MELUAP
MERINDUKAN 
PENYATAAN-PENYATAAN-NYA

KESADARAN BARU

Filipi 3:1-16

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya (Filipi 3:7-8)


Setiap orang pasti punya sesuatu yang dibanggakan: kekayaan, pendidikan, pengalaman, koneksi, status, dan sebagainya. Hal-hal yang semestinya menjadi sampiran itu sedikit banyak seperti memberikan identitas pada diri kita. Jika tak hati-hati, siapa diri kita akan ditentukan oleh apa yang ada dan melekat dalam diri kita. Ini berbahaya.

Paulus, dalam perjalanan hidupnya, mengalami pengalaman yang sedemikian mengubahkan sehingga segala macam sampiran hebat pada masa lalu, kini baginya adalah sampah. Bahasa asli yang dipakai Paulus ialah: “kotoran”. Penyebab perubahan itu ialah: pengenalan akan Kristus (ayat 8). Namun demikian, Paulus tetap sadar bahwa pengalaman itu adalah pengalaman anugerah, bukan pengalaman untuk mengendalikan Tuhan. Ia tetap sadar akan ketidaksempurnaannya: ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna ... aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya ...” (ayat 12). Pengalamannya dengan Tuhan tidak membuatnya sombong pun takabur. Bukan karena ia telah menangkap Kristus, melainkan justru ia telah ditangkap Kristus. Paulus juga tak ingin dipenjara oleh pengalaman rohani hebat masa lalu.

Baginya hidup rohani berarti berjalan maju menapaki masa kini menuju masa depan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya larut dalam kebanggaan kita—pada masa lalu? Ataukah kita sadar penuh bahwa kita mesti selalu berjuang, dalam anugerah Allah, untuk makin lama makin mengenal-Nya? Kiranya teladan rasul Paulus meletakkan kehausan dan kerinduan dalam hati kita untuk hidup makin mengasihi Tuhan.

APAKAH YANG LEBIH BERNILAI 

DALAM HIDUP INI
SELAIN KESEMPATAN 
UNTUK MAKIN MENGENAL-NYA 
HARI LEPAS HARI?

Dipenuhi. ROH KUDUS

Efesus 5:15-21

Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh ... (Efesus 5:18)


Perkelahian dan keributan di pertunjukan musik menjadi berita yang sangat sering diliput media massa. Penyebabnya biasanya sangat sepele, yaitu saling senggol atau saling ejek. Namun, pemicu utamanya adalah karena mereka disinyalir berada di bawah pengaruh minuman keras. Minuman itu membuat mereka tidak mampu menguasai diri dan mudah melakukan tindakan di luar kendali.

Memang terasa agak aneh ketika perintah jangan mabuk oleh anggur dikontraskan dengan dipenuhi Roh Kudus (ayat 18). Namun, keduanya memang memiliki pokok pikiran yang mirip, yaitu: sama-sama dikuasai oleh sesuatu. Orang yang berada dibawah kuasa atau pengaruh anggur biasanya tidak dapat menguasai dirinya. Perkataan dan tindakannya akan kacau dan menimbulkan kekacauan. Sedangkan orang yang dikuasai atau dipenuhi Roh Kudus akan makin dapat menguasai diri. Ia akan mampu mengelola hidupnya dengan baik; perkataan maupun perbuatannya akan makin selaras dengan kepribadian Allah. Ungkapan: “Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” dalam tatabahasa aslinya menggunakan kata kerja berbentuk imperatif plural pasif. Artinya, kita tak bisa menghindar, berlaku untuk semua orang, dan tak perlu mantra atau rumus khusus untuk mengalaminya. Ini adalah suatu kesediaan untuk tunduk pada pimpinan Roh Kudus.



Pikiran, perkataan, dan perbuatan seperti apa yang kita tampakkan dari hidup kita selama ini? Apakah hal-hal tersebut mencerminkan kepemilikan dan kepemimpinan Allah dalam hidup kita? Dia ingin mengarahkan hidup kita untuk mengenali rencana-Nya. Izinkan Dia memimpin hidup kita dengan leluasa.

