Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 25 Februari 2024

TIGA PENUH MAKNA

Para pendengar dan sahabat BATIK (BABAGAN NITI KABECIKAN) yang terkasih, 
selamat pagi, salam damai dalam kasih Kristus, Berkah Dalem.

Sutresno Budoyo untuk beberapa menit kedepan akan saya temani untuk berbagi permenungan tentang perutusan kita sebagai para murid Kristus dengan mengambil tema "3 penuh MAKNA" bersama SAYA ROGATIANUS SLAMET WIDIANTONO penyuluh agama katolik BANTUL. 

Sebelumnya marilah kita simak kisah berikut ini:

Saat itu, adalah hari menjelang hari raya Paskah, ya Paskah orang Yahudi sudah dekat. 

Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya : pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, serta penukar-penukar uang duduk di situ. 

Ia membuat cambuk dari tali, dan Yesuspun mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 

Kata Yesus kepada para pedagang merpati itu, kataNya: 
“Hai kamu semua, Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” 

Para Murid Yesuspun teringat, bahwa ada tertulis: 
“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” 

Orang-orang Yahudipun menantang Yesus, katanya: 
“Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” 

Yesuspun menjawab mereka: 
“Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” 

dan kata orang Yahudi kepada Yesus: 
“Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” 

Tetapi yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah ialah tubuh Yesus sendiri. 

Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. 

Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. 

Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. (bdk.Yoh 2:13-25)

Para pendengar dan sahabat BATIK yang terkasih, sutresno budaya

Dari kisah itu, kita tahu bahwa Yesus marah. Ya Yesus marah sekali.
Yesus marah karena praktek-praktek keagamaan yang tidak benar dan dimanipulasi dengan kepentingan untuk mengeruk keuntungan pribadi. 

Kegiatan religius seperti itu kapan pun dan di mana pun tidak pernah akan berkenan di hadapan Allah. Apalagi semua itu dilakukan di tempat tinggal kediaman Allah. Bukan hanya Gereja, tetapi diri kita jugalah adalah Bait-bait Kudus Allah itu, tempat Allah tinggal dan bersemayam di dunia ini. 

Maka, dengan kemarahan-Nya itu Yesus mengajak untuk menjadikan diri kita sebagai tempat ibadah-Nya yang kudus. 

Yesus mengundang kita untuk setiap kali menyucikan dan membersihkan diri dari kecenderungan-kecenderungan jahat yang mengotori dan membusukkan diri kita. 

Yesus mau agar kita meninggalkan perilaku hidup yang penuh ketamakan, keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan. Yesus mau agar kita bangkit dan bergerak membangun habitus baru yang berspiritualitas kasih, keadilan, dan damai.

Para pendengar dan sahabat BATIK, kadang sutresno budaya,

Mari kita membangun  habitus baru dari  kata TIGA penuh MAKNA, ya angka 3 yang begitu istimewa dalam kisah itu. Bait suci dirobohkan dan Yesus pun mampu membangun kembali dalam waktu 3 hari.

Tiga penuh makna seperti adanya TRITUNGGAL MAHA KUDUS, ada TRI HARI SUCI, ada 3 Raja dari Timur yang menyembah kanak Yesus, ada peringatan 3 hari dan juga Yesus bangkit setelah 3 hari dimakamkan.

Oleh karenanya, saya menggunakan kata TIGA sebagai dasar membangun habitus baru.

1. T (Tekad dan Tekun)
2. I (Inisiatif dan Inspiratif)
3. G (Giat dan Gotongroyong)
4. A (Adem Ayem)

TEKAD TEKUN
Tekad adalah kemauan kuat yang pasti, bermula dari keyakinan yang teguh dengan maksud yang baik dan benar untuk mencapai tujuan. 

Kebanyakan orang mempunyai tujuan hidup yang mau dicapai dalam kurun waktu tertentu yang sudah di cita-citakan yang disebut target.  Tekad dan target adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Tekad tak mungkin ada tanpa target. Target tanpa tekad akan sulit diraih.

Seorang Inspirator dan Motivator, Teng Hui berkata,
"Munculnya tekad perlu didukung oleh nilai-nilai kebaikan karena kebaikan inilah yang mengantar seseorang mencapai target, yang sebaliknya keburukan mengarahkan ke keterpurukan."

"Kebaikan patut dicanangkan sebagai penjuru, senantiasa melakukannya terlepas perbuatan baik itu dihargai atau diremehkan, dipuji ataupun dicela. Kebaikan tetaplah baik, tidak berubah menjadi jelek, sehingga kita bisa menyikapi dengan bijak untuk meredam kecewa dan sedih, bahkan bisa kita bangkitkan Tekat untuk menyemangati berbuat kebaikan untuk mencapai target."

