Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Jumat, 03 Juni 2022

Sebuah DOA

Yohanes 17: 11b-19
MARI kita mencoba meneliti isi doa-doa kita. Lebih sering manakah isi doa kita kepada Tuhan; permohonan atau syukur?
Kalau isinya banyak permohonan, permohonan untuk siapakah yang kita haturkan? Untuk diri sendiri atau orang lain?
Jawabnya yang sering adalah untuk diri sendiri.

Fokus doa kita sering bersifat egosentris. Hanya memikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Pusat doa adalah AKU.
Yesus banyak menunjukkan contoh-contoh bagaimana orang berdoa.
Misalnya, ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menyombongkan dirinya, selalu menyebut aku-aku-aku.
Ia membandingkan dengan orang lain yang tidak sesaleh dirinya. Fokusnya adalah aku.
Sedang pemungut cukai berdiri di kejauhan dan menepuk dadanya sambil berkata, “Kasihanilah ya Tuhan karena aku orang berdosa.”
Menurut Yesus, orang kedua ini dibenarkan oleh Allah.

Contoh lain, Yesus amat menghargai seorang perwira Romawi yang meminta kesembuhan untuk hambanya yang sedang sakit parah.
Perwira itu berkata, “Ya Tuhan, aku tidak layak menerima Tuhan di rumahku, bersabdalah saja maka hambaku akan sembuh.”

Yesus memuji perwira itu, yang meminta bukan dirinya, tetapi demi hambanya.
Dalam perikope ini, Yesus memberi teladan bagaimana berdoa yang benar.
Yesus mendoakan murid-murid-Nya. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka, supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran.”

Isi doa-Nya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk para murid-Nya yang masih harus berjuang di dunia yang jahat.
Kepedulian kepada para murid ditunjukkan Yesus dalam doa-Nya. Hal ini menggambarkan relasi Yesus dengan murid-murid-Nya.
Kita ada di dalam hati-Nya. Nama kita disebut dalam doa-Nya. Sampai sekarang pun Yesus terus mendoakan kita. Ia tiada henti memohon kepada Bapa agar menjaga dan melindungi kita.
Ia meminta kepada Bapa-Nya agar menguduskan kita dalam kebenaran.
Dari sini kita belajar bahwa doa itu tidak egois, melulu hanya memikirkan diri sendiri. Doa harus keluar dari sifat egois dan menjangkau sebanyak mungkin orang.
Doa yang berfokus pada diri sendiri hanyalah bentuk kesombongan rohani.
Kita bisa merefleksi diri; apakah isi doa saya selama ini? apakah kita juga mendoakan orang-orang yang dipercayakan kepada kita? apakah kita rajin berdoa baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan?

Indahnya sunset di Kuta Bali, Memandang ombak silih berganti.
Doa yang tulus ikhlas dari hati, Melambung untuk makin mengasihi.

Sabtu, 30 April 2022

Menggali Sumber dg menulis

Menulis tidak hanya berarti mencatat pikiran-pikiran yang muncul.
Sering kali kita berkata, ”Saya tidak tahu harus menulis apa. Pikiran-pikiran saya tidak terlalu berharga untuk dituliskan.” Tetapi tidak jarang tulisan yang baik muncul dari proses menulis itu sendin. 

Kala kita mulai duduk, dengan selembar kertas di atas meja dan alat tulis di tangan, dan kita mulai mengungkapkan isi pikiran dan hati kita dalam kata-kata, sering kali pikiran-pikiran baru muncul. 

Tidak jarang pikiran-pikiran baru itu mengejutkan diri kita sendiri dan menuntun kita masuk ke dalam ruangan batin kita, yang tidak kita sadari sebelumnya. 

Salah satu hal yang dapat amat memberikan 
kepuasan dalam tulis-menulis adalah 
bahwa kegiatan ini dapat membuka 
suatu sumber yang menyimpan ”harta-karun” yang amat berguna bagi diri kita dan orang lain juga.

Manfaat menulis

Banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Mereka lebih dulu takut untuk memulai. Karena di bayangannya, menulis itu harus bisa menciptakan tulisan yang menarik, berisi kosa kata apik juga berhadapan dengan imjinasi tinggi. Padahal makna menulis itu luas tidak harus selalu kisah-kisah menarik seperti novel atau cerpen. Menulis buku harian atau journaling juga bagian dari menulis.

Pikiran, afeksi dan motorik bersatu menuangkan segala perasaan dari peristiwa yang telah dilewati. Dalam journaling tak perlu memikirkan bahasa-bahasa indah, yang terpenting kita menulis dengan jujur apa adanya.

Menulis buku harian merupakan sarana terapi mental. Seorang psikolog sosial Amerika James W. Pennebaker mengatakan bahwa perasaan dan ide jika terlalu lama disimpan akan berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran. Untuk itu menulis menjadi wadah dalam mengekspresikannya. Membantu kita melampiaskan emosi secara tepat.

Tak sedikit orang yang menganggap remeh tentang menulis buku harian. Padahal banyak penelitian yang telah membuktikan manfaatnya. Beberapa faedah tersebut ialah sebagai berikut.

