Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 01 Desember 2022

SADAR DIRI

1 Timotius 1:12-17

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, 
”Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” 
dan di antara mereka akulah yang paling berdosa 
(1 Timotius 1:15)


Bila sangat terpukul ketika mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah anak angkat dari orangtua yang mengasuhnya selama ini. 

Namun sejak itu, Mila lebih rajin membantu menjaga toko kedua orangtuanya. Apalagi ketika Mila menikah dan memiliki anak. Ia makin menyadari betapa besarnya kasih orangtua angkatnya. Mereka telah membesarkannya dengan susah payah, dengan kasih yang sesungguhnya tidak layak ia terima. Demikianlah Mila makin lama makin mengasihi kedua orangtua angkatnya.

Kitab 1 Timotius ditulis oleh Paulus pada akhir hidupnya. 

Sejak pertobatannya, Paulus telah melakukan begitu banyak pelayanan—mendirikan jemaat di berbagai daerah. Paulus telah menempuh begitu banyak bahaya dan penderitaan karena Injil. 

Dari semua pengalaman itu, Paulus menyatakan bahwa kerinduan terbesarnya adalah makin mengenal Tuhan yang ia layani. 

Maka, di akhir hidupnya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi malah makin menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar kepadanya. Bahkan, Paulus mengatakan, bahwa dialah orang yang paling berdosa. Mengapa? Karena makin orang mengenal Kristus, ia makin mengenal siapa dirinya, makin mengerti besarnya anugerah yang ia terima, dan makin memberi diri untuk kemuliaan Tuhan.

Ketika kita makin mendalami firman Tuhan, adakah kita makin mengenal siapa Allah yang kita sembah dan siapa kita sesungguhnya? Atau, jangan-jangan semua itu hanya menjadi pengetahuan yang mengisi otak, yang justru membuat kita tinggi hati? 

Bagaimanakah pengenalan akan Tuhan ini mempengaruhi sikap hati kita ketika melayani Tuhan?

PENGENALAN AKAN TUHAN 
MEMAMPUKAN KITA BERCERMIN DIRI
DAN MENYADARI BESARNYA 
ANUGERAH TUHAN YANG DIBERI

MANIPULASI

Kisah Para Rasul 5:1-11

”Katakanlah kepadaku, 
dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” 
Jawab perempuan itu, ”Betul sekian” 
(Kisah Para Rasul 5:8)

Apabila menilik perbuatan Ananias dan Safira, seberat apakah kesalahan mereka sehingga tak ada kesempatan kedua? 


Mari cermati hal ini agar kita tak mengulang tindakan mereka: Suasana jemaat mula-mula diliputi kegembiraan karena karya Allah begitu nyata dalam persekutuan orang percaya. Sebagian jemaat menjual harta miliknya; bahkan menjual tanahnya untuk kepentingan kelompok. Ananias dan Safira juga. 

Akan tetapi, setelah menjualnya, dengan sengaja mereka menahan hasil penjualannya. Sebetulnya, Petrus serta jemaat mula-mula tidak menuntut Ananias dan Safira menyerahkan keseluruhan hasil penjualan. Sayangnya, Ananias dan Safira mengaku memberikan seluruhnya, padahal mereka menahan sebagian. Itu sebabnya Petrus bertanya, “Dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” (ayat 8).

Mereka dihukum bukan karena tidak mempersembahkan semua hasil tanahnya, melainkan karena dengan sengaja mereka memanipulasi hasil penjualan tanah dan berlaku tidak jujur. 

Barangkali mereka mengharapkan decak kagum dari komunitas jemaat mula-mula, supaya jemaat mengira mereka memberi banyak. 

Bagi Petrus, ini adalah penipuan terhadap Roh Kudus. Tentu umat dan Roh Kudus tidak sama. Akan tetapi, Roh Kudus memperhatikan bagaimana orang bersikap terhadap umat Tuhan.

Bagaimanakah sikap kita terhadap gereja atau sesama? 

Apakah kita kerap terjebak dalam manipulasi, yaitu mengambil untung dari persekutuan atau gereja? Ataukah kita tulus melayani dan memberi diri di situ? 