DARI BUAH HIDUP KITA, 
DAPAT DITEBAK 
SIAPA PENGUASANYA

Roh pengenalan akan Tuhan

Efesus 1:15-23

…supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat 
dan 
wahyu untuk mengenal Dia dengan benar 
(Efesus 1:17)

Dalam sebuah konferensi Alkitab, Prof. Ludwig Kopfwissen dari Universitas Wissenheim menyampaikan makalah “Doktrin Paulus tentang Pembenaran oleh Iman”. Ia menjelaskan doktrin ini dengan sangat baik. Di akhir kuliahnya, semua pendengar memberikan tepuk tangan yang meriah karena mereka begitu kagum. Namun, sebelum kembali ke tempat duduknya, ia mengucapkan komentar yang amat mengejutkan, “Tetapi, semuanya hanyalah omong kosong!” Sang pakar Alkitab ternyata bukanlah seorang yang beriman. Bagaimana bisa seseorang yang meneliti dan menguasai firman Tuhan, tetapi tidak percaya pada Tuhan?

Hal ini sangatlah mungkin karena firman Tuhan tak pernah berdiri sendiri untuk menjamah dan mengubah hati orang. Kuasa firman Tuhan berasal dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati seseorang. Demikianlah keyakinan Paulus. Sebab itu, ia berdoa supaya Roh Kudus senantiasa menolong orang percaya untuk mengenal Tuhan (ayat 17). Roh Kuduslah yang dapat menerangi hati kita untuk memahami pengharapan, kemuliaan, kuasa, dan karya Bapa melalui Kristus untuk menebus dunia ini (ayat 18-21).

Tanpa Roh Kudus, kita tidak akan mengalami kuasa transformasi dari firman-Nya dalam kehidupan ini. John Owen, teolog dari abad ke-17, memperingatkan kita, “Jika Roh Kudus tidak bekerja bersama firman-Nya maka Alkitab hanyalah kumpulan huruf mati.” Adakah kita senantiasa bergantung pada Roh Kudus saat membaca dan mendengarkan firman-Nya? Berdoalah selalu agar Roh Kudus membuka hati kita setiap kali berhadapan dengan firman-Nya

DALAM SEKOLAH KEHIDUPAN
ROH KUDUS 
ADALAH 
GURU 
DAN 
ALKITAB 
ADALAH 
BUKU WAJIBNYA

ULat Jadi kupu-kupu

Kejadian 50:15-21

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan ... (Kejadian 50:20)

Seorang kawan mengirimi saya SMS menggelitik, ”Aku meminta dari Tuhan setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus jelek dan berduri. Aku meminta kupu-kupu, Dia memberiku ulat. Aku kecewa dan sedih! Namun, beberapa hari kemudian, kaktus itu berbunga indah sekali dan ulat itu menjelma menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Itulah jalan Tuhan: selalu indah pada waktu-Nya.”

Jalan Tuhan memang kerap kali sukar dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Kisah Yusuf adalah contohnya. Sebagai anak kesayangan bapaknya, Yusuf kecil yang penuh percaya diri tentu tak pernah menduga akan dijual saudara-saudaranya sendiri (lihat Kejadian 37). Tiga belas tahun yang sulit dilalui, sebelum akhirnya Yusuf dipercaya sebagai wakil raja (lihat Kejadian 39-41). Ia mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Hanya setelah menyelamatkan bangsanya dari kelaparan, barulah ia paham bagaimana Tuhan berdaulat mendatangkan kebaikan melalui berbagai kesulitan yang ia alami (ayat 20). Bukan hanya itu, Yusuf pun dibentuk agar dapat menerima tanggung jawab yang besar dan mengasihi mereka yang dulu menyakitinya.

Mungkin Anda mengalami salah satu atau beberapa masalah seperti Yusuf. Anda tidak paham mengapa Tuhan memberikan “ulat” dan bukannya “kupu-kupu”. Ingatlah bagaimana Tuhan berkarya melalui hidup Yusuf, mendatangkan kebaikan yang jauh melampaui pikirannya. Setiap keadaan dapat dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan, bahkan bila orang lain semula berniat untuk menjahati kita. Maukah kita tetap percaya dan taat pada-Nya?

TUHAN 
MENGIZINKAN PROSES MENYAKITKAN 
DALAM KEPOMPONG
UNTUK MEMBENTUK ULAT 
MENJADI KUPU-KUPU NAN ELOK