Pertama, waktu untuk meditasi. Kesibukan yang kita lalui sehari-hari dari pagi hingga malam lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama. Hingga akhirnya terjerat dengan rutinitas yang membosankan. Rasa bosan seringnya juga menimbulkan depresi.

Menulis jurnal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi stress. Sarana untuk bermeditasi merjernihkan pikiran yang amburadul dengan menghadirkan diri kita secara sadar pada momen saat ini. Pikiran yang sadar membantu kita dalam memahami diri sendiri. Hal-hal apa yang membuat kita resah atau bahagia, peristiwa di sekeliling kita juga pengalaman diri.

Saat memulai hari saya selalu merasa lebih segar. Meski kemarin hari pikiran sempat kusut dengan banyaknya masalah dan rutinitas padat. Sebelum tidur saya menerapkan meditasi dengan menulis perasaan dan pengalaman di hari tersebut. Alhasil, esoknya pikiran kembali pulih dan jernih. Saya dapat menjalani hari dengan baik dan penuh energi.

Menyadari apa yang tengah terjadi pada diri sendiri merupakan hal penting. Dengan begitu kita akan mudah menerima diri seutuhnya. Belajar memahami bahwa tak masalah jika melewatkan hari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Kedua, menyehatkan mental dan jasmani. Setiap manusia punya beban pikiran masing-masing. Masalah dalam hidup seringnya membuat kita depresi. Biasanya orang depresi membutuhkan tempat untuk mengekspresikan perasaan, menyalurkan tekanan dalam diri.


Tempatnya sederhana yaitu menulis. Rasa kesal, marah, sedih bisa berkurang begitu dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan jujur kita mengungkapkannya.

Mengekspresikan perasaan berarti mengembangkan keseimbangan antara kenyamanan mengungkapkan dan mengendalikan perasaan. Campbell mengaku bahwa semakin beragam pengalaman terhadap bermacam-macam perasaan akan mengembangkan pondasi emosional yang kuat.

Terbukti saat beberapa kali saya dilanda rasa kesal dan marah. Lalu, saya duduk mengatur napas sembari menulis perasaan tersebut. Tak sampai lima menit rasa marah atau kesal yang sebelumnya meletup-letup padam. Awalnya saya suka uring-uringan, kini emosi dapat terkendali dengan baik berkat menulis buku harian.

Dalam jurnal Advance in Psychiatric Treatment dijelaskan manfaat menulis buku harian selain dapat menyeimbangkan mental dan emosi, memberi stimulus tubuh, mengatasi penurunan tekanan darah, dan meningkatkan fungsi paru-paru dan hati.

Ketiga, meguatkan memori. Di era digital ini, sebagian besar kita menulis di smarthphone dan laptop. Namun, untuk buku haria sebaiknya gunakanlah tangan. Menulis dengan tangan dapat menguatkan memori.


Sebuah penelitian Pam Mueller dari Princeton University dan Daniel Oppenheime dari University of California membuktikan kebenarannya. Para peneliti menyimpulkan bahwa menulis dengan tangan membuat otak lebih terorganisir dalam merekam memori. Sehingga daya ingat terhadap materi lebih tajam.

Saya merasakan sendiri saat menulis daftar kerja di buku catatan jauh lebih ingat apa yang harus dilakukan dibanding ketikan di memo laptop. Kemudian, saat ujian saya terbantu berkat mencatat di buku meski sebelumnya lupa mereview beberapa bab di mata kuliah tersebut.

Cobalah luangkan waktu sejenak untuk menulis jurnal dengan tangan. Singkirkan berbagai macam distraksi seperti smarthphone dan lain sebagainya. Gunakan kertas kosong dan pulpen untuk menulis.

Pada intinya, menulis adalah aktifitas yang memberi banyak manfaat. 
Tak perlu menunggu mahir dalam menulis cerita, puisi dan sebagainya. 
Mulailah dengan menulis buku harian, cerita pengalaman dan kegiatan sehari-hari. Karena sejatinya kita adalah penulis bagi cerita pengalaman kita sendiri, kita lah yang benar-benar memahami siapa diri kita sebenarnya.

Menulis Makna Harian

Kegiatan menulis dapat menjadi suatu disiplin rohani yang sejati. Dengan menulis, kita dibantu untuk memusatkan perhatian, bersentuhan dengan gejolak hati, menjernihkan budi, menata perasaan yang simpang-siur, merenungkan pengalaman kita, mengungkapkan penghayatan hidup dengan kemampuan seni, dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang penting dalam ingatan kita. Menulis juga dapat berguna bagi orang lain, yang mungkin membaca tulisan kita.


Sering kali pengalaman harian yang sulit, menyusahkan, dan mengecewakan dapat “diselamatkan” – artinya diberi makna – dengan menuliskan pengalaman itu. Dengan menulis, kita dapat mengendapkan pengalaman hidup kita dan dengan demikian menempatkannya dalam peziarahan hidup kita.

Menulis tidak hanya berarti mencatat pikiran-pikiran yang muncul. Sering kali kita berkata, “Saya tidak tahu harus menulis apa. Pikiran-pikiran saya tidak terlalu berharga untuk dituliskan.” Tetapi tidak jarang tulisan yang baik muncul dari proses menulis itu sendiri.

