Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Jumat, 20 Juni 2025

JADWAL PENYULUH KATOLIK BULAN JUNI 2025

IDENTIFIKASI WILAYAH KAPANEWON BANGUNTAPAN

Kapanewon Banguntapan adalah sebuah kapanewon (setingkat kecamatan) yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu daerah suburban yang berkembang pesat di sekitar Kota Yogyakarta, menjadikannya perpaduan antara area pemukiman, komersial, dan industri kecil.

Deskripsi Umum

Banguntapan memiliki karakteristik wilayah yang cukup heterogen. Secara geografis, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan beberapa area persawahan yang masih produktif, meskipun semakin berkurang akibat ekspansi pemukiman dan pembangunan. Wilayah ini dialiri oleh beberapa sungai kecil yang bermuara ke Sungai Gajah Wong dan Sungai Opak.

Secara demografis, Banguntapan merupakan salah satu kapanewon dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi di Bantul. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh urbanisasi dan migrasi dari luar daerah yang mencari hunian dekat dengan Kota Yogyakarta. Hal ini menyebabkan Banguntapan menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial yang dinamis.
Ciri Khas dan Identifikasi

Beberapa ciri khas dan cara untuk mengidentifikasi Kapanewon Banguntapan meliputi:

Lokasi Strategis: 
Banguntapan berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta di sebelah utara, menjadikannya gerbang masuk dari arah selatan atau timur Yogyakarta. Aksesibilitasnya sangat baik karena dilalui oleh jalan-jalan utama penghubung antar kota dan jalan lingkar luar (ring road) Yogyakarta.

Pusat Pendidikan: 
Terdapat beberapa institusi pendidikan penting di Banguntapan, termasuk kampus-kampus perguruan tinggi yang menarik banyak mahasiswa untuk tinggal di area sekitarnya. Hal ini turut berkontribusi pada keragaman sosial dan ekonomi wilayah.

Kawasan Komersial dan Industri: 

Seiring perkembangan, Banguntapan menjadi rumah bagi berbagai fasilitas komersial seperti supermarket, pusat perbelanjaan, restoran, dan berbagai usaha kecil menengah (UKM). Beberapa area juga berkembang menjadi sentra industri rumahan atau manufaktur kecil.

Perumahan dan Permukiman Padat: 

Sebagian besar lahan di Banguntapan telah beralih fungsi menjadi area perumahan. Berbagai jenis perumahan, mulai dari perumahan subsidi hingga perumahan elit, dapat ditemukan di sini. Hal ini menunjukkan dinamika pertumbuhan penduduk dan kebutuhan hunian.

Fasilitas Kesehatan: 
Kapanewon ini juga dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang memadai, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik, yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat sekitar.

Potensi Ekonomi Lokal: 
Meskipun modernisasi terus berjalan, Banguntapan masih mempertahankan beberapa sektor ekonomi lokal, seperti pertanian skala kecil di sisa-sisa lahan persawahan, serta potensi pariwisata lokal yang berkembang.

 

Secara administratif, Kapanewon Banguntapan terdiri dari beberapa kalurahan (desa), di antaranya adalah:
  • Baturetno
  • Singosaren
  • Tamanan
  • Wirokerten
  • Potorono
  • Jambidan
  • Ambarrukmo (bagian)

Dengan segala karakteristiknya, Banguntapan adalah wilayah yang terus berkembang, mencerminkan perpaduan antara kehidupan perkotaan dan pedesaan yang dinamis di pinggir Kota Yogyakarta.

Kehidupan beragama di Kapanewon Banguntapan, Bantul, dapat diidentifikasi sebagai plural dan dinamis, dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam namun tetap menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama lainnya.

Berikut adalah identifikasi lebih rinci:

1. Dominasi Islam

Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Bantul (termasuk Banguntapan) dari BPS dan Kemenag, mayoritas penduduk Banguntapan adalah pemeluk agama Islam. Hal ini tercermin dari banyaknya masjid dan mushola yang tersebar di seluruh kalurahan. Aktivitas keagamaan Islam seperti salat berjamaah, pengajian, peringatan hari besar Islam, dan kegiatan sosial keagamaan lainnya sangat hidup di Banguntapan.

