Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 03 September 2022

PERTOBATAN NASIONAL

Yeremia 36:1-10

Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar 
tentang segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya 
kepada mereka, maka mereka masing-masing akan bertobat 
dari tingkah langkahnya yang jahat itu, 
sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka. 
(Yeremia 36:3)

Sungguh miris menyaksikan kondisi bangsa ini. Pejabat dari kalangan eksekutif, bahkan yudikatif, seakan berlomba-lomba memperkaya diri dengan korupsi. Pengusaha berkolusi dengan pejabat guna mengemplang pajak. Pelajar dan mahasiswa tawuran. Masyarakat bentrok antarkampung. Mau dibawa ke mana bangsa Indonesia ini?


Bangsa Israel pernah mengalami krisis moral. Oleh karena itu, Tuhan mengutus Yeremia untuk menyampaikan berita penghukuman-Nya atas Israel dengan maksud agar mereka bertobat. Betapa Tuhan menyayangi umat-Nya. 

Kali ini Tuhan menitahkan Yeremia untuk menulis firman yang telah Tuhan sampaikan untuk kemudian dapat dibacakan secara langsung kepada umat Tuhan. Tuhan berharap bahwa mereka akan bertobat setelah mendengar tentang semua malapetaka yang telah Dia rancangkan bagi mereka. 

Apabila itu terjadi, Tuhan berjanji akan mengampuni kesalahan dan dosa mereka. Peristiwa ini terjadi pada tahun keempat pemerintahan Raja Yoyakim (605 SM), tidak lama setelah Nebukadnezar mengalahkan Mesir di Karkhemish.

Tuhan pun sayang kepada Indonesia. Dia mengharapkan bangsa ini bertobat—bukan hanya satu-dua orang, melainkan pertobatan nasional. 

Teladan Yeremia dan Barukh mesti kita ikuti: tekun membacakan (mewartakan) firman Tuhan kepada umat-Nya. Orang harus dijadikan sadar bahwa dirinya berdosa dan memerlukan pembaruan Tuhan. 

Setelah mengalami pembaruan, kita akan bersama-sama bersepakat untuk membangun bangsa ini.

SEBELUM TUHAN MEMBARUI KEHIDUPAN SEBUAH BANGSA,
DIA MENGINGINKAN HIDUP ANAK-ANAK-NYA 
DIBARUI DARI DOSA

TERMOTIVASI KARENA KESUKARAN

2 Korintus 6:1-10

Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, 
bahwa kami adalah pelayan Allah, 
yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran 
dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran. 
(2 Korintus 6:4)

Ia sangat pandai membuat kue. Terbukti kue-kue buatannya lezat dan banyak disukai orang. 

Suatu hari saya menanyainya, mengapa ia lebih suka membuat kue daripada memasak biasa. Ia menjawab, membuat kue itu lebih sukar dan lebih rumit. 


Contohnya, kalau kue sudah dipanggang dan lupa diberi gula, maka tak bisa diperbaiki; sedangkan dalam memasak, orang bisa menambahkan gula kapan pun ia mau. 

Selain itu, resep yang tepat dapat menghasilkan masakan yang lezat. Tetapi, untuk menghasilkan cake yang lezat tak cukup mengandalkan resep. Kue yang bagus ditentukan oleh bahan, pengocokan, pemanggangan, dan pengaturan panasnya.

Pembuat kue ini termasuk orang yang termotivasi oleh kesukaran. 

Pelayanan Paulus dan timnya juga termotivasi oleh penderitaan atau kesukaran. Kesukaran tak jadi alasan bagi Paulus untuk bersikap buruk atau menjadi batu sandungan. Sebaliknya, ia membuktikan kredibilitasnya sebagai pelayan Tuhan. 

Melalui penderitaan dan kesukaran yang ia hadapi, ia justru menjadi semakin murni dan semakin dewasa kerohaniannya, serta semakin banyak memberkati orang lain.

Sering kali orang termotivasi oleh uang, hadiah, atau pujian, tetapi patah arang bila menemui kesukaran, lalu menggerutu, mencela Tuhan, atau bersikap buruk yang lain. 

Padahal, kesukaran itu alat Tuhan untuk memperbaiki cara hidup kita (Ams. 3:12), untuk menguji dan memurnikan kita (Rm. 5:3), dan untuk mendekatkan kita kepada Tuhan (Mzm. 119:67). 

Bersukacitalah dalam kesukaran sebab kesukaran bisa mendatangkan kebaikan.

KITA BISA TERMOTIVASI OLEH KESUKARAN
ATAU MALAH DIPATAHKAN OLEHNYA, 
ITU PILIHAN KITA

SEPERTI POHON

Yesaya 6:1-13

Keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi 
yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. 
Dan dari tunggul itulah 
akan keluar tunas yang kudus! 
(Yesaya 6:13)

Waktu saya remaja, ayah menebang pohon jambu air di halaman depan rumah kami. Dan, tidak lama kemudian tumbuh tunas baru dari tunggul pohon itu, makin hari makin tumbuh tinggi, dan akhirnya berbuah kembali.