Tuhan melihat hati kita. Jadilah saluran berkat yang menyenangkan hati-Nya 

KITA TAK PERLU MENCARI PUJIAN SESAMA
TUHAN TAHU 
MENGGANJAR KITA YANG MENYENANGKAN HATI-NYA

HANYA FIRMAN TUHAN

Matius 11:2-19

Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes 
apa yang kamu dengar dan kamu lihat ... 
(Matius 11:4)

Ketika pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan berjalan dengan baik, kita mudah mengatakan bahwa Tuhan menyertai kita. Namun, apa perasaan kita jika musibah tiba-tiba datang sehingga hidup menjadi sulit, tertekan, terancam? 

Apalagi jika kita merasa harus menanggung semua itu sendiri. Bagaimana jika iman kita yang tadinya kita anggap teguh, tiba-tiba goyah?

Yohanes Pembaptis adalah orang yang memecah kebisuan setelah lebih dari 3 abad tidak ada nabi Allah yang berbicara. 

Ia tampil sebagai nabi yang kuat, yang berani menegur dosa banyak orang, termasuk Herodes—raja yang sedang berkuasa—sehingga ia harus masuk penjara. Dialah yang memperkenalkan Yesus sebagai Mesias dan meyakini dirinya hanya pembuka jalan (bandingkan dengan Yohanes 1:19-37). 

Namun, ketika ia menderita di penjara, dan merasa harus menanggungnya sendiri, keyakinan Yohanes goyah. Ia pun mengutus muridnya untuk bertanya kepada Yesus: ”Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menanti yang lain?” 


Bagaimana reaksi Yesus? Dia menyuruh murid itu kembali dan menceritakan apa yang mereka dengar dan saksikan tentang segala yang diperbuat Yesus: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati bangkit, dan orang miskin mendengar kabar baik. 

Yesus ingin Yohanes mengingat nubuat Yesaya, yang sedang digenapi dalam hidup dan pelayanan Yesus (Yesaya 29:18, 35:5-6). Maka, kebenaran firman itulah yang meneguhkan lagi iman Yohanes.

Jika iman kita goyah, 
izinkan Roh Kudus berbicara melalui firman yang kita renungkan setiap hari. 

Firman yang hidup itu berkuasa meneguhkan kembali langkah kita dalam mengikut Dia 

APABILA KESUKARAN 
MENGGOYAHKAN KEYAKINAN
CARILAH SANDARAN 
PADA FIRMAN TUHAN 
YANG MENEGUHKAN

PENGHARAPAN

Roma 15:1-13

Semoga Allah, sumber pengharapan, 
memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera 
(Roma 15:13)

Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. 


Regu penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian, diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam 700 meter. 

Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.

Ya, manusia bisa bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernapas. 

Namun, manusia tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan harapan. Itu sebabnya di tengah impitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah—sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. 

Di tengah tekanan sekalipun, Dia sanggup memberi kekuatan dan pengharapan (ayat 13). Maka, yang kuat dapat menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang beriman itu memuliakan Allah (ayat 1-6).

Ketika dunia menganggap 33 penambang Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques—salah satu dari mereka—menolaknya. 

Katanya,”Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan”. 

Ternyata, semasa di dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk menjaga semangat mereka.

Mari jalani hidup ini dengan penuh semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.

HIDUP DIBERI 
AGAR DIJALANI DENGAN PENUH ARTI
MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT
AGAR KITA MENJADI BERKAT

KEPO

Yohanes 21:20-25

Jawab Yesus, 
”Jikalau Aku menghendaki, 
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. 
Tetapi engkau: Ikutlah Aku”
(Yohanes 21:22)

Anak-anak muda di Jakarta akan menjuluki temannya kepo apabila temannya itu ”selalu ingin tahu urusan orang lain”. 

Rasa ingin tahu sebetulnya sangat positif, karena akan menolong seseorang untuk mencari lebih banyak pengetahuan. 

Akan tetapi, kalau rasa ingin tahu itu berlebihan maka dampaknya bisa negatif, karena mengganggu privasi orang lain.

Penyakit kepo ini ternyata juga pernah menyerang Petrus. Ia ingin tahu mengenai kehidupan Yohanes di masa depan. 

Maka, Yesus menegur Petrus, sebab apa yang akan terjadi pada Yohanes sama sekali bukan urusan Petrus. Urusan Petrus adalah mengikut Yesus. 

