Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Rabu, 16 Februari 2022

PERSEMBAHAN - UNGKAPAN SYUKUR

1Sam 1:20-22,24-28
“Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan.”


Bagaimana menyatakan syukur terdalam kita? Banyak orang mengira asalkan memberi persembahan yang lumayan banyak, katakanlah lebih dari sepuluh persen – bukankah persepuluhan itu kewajiban minimal (Untuk umat Kristen non Katolik)? – maka itu sudah sesuatu yang menunjukkan lebih dari sekadar kewajiban. Tentu Tuhan senang dengan persembahan demikian.

Seringkali kita salah mengerti konsep ucapan syukur dan makna persembahan. Kita mengucap syukur karena Allah telah berkarya dalam hidup kita dengan karya yang tidak bisa dibandingkan atau dibalas dengan cara apapun. Baik karya-Nya terbesar, yaitu keselamatan dalam Kristus, maupun berbagai kebaikan Tuhan yang kita alami dalam perjalanan iman kita, semua itu adalah anugerah. Maka ucapan syukur adalah pengakuan bahwa semua berasal dari Allah, dan tidak ada satu hal pun yang boleh kita klaim karena jasa atau kelayakan kita. Dengan sendirinya, persembahan kita berikan bukan karena kebaikan kita melainkan keluar dari hati yang tulus bersyukur atas kebaikan-Nya.

Itulah yang dilakukan Hana setelah Tuhan “mengingat” dirinya dan mengabulkan permintaannya. Ucapan syukur Hana tercermin dari nama putranya, Samuel. Samuel adalah pemberian Allah. Oleh karena itu sebagai persembahan syukur, Samuel dipersembahkan untuk melayani Tuhan sekehendak-Nya. Inilah persembahan yang berkenan kepada-Nya: “seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan.”


Banyak keluarga melihat sikap Hana ini sebagai teladan untuk mempersembahkan anak sulung sebagai hamba Tuhan. Tentu tidak setiap anak sulung dari keluarga Kristen, Tuhan pilih dan panggil untuk menjadi hamba-Nya secara khusus. Jauh lebih penting bagi kita untuk melihat teladan Hana sebagai respons yang tepat terhadap anugerah. Berikan yang terbaik, yang Tuhan mau kita persembahkan sebagai ucapan syukur dan pengakuan, bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan semata.

Senin, 14 Februari 2022

Hikmat

Berhikmat sering kita dengar kata ini diucapkan oleh orang. Berhikmat diambil dari kata dasar Hikmat, dimana dalam kamus Indonesia Hikmat adalah kebijakan atau kearifan. Hikmat itu datang dari Tuhan, sehingga apa yang dilakukan orang tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan. Berhikmat bukan merupakan hasil dari pendidikan atau pengalaman hidup dan merupakan kesalahan orang yang mengatakan orang Berhikmat itu sama dengan orang pintar. Ada tiga hal yang salah anggapan orang terhadap Berhikmat, yaitu :
  1. Anggapan bahwa orang berhikmat itu adalah muncul karena pendidikan yang tinggi, ternyata tidak semua orang berpendidikan tinggi itu berhikmat. Banyak orang pendidikan tinggi, tingkah masih seperti anak-anak dan melakukan hal-hal yang tidak baik.
  2. Anggapan bahwa orang berhikmat itu karena pengalaman hidup atau pengalaman bekerja, ternyata banyak orang yang memiliki pengalaman kerja tidak berhikmat dan tidak bijak. Hal ini merupakan suatu kesalahan menganggap hal tersebut.
  3. Anggapan bahwa orang berhikmat adalah orang yang sudah tua, karena orang tersebut sudah banyak mengalami asam garam kehidupan. Ternyata hal ini salah, banyak orang yang sudah tua juga semakin tidak berhikmat dalam mengambil beberapa keputusan.
Ada beberapa macam pengertian tentang kata “hikmat”.

Pertama, hikmat adalah kemampuan atau ketrampilan untuk mengerjakan pekerjaan seni. Seorang yang bisa mengerjakan karya seni yang indah yang tidak bisa dikerjakan oleh orang lain bisa kita sebut sebagai seorang yang memiliki hikmat.

Kedua, hikmat adalah kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Hikmat yang dimiliki Salomo adalah hikmat dalam pengertian yang kedua ini.