Seperti pohon yang ditebang dan masih menyisakan tunggul agar tunas baru bisa tumbuh, begitulah gambaran hukuman terhadap rakyat Yehuda sampai mereka bertobat dan bertumbuh kembali menjadi umat yang kudus. 

Semula mereka mengeraskan hati dan tidak mau melakukan Firman Tuhan dengan setia meskipun nabi-nabi selalu memperingatkan mereka. Mereka mendengar peringatan Tuhan, tetapi mereka menganggapnya remeh. 

Maka, Tuhan mengutus nabi Yesaya menubuatkan hukuman yang akan mereka terima, yaitu dibuang ke Babel. Nubuat ini digenapi tahun 587 SM. Dalam murka-Nya, Tuhan masih memberikan pengharapan pengampunan. 

Mereka yang bertobat, dipulihkan, dan akan kembali menjadi umat kesayangan-Nya dan dikembalikan ke tanah Yehuda. Demikianlah Tuhan menghukum untuk mendidik manusia.

Hari-hari ini, Tuhan menegur kita dengan lemah lembut melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam kita, melalui nasihat pembina rohani kita, bahkan dapat juga kita diingatkan melalui bacaan rohani. 

Akan tetapi, terkadang kita tidak menanggapinya secara serius sehingga kerap kali perlu ditegur dengan keras seperti melalui penyakit, persoalan hidup, dan sebagainya agar kita rela berubah. 

Mari kita tetap memercayai Tuhan, sebab Dia paling tahu bagaimana mendidik kita.

TUHAN TAK MEMPERLAKUKAN KITA 
DENGAN SEWENANG-WENANG
SEBAB DALAM MURKA-NYA 
ADA KASIH SAYANG

INTEGRITAS

Daniel 1:1-21

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya 
dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; 
dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, 
supaya ia tak usah menajiskan dirinya. 
(Daniel 1:8)

Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai Ahok, pernah menceritakan pengalaman kala dirinya diminta mengubah keyakinan demi mendapat dukungan publik dan bisa memenangkan pemilihan kepala daerah. 


Ia menolak dengan mengutarakan jawaban telak yang mengagumkan. "Andaikata Tuhan saja bisa saya khianati, apalagi rakyat; apakah kalian mau punya pemimpin yang siap berkhianat pada saatnya nanti?" katanya.

Daniel terbilang imigran yang dipaksa pindah akibat gejolak politik di negerinya. Lingkungan barunya amat menantang. Bukan hanya cuaca, penguasa, tempat tinggal, dan budaya sekitar yang berubah. Identitasnya pun terancam untuk diubah. Namanya diganti dari Daniel menjadi Beltsazar (ay. 7). 

Sampai akhirnya keyakinannya ditantang, imannya diguncang, demi memperoleh posisi aman dan terhormat. Kendati demikian Daniel bertahan. Ia berani berketapan hati untuk berkata "tidak" (ay. 8). Ia tidak menjual keyakinannya.


Demi mengikuti arus dunia global yang terus berubah setiap kita bisa tertantang untuk berpindah. Mulai dari pekerjaan sampai dengan tempat tinggal. Termasuk berpindah ke luar kota, ke luar pulau, bahkan ke negeri seberang. 

Disertai banyak perubahan yang harus terjadi pada diri kita demi bertahan dan menyesuaikan diri. Memang, demi berjuang hidup ada banyak hal yang harus kita lepaskan dan kita pertaruhkan. 

Hanya satu yang jangan pernah kita pindahkan dan kita jual: keyakinan kita akan Yesus!

BARANGSIAPA MENJUAL KEYAKINANNYA
SAMA DENGAN MENJUAL SELURUH DIRINYA

GPS

Mazmur 119:25-40, 105-112

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. 
(Mazmur 119:105)

Di Korea Selatan, hampir setiap kendaraan bermotor menggunakan alat navigasi Global Positioning System (GPS). Alat ini mampu menolong pengendara mengetahui arah yang tepat untuk sampai ke tujuan. Alat canggih ini mengandalkan satelit untuk menentukan koordinat posisi. Tetapi, secanggih-canggihnya alat ini, NAMUN hampir pasti sempat tersesat saat mengikuti petunjuknya.


Pemazmur dengan lugas menyatakan bahwa ia memilih untuk melakukan jalan kebenaran dan hukum-hukum Tuhan. Hidupnya tidak akan pernah terlepas dari segala perintah Tuhan yang diikutinya dengan setia (ay. 30-32). 

Ia memohon agar Tuhan selalu menunjukkan segala ketetapan-Nya, dan ia berjanji akan terus memegangnya sampai akhir hidupnya (ay. 33). 

Pemazmur sadar akan kelemahannya untuk dapat mengerti segala firman Tuhan dengan akal budinya sendiri. Oleh sebab itu, ia memohon agar Tuhan sendiri yang menuntun dan menolongnya (ay. 34), bukan saja untuk mengerti, tetapi untuk hidup dari setiap firman-Nya (ay. 35). 