Tuhan pasti peduli kepada Yohanes dan tahu apa yang terbaik baginya. Di sisi lain, Dia juga peduli terhadap Petrus, tetapi cara Yesus memperlakukan mereka masing-masing bisa berbeda, karena setiap pribadi punya keunikannya sendiri.

Atas adanya perbedaan-perbedaan itu, Allah punya rencana dan kehendak sendiri bagi setiap orang yang percaya kepada Dia. 

Allah tidak berkewajiban memperlakukan kita sama seperti Dia memperlakukan orang lain. 


Dia tidak berkewajiban untuk memberkati kita dengan cara yang sama seperti Dia memberkati orang lain. Kita tak perlu meributkan atau merepotkan diri dengan hal itu. 

Itu sepenuhnya adalah kedaulatan dan wewenang Allah. 

Tugas kita hanya memastikan bahwa kita sendiri sudah atau sedang mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh. Apabila kita mengikut Dia dengan serius, kita tidak akan punya waktu untuk memikirkan bagaimana Dia memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Itu bukanlah urusan kita. 

Mari pikirkan saja bagaimana kita dapat mengiring Dia makin dekat


MASING-MASING PRIBADI KITA UNIK ADANYA
DENGAN SEGALA KURANG DAN LEBIHNYA

Minggu, 30 Oktober 2022

Khawatir

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp 4:6)

Yes 5:1-7; Mzm 80:9.12-16.19-20; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43

Khawatir seringkali merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup manusia. Seringkali ketika kekuatiran itu datang apa pun yang kita usahakan, hati kita tetap tidak bisa tenang, pikiran gelisah dan bagaimanapun yang kita usahakan semua-nya hanya membuat kita gelisah.

Tuhan mengingatkan ketika kekuatiran itu mulai timbul dalam hidup kita, kita harus membawanya kepada Allah dalam doa dan permohonan yang diikuti dengan ucapan syukur. 

Ternyata inilah kuncinya. 
Ucapan syukur akan membuat hati kita menjadi tenang. Syukur berarti ucapan terimakasih karena kita percaya bahwa ada pertolongan dalam hidup kita. Syukur mendatangkan damai sejahtera. Dan damai itu menghalau semua kekuatiran dan ketakutan serta kegelisahan kita. Allah sumber damai sejahtera menyertai kita karena itu apalagi yang perlu kita takuti.

Ya Tuhan, aku bersyukur karena melalui peristiwa yang saat ini kualami aku boleh menyaksikan betapa besar dan ajaibnya rancangan-Mu dalam hidupku. 

Terimakasih Tuhan atas damai sejahtera yang Kau limpahkan dalam hatiku saat ini. Dan aku percaya akan penyertaan-Mu di dalam hidupku.

Mukjizat

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau (Ayb 43:5)

Ayb 42:1-3.5-6.12-17; Mzm 119:66.71.75.91.125.130 Luk 10:17-24

Zaman sekarang ini semakin banyak orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, mereka lebih memilih untuk percaya pada kekuatan diri sendiri dan kuasa lain yang memberikan banyak hal secara instan. 

Orang tidak percaya akan adanya mukjizat, namun tanpa disadari mereka percaya bahwa ada kuasa yang lebih besar dari dirinya dan itulah yang mereka cari. 

Kuasa Yesus memang tidak serta merta tampak seperti kuasa lain yang dapat langsung kita lihat hasilnya.

Saya begitu terkagum ketika kami melakukan adorasi secara live streaming pada masa pandemi Covid-19 sedang merebak. 

Dari setiap adorasi yang dilakukan, Tuhan selalu membuat mukjizat bagi mereka yang mengikuti dengan iman. Ada begitu banyak mukjizat yang terjadi, dan itu membuat saya semakin percaya bahwa kuasa Tuhan tak terbatas ruang dan waktu. 

Mungkin ini sesuatu yang sulit dipahami oleh mereka yang mengandalkan pikiran mereka, tetapi bagi mereka yang mengalami pemulihan dan pembebasan, mereka dibawa untuk semakin mengenal Tuhan dengan lebih lagi.

Tuhan tidak memaksa kita untuk selalu percaya kepada-Nya tetapi mukjizatnya selalu ada di sekitar kita. 

Mari kita buka mata hati kita agar kita dapat terus mensyukuri mukjizat-Nya yang nyata.