Ketiga, hikmat adalah cara pandang dan cara hidup yang secara moral benar. Dalam kitab Amsal, Raja Salomo mengajarkan tentang hikmat dalam pengertian yang ketiga ini. Sayangnya, kehidupan Raja Salomo tidak selalu sesuai dengan apa yang dia ajarkan dalam kitab itu. Seorang yang memiliki hikmat dalam pengertian ketiga ini seharusnya adalah seorang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Keempat, hikmat adalah pola pikir yang sesuai dengan pola pikir Allah. Dalam Perjanjian Baru, apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Tuhan Yesus merupakan hikmat Allah. Keselamatan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan hikmat Allah yang sulit dipahami oleh orang-orang yang berpikir dalam pola pikir filsafat Yunani.

Memiliki hikmat seperti Raja Salomo memang penting dalam menjalani hidup di dunia ini. Akan tetapi, memiliki hikmat seperti itu belum cukup! Kita perlu memiliki hikmat yang membuat kita hidup benar secara moral; dan hikmat seperti ini adalah hikmat yang dimulai dengan sikap takut akan Allah (Amsal 9:10; Mazmur 111:10). Hikmat yang paling tinggi adalah bila kita berpikir dengan pola pikir Allah. Hikmat semacam inilah yang membuat Rasul Paulus dan banyak orang beriman lainnya rela dan berani menyerahkan hidup mereka untuk dipakai Allah.

Yesaya 33:6
“Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.











Pesan positif






















 

Minggu, 13 Februari 2022

Kebenaran, Jangan pernah berhenti!

Orang bertanya-tanya, jika Tuhan itu berkuasa mengapa Dia seolah-olah membiarkan sakit-penyakit dan kesusahan menimpa semua orang ? Mengapa Ia tidak langsung menyembuhkan atau memberkati ?

Tentu saja Tuhan itu Mahakuasa, tetapi Dia hanya akan mengerjakan sesuatu dalam diri seseorang ketika orang itu mengijinkan Dia bekerja.


Ada orang yang berbantah lagi, Kalau Tuhan berkuasa, tentunya Ia dapat melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri!

Dalam sekejap mata Tuhan pasti sanggup untuk menyembuhkan, memberkati, menolong dan menyelamatkan setiap orang yang berdosa tanpa melalui proses pertobatan. Tuhan tak ingin manusia ciptaan-Nya itu seperti robot yang dapat dijadikan apa saja.

Tetapi Tuhan memberikan kepada setiap manusia free will (kehendak bebas), sehingga manusia mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri.


Jika kita mendengar suara-Nya dan membukakan pintu hati bagi-Nya, Dia kan masuk ke dalam kehidupan kita 

Bahkan setelah seseorang bertobat dan lahir baru ia juga tak kehilangan kehendak bebasnya untuk memilih taat kepada firman atau tidak taat

Sabtu, 12 Februari 2022

Latihan Koor

 




Kata itu Kuasa

Masyarakat kita dibanjiri dengan kata-kata: kata-kata di papan reklama, televisi, koran, buku. 

Kata-kata yang menyala dan berganti-ganti warna. Kata-kata yang lirih, keras, hiruk-pikuk. 

Kata-kata yang berseru, "Belilah ini, rasakan itu, minumlah ini, makanlah itu." 

Lebih-lebih kata yang berbunyi, "Belilah aku." 

Dengan adanya begitu banyak kata disekitar kita, kita cenderung untuk berkata, "Ah, itu semua hanya kata-kata."



Dengan demikian, kata telah kehilangan dayanya. 

Meskipun demikian, kata sebenarnya mempunyai daya untuk mencipta. 

Kalau Allah berkata, Ia mencipta. 

Ketika Allah berkata, "Jadilah terang" (Kej 1:3), jadilah terang itu. 

Bagi Allah, berkata dan mencipta itu sama. 



Daya cipta dari kata-kata inilah yang perlu kita hidupkan atau nyatakan kembali. Yang kita katakan amatlah penting. 

Kalau kita berkata, "Saya mencintaimu" dan kita mengatakannya dari lubuk hati kita, kita dapat memberikan hidup baru, harapan baru, keberanian baru kepada orang lain. 

Sebaliknya, kalau kita berkata, "Saya membencimu," kita dapat menghancurkan hidup orang lain. Marilah kita berhati-hati dengan kata-kata kita.



Untuk itulah, marilah kita membuat kata-kata positif.  Bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain dan sesama kita. Niscaya dunia akan semakin lebih baik.

Ingat bahwa kata itu kuasa. Bahwa kata itu hidup. Hati-hatilah bila kita membuat atau mengeluarkan kata-kata.