2. Keberagaman Agama Lain

Meskipun Islam dominan, Banguntapan juga dihuni oleh pemeluk agama lain seperti:
  • Kristen Protestan
  • Katolik
  • Hindu
  • Buddha
  • Agama/Kepercayaan Lainnya

Kehadiran berbagai agama ini didukung oleh adanya rumah ibadah non-Muslim seperti gereja, pura, dan vihara yang tersebar di beberapa titik. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan statusnya sebagai area suburban dekat kota besar (Yogyakarta) turut berkontribusi pada keragaman ini, karena banyak pendatang dari berbagai latar belakang suku dan agama yang memilih tinggal di Banguntapan.

3. Komitmen Terhadap Kerukunan dan Moderasi Beragama

Pemerintah dan masyarakat di Banguntapan menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kerukunan antarumat beragama. Hal ini dibuktikan dengan:

Pembentukan Kampung Moderasi Beragama: 
Kalurahan Banguntapan, khususnya Padukuhan Plumbon, telah ditunjuk sebagai Kampung Moderasi Beragama. Ini adalah inisiatif pemerintah untuk menjadi percontohan dalam toleransi dan hidup berdampingan secara harmonis di tengah perbedaan agama dan suku.

Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB): 
FKUB di tingkat Kapanewon Banguntapan aktif mengadakan dialog dan kegiatan untuk merekatkan kerukunan antarumat beragama. Mereka berupaya mencegah konflik dan mempromosikan saling pengertian serta penghormatan.

Inisiatif Penyuluh Agama: 

Para penyuluh agama, seperti yang disebutkan dalam kasus "Lakon Luber Mas", melakukan inovasi untuk memperkuat moderasi beragama di masyarakat, seringkali berbasis masjid atau tempat ibadah lainnya untuk mendekatkan layanan konsultasi keagamaan dan sosial kepada warga.


Program Pemberdayaan Tokoh Agama: 
Pemerintah Kalurahan (misalnya Baturetno) sering mengadakan pembinaan dan pemberdayaan bagi kaum rois dan tokoh agama untuk memperkuat peran mereka dalam memajukan kehidupan beragama dan sosial, termasuk pemahaman tentang toleransi.
Semangat Gotong Royong: Meskipun ada potensi perbedaan teologis, semangat gotong royong dan solidaritas masyarakat masih menjadi perekat kuat yang menciptakan kehidupan rukun.

4. Tantangan dan Dinamika

Meski kerukunan dijaga, dinamika urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang cepat kadang membawa tantangan baru, terutama terkait:
Pembangunan Rumah Ibadah: Pembangunan rumah ibadah baru, terutama bagi agama minoritas, kadang menjadi isu sensitif yang memerlukan komunikasi dan koordinasi yang baik antara komunitas agama dan pemerintah setempat.
Perbedaan Pandangan: Seperti di tempat lain, perbedaan pandangan teologis atau interpretasi keagamaan bisa menjadi potensi friksi jika tidak dikelola dengan baik. Namun, upaya-upaya moderasi beragama bertujuan untuk mengatasi hal ini.

Secara umum, Banguntapan adalah contoh wilayah di mana kehidupan beragama yang plural terus diupayakan untuk berjalan harmonis, dengan penekanan pada toleransi, saling pengertian, dan upaya aktif dari berbagai pihak untuk menjaga kerukunan.




Rabu, 18 Juni 2025

Pendampingan Remaja Jogja




 

Pendampingan Lansia


 

Koor Pemberkatan Jenasah di Lingkungan St Matius




 

Zoom PSMP









 

Bhakti Sosial Tempat Ibadah











 

Pembinaan Bersama BAPAS




 

Bersama OMK Bantul






 

Pendampingan Rekat Ziarah






 

Kegiatan Bersama Lintas Satker






 

Perjumpaan Lintas Iman





 

Selasa, 03 Juni 2025

Santo Romualdus

 

Pertapa Pembaharu dan Pendiri Ordo Camaldoli

Santo Romualdus (sekitar 951 – 19 Juni 1027) adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah monastisisme Barat, yang dikenal sebagai seorang pertapa ulung dan pembaharu spiritual. Ia adalah pendiri Ordo Camaldoli, sebuah kongregasi dalam Ordo Santo Benediktus yang menekankan kombinasi kehidupan pertapaan dan komunitas.