Kalau kita mulai duduk, dengan selembar kertas di atas meja dan alat tulis di tangan - atau komputer di depan kita, dan kita mulai mengungkapkan isi pikiran dan hati kita dalam kata-kata, sering kali pikiran-pikiran baru muncul. Tidak jarang pikiran-pikiran baru itu mengejutkan diri kita sendiri dan menuntun kita masuk ke dalam ruangan batin kita, yang tidak kita sadari sebelumnya.

Salah satu hal yang dapat amat memberikan kepuasan dalam tulis-menulis adalah bahwa kegiatan ini dapat membuka suatu sumber yang menyimpan “harta-karun” yang amat berguna bagi diri kita dan orang lain juga.

Demikianlah kegiatan menulis dapat “menyelamatkan” hidup kita, dan tidak jarang “menyelamatkan” orang lain juga.

(Bread for the Journey)

Sepele

Seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota.
Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis, dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas-tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas-tas berat dan jendela bis.

Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu, "Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu..."

Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum :
"Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti"

Jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas :
"Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele. Perjalanan kita bersama amat singkat."

Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, 
maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan... karena semua hanya membuang waktu kita di perjalanan yang singkat ini.

Apakah seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu ?? 

Tetaplah tenang, perjalanan hidupmu terlalu singkat.

Apakah seseorang Sudah Mengkhianati kamu mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu ??

Tetaplah tenang, maafkan mereka, karena perjalanan hidup kita sangat singkat

Apapun masalah yang dibuat oleh orang lain kepada kita, 
mari kita selalu ingat bahwa perjalanan hidup kita sangat singkat.

Tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan berakhir.

Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang berikutnya.

Perjalanan hidup kita bersama sangat singkat.

Mari kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.
Mari kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu dengan yang lain.
Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama.

Hidup adalah WAKTU,
hargai waktu yang tersisa,
jalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.

Selalulah berbuat baik,
Selalulah menolong sesamamu,

Jangan pernah bersikap paling benar, dan berhentilah membicarakan kejelekan orang lain dan mengomel.

Hidup lah dengan
Pikiran yang tenang
Hati yang damai
Jauh dari kepura puraan
Tulus ikhlas ketika berbicara
Memberi sapaan dengan hati yang tulus
Menerapkan hidup berbagi

Back to nature,
maka pikiran dan batin kita akan bersih dari segala energy negative. 

Dari hati yang damai, 
akan terpancar aura yang mampu menebarkan kesejukkan dan kedamaian, 
dimanapun kita berada.

Jangan simpan kebencian, dendam, kepahitan dan kejelekan orang lain.
Lihatlah Kebaikan...Lupakan Kesalahan..
Tetaplah menjadi orang baik sampai akhir hidup

Kalau saya pernah menyakiti hati saudaraku sahabatku meski tanpa kusengaja, saya mohon dimaafkan

Bila sahabat atau saudaraku pernah menyakiti hatiku, aku sudah maafkan semua......
karena PERJALANAN hidup KITA TERLALU SINGKAT.

Menjadi Pewarta Injil

Bacaan:
1Petrus 5:5b-14,
Markus 16:15-20
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

Sabda Tuhan ini diambil dari bagian akhir dari Injil Markus. 

Isinya tentang Yesus yang mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil ke segala makhluk dan ke penjuru dunia. 

Setelah itu Tuhan terangkat ke sorga. 

Tanpa banyak pertimbangan, para murid segera pergi memberitakan Injil dan Tuhan turut bekerja atas para murid dengan tanda-tanda yang menyertainya. 

Dengan demikian Injil ditutup dengan giatnya para murid melakukan karya pewartaan dan Tuhan menyertai dengan berkah-Nya.

Perintah Tuhan unjuk melakukan karya perwartaan tidak hanya tertuju kepada para murid kala itu tetapi juga tertuju kepada kita di zaman ini. 

Berkat sakramen baptis, kita semua -tanpa kecuali,- memiliki tugas untuk mewartakan kabar kebaikan kepada sesama. 

Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita pergi ke seluruh dunia itu? 

Tak perlu secara fisik meninggalkan keluarga dan pergi ke luar daerah atau luar negeri seperti para misionaris. 

Melakukan tugas mewartakan Injil dapat kita lakukan di tempat kita masing-masing melalui panggilan dan tanggungjawabnya masing-masing. 

Ketika kita membangun hidup berkeluarga dengan baik sejatinya kita sedang bersaksi tentang indahnya hidup berkeluarga. 

Maka marilah kita bergerak mewartakan Injil atau eu-angelion yang berarti kabar baik itu seturut tugas dan panggilan hidup kita masing-masing. 

Jangan menunda untuk berbuat baik dan menyebarkan kebaikan itu: beritakanlah ‘Injil’ 

Tetap semangat dan Berkah Dalem.

Menggetarkan hati alunan lagunya, menjadi kebanggaan seluruh indonesia.
Wartakan Injil kebaikan-Nya, hingga ke penjuru dunia.