Firman Tuhan adalah pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya (ay. 105).

Seperti pemazmur, kita perlu tuntunan dan panduan di dalam hidup ini. 

Firman Tuhanlah yang kiranya kita jadikan tuntunan dan panduan itu. Firman Tuhan tidak akan pernah menyesatkan kita, tetapi menunjukkan arah yang benar dan tepat untuk sampai ke tujuan akhir. 

Firman Tuhan penting untuk pertumbuhan iman kita. 

Mari kita terus mencintai dan menggemari Firman Tuhan, bukan saja untuk didengar dan direnungkan, tetapi juga dilakukan dengan setia.

FIRMAN TUHAN MEMBIMBING KITA 
UNTUK BERTOBAT
DAN MENJADI ALAT PENTING 
BAGI PERTUMBUHAN KITA.

Minggu, 31 Juli 2022

✝️ Tertawalah

Habakuk 3:1-19

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan... namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN... 
(Habakuk 3:17-18)


Ada hal yang menarik setiap kali musim hujan tiba. Berita tentang bencana banjir di berbagai kota hampir setiap hari menghiasi layar televisi. Penduduk memperlihatkan wajah cemas dan panik ketika air mulai menggenangi rumah mereka.

Ada yang terpaksa naik ke bubungan atap rumah karena takut. Uniknya, sementara kebanyakan orang tampak begitu khawatir, puluhan anak kecil justru tampak berbeda.

Mereka terlihat begitu senang menikmati datangnya banjir. Ya, air yang menggenangi jalan-jalan di sekitar rumah mereka jadikan sebagai arena bermain yang mengasyikkan. Mereka berenang, main perahu, sembari tertawa-tawa.


Awalnya, Nabi Habakuk begitu panik dan menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan atas masalah yang ia alami. Dalam kepanikannya ia mencoba berseru kepada Tuhan: “Mengapa semua ini harus terjadi? Bukankah aku telah begitu setia kepada-Mu? Mengapa kejahatan terus saja terjadi dan tidak berhenti?” (Hab. 1:2-3). 

Tuhan pun memberinya hikmat melalui penglihatan tentang mengapa masalah itu harus terjadi. Jawaban Tuhan itu mengubah pandangan Habakuk. Ia tidak lagi mengeluh, sebaliknya ia bersorak-sorak di dalam Tuhan dan beria-ria di dalam Dia yang menyelamatkannya (ay. 18).

Anak-anak tidak pernah mengkhawatirkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Mengapa?
Bisa jadi karena ia percaya kepada orangtua yang akan melindunginya. Bagaimana dengan Anda?
Apakah keyakinan kepada Allah membuat Anda tetap bersyukur, bersorak-sorak, dan bersukacita meski bertubi-tubi masalah mendera Anda?

JIKA ANDA MEMPERCAYAI ALLAH,
MASALAH  BUKAN LAGI SESUATU YANG MENAKUTKAN

Tuhanku Paling Hebat ✝️

Mazmur 93:1-5

Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, 
lebih hebat TUHAN di tempat tinggi. 
(Mazmur 93:4)


Saat bermain ke pantai dan sedang asyik berfoto dengan seorang teman, tiba-tiba ombak besar menerpa saya. Lumayan jauh saya terseret. Pakaian dan badan saya basah kuyup. Sepasang sandal baru saya pun terbawa jauh ke tengah pantai. Setelah ombak mereda, saya jatuh telentang di atas pasir. Jantung saya berdebar kencang. Meskipun sandal saya hilang, saya bersyukur karena Tuhan menyelamatkan nyawa saya.

Ketika membaca Mazmur 93 ini, saya teringat pada pengalaman di pantai itu. Walaupun suara hempasan ombak pantai menggelegar dan kekuatannya sangat hebat, Allah Sang Pencipta tetap paling hebat melampaui segala ciptaan (ay. 3-4). 

Tuhan adalah Raja di atas segala raja yang memiliki kedaulatan dan kuasa penuh untuk mengatur semua peristiwa yang terjadi. Saya pun semakin menyadari penyertaan Tuhan yang nyata di sepanjang hidupku. Tuhan yang Mahakuasa dan Mahamulia menempati takhta yang tak pernah goyah. Dia layak untuk menerima pujian dan ibadah kita selama-lamanya (ay. 1-2).

Sepanjang hidup kita ini, apakah kita lebih takut pada badai masalah, fenomena alam, dan masa depan, atau percaya penuh pada Allah yang Hidup, yang senantiasa menyertai kita? 
Jangan pernah takut menghadapi masa depan yang belum pasti, fenomena alam, dan masalah yang menumpuk. Firman Tuhan menegaskan bahwa kuasa Tuhan itu abadi, tetap teguh meskipun zaman terusmenerus berubah (ay.5). 

Berusahalah untuk menghadapi semua tantangan dengan tetap beriman, taat, dan setia pada Tuhan kita.

MASALAH DAN TANTANGAN SEBESAR APA PUN
TIDAK ADA YANG MELAMPAUI KEBESARAN ALLAH, PENOLONG KITA