Awal Kehidupan dan Pertobatan

Romualdus lahir di Ravenna, Italia, dari keluarga bangsawan. Kehidupannya yang awalnya didominasi oleh kekayaan dan kesenangan duniawi berubah drastis setelah menyaksikan ayahnya terlibat dalam duel yang berujung pada kematian. Peristiwa tragis ini memicu krisis spiritual mendalam dalam dirinya. Untuk menebus dosa ayahnya dan menemukan kedamaian, Romualdus memasuki biara Benediktin Sant'Apollinare in Classe di Ravenna pada usia 20 tahun.


Namun, ia merasa kecewa dengan kurangnya disiplin dan semangat spiritual di biara tersebut. Romualdus kemudian meninggalkan biara dan mencari seorang guru spiritual yang lebih ketat. Ia menemukan bimbingan dari seorang pertapa bernama Marinus, yang memperkenalkan Romualdus pada kehidupan eremitik (pertapaan).

Kehidupan Pertapaan dan Pengembaraan

Selama beberapa dekade, Romualdus menjalani kehidupan sebagai pertapa yang keras, sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menyebarkan semangat pertobatan dan disiplin monastik. Ia mengembara melintasi Italia dan bahkan ke Hongaria, hidup dalam kesederhanaan ekstrem, berpuasa, dan berdoa. Romualdus dikenal karena ketegasannya dalam menegakkan aturan monastik dan kritikannya terhadap kemewahan serta kelonggaran di kalangan klerus dan biara-biara pada masanya.

Ia tidak hanya menjadi teladan bagi para biarawan, tetapi juga menarik banyak pengikut yang ingin hidup di bawah bimbingannya. Romualdus mendirikan atau mereformasi banyak biara dan pertapaan sepanjang hidupnya, meninggalkan jejak spiritual yang mendalam di setiap tempat yang ia kunjungi.

Pendirian Ordo Camaldoli

Puncak dari karya Romualdus adalah pendirian komunitas pertapaan di Camaldoli, sebuah lembah di Pegunungan Apennine, Toscana, Italia, sekitar tahun 1012-1014. Di tempat inilah ia menetapkan fondasi Ordo Camaldoli. Ordo ini menggabungkan dua bentuk kehidupan monastik: kehidupan komunal (cenobitic) yang diatur oleh aturan Santo Benediktus, dan kehidupan pertapaan (eremitic) yang menekankan isolasi dan kontemplasi pribadi. Para biarawan Camaldoli hidup dalam sel-sel terpisah tetapi berkumpul untuk ibadat bersama dan beberapa kegiatan komunal lainnya.

Visi Romualdus adalah menciptakan sebuah komunitas yang memungkinkan para biarawan untuk mencapai kedalaman spiritual melalui disiplin yang ketat, keheningan, dan doa yang tak henti-hentinya. Ia percaya bahwa perpaduan antara kehidupan eremitik dan cenobitic akan membawa para biarawan lebih dekat kepada Tuhan.

Warisan dan Kanonisasi


Santo Romualdus meninggal pada 19 Juni 1027, di Biara Val di Castro. Ia tidak pernah secara resmi dikanonisasi melalui proses formal yang dikenal saat ini, tetapi kultusnya sebagai orang suci menyebar segera setelah kematiannya, dan ia dihormati sebagai orang suci secara vox populi (suara rakyat). Hari pestanya dirayakan setiap tahun pada tanggal 19 Juni.

Warisan Santo Romualdus tetap hidup melalui Ordo Camaldoli, yang terus berkembang dan mempertahankan semangat pertapaan serta kontemplasi yang ia tanamkan. Ia dikenang sebagai seorang reformis monastik yang gigih, seorang pertapa yang mendalam, dan seorang pembimbing spiritual yang tak kenal lelah, yang membawa kesegaran dan semangat baru ke dalam kehidupan monastik pada abad ke-11.

JADWAL PENYULUH KATOLIK BULAN JUNI 2025