Target bagi orang yang penuh kesadaran akan makna kehidupan adalah tercapainya kebahagiaan sejati yaitu lenyapnya penderitaan dengan memadamkan kotoran batin berupa nafsu keinginan, keserakahan, kebencian dan memahami realita kehidupan yang baik dan benar.

Tentu saja Tekad ini kita barengi dengan tekun, ya dengan semangat ketekunan dalam berproses dan berjuang membangun habitus baru ini.

INISIATIF INSPIRATIF
Inisiatif adalah kemampuan atau kecenderungan untuk mengambil tindakan yang proaktif dan mandiri, dalam mencari solusi untuk masalah atau menciptakan peluang baru. 
Orang yang memiliki inisiatif yang kuat cenderung lebih mampu memotivasi diri sendiri, berpikir kreatif, dan mempertahankan fokus dalam mencapai tujuan.
Inisiatif merupakan kualitas yang penting bagi individu dan organisasi yang ingin mencapai kesuksesan dan pertumbuhan.
Inisiatif ini pun mari kita barengi dengan inspiratif. Ya Inisiatif sekaligus inspiratif agar kita dapat terus berpikir kreatif untuk selalu mengembangkan kemampuan diri kita sehingga tidak berhenti atau mandeg.




Jumat, 09 Februari 2024

Rencana Kerja Operasional TW I th 24

RENCANA KERJA OPERASIONAL
BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA KATOLIK

BULAN : JANUARI 2024

KELOMPOK BINAAN 
 : Warga Lingkungan Gabriel Dewasa Paroki Pringgolayan
ALAMAT 
 : Lingkungan Gabriel, Wilayah Timur, Gereja Paroki Santo Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul

NO

BUTIR KEGIATAN

TUJUAN / TARGET

SASARAN

POKOK MATERI

WAKTU/MINGGU

TEKNIS PELAKSANAAN

1

2

3

4

5

1













2
Pertemuan Lingkungan










Pertemuan Lingkungan
Umat Lingkungan Gabriel memahami bahwa sebagai orang beriman akan sering berhadapan dengan roh jahat.

Umat Lingkungan Gabriel memahami perkataan dan arti kata tentang TALITA KUM.
Warga Lingkungan Gabriel Pringgolayan Banguntapan Bantul





Warga Lingkungan Gabriel Pringgolayan Banguntapan Bantul
Pendalaman orang beriman berhadapan dengan roh jahat.

Markus 5 : 1 - 8





Pendalaman akan arti kata “Talita kum”

Markus 5 : 21 - 43

 

 

 

 

 

Lagu Pembukaan dan Doa
Pembacaan Kitab Suci
Lagu Antar Bacaan
Renungan – Doa Umat
Bapa Kami – Doa penutup
Berkat dan Lagu Penutup

Lagu Pembukaan dan Doa
Pembacaan Kitab Suci
Lagu Antar Bacaan
Renungan – Doa Umat
Bapa Kami – Doa penutup
Berkat dan Lagu Penutup
 
Penyuluh Agama Katolik

Rogatianus Slamet Widiantono, SS

-----------------------------------------------------------------------

RENCANA KERJA OPERASIONAL
BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA KATOLIK

BULAN : FEBRUARI 2024

KELOMPOK BINAAN 
 : Warga Lingkungan Gabriel Dewasa Paroki Pringgolayan
ALAMAT 
 : Lingkungan Gabriel, Wilayah Timur, Gereja Paroki Santo Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul

NO

BUTIR KEGIATAN

TUJUAN / TARGET

SASARAN

POKOK MATERI

WAKTU/MINGGU

TEKNIS PELAKSANAAN

1

2

3

4

5

1















2
Pertemuan Lingkungan












Pertemuan Lingkungan
Umat Lingkungan Gabriel merefleksikan hidup beriman dalam pergumulan yang tiada henti



Umat Lingkungan Gabriel semakin memahami bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya.
Warga Lingkungan Gabriel Pringgolayan Banguntapan Bantul





Warga Lingkungan Gabriel Pringgolayan Banguntapan Bantul
Berkesaksian akan pengalaman hidup beriman dalam situasi perjuangan terus menerus.

Markus 5 : 21 - 43



Meski tidak diberi tanda oleh Allah namun tetap bahwa Allah selalu berkarya.

Markus 8 : 11 - 12

 

 

 

 

 

Lagu Pembukaan dan Doa
Pembacaan Kitab Suci
Lagu Antar Bacaan
Renungan – Doa Umat
Bapa Kami – Doa penutup
Berkat dan Lagu Penutup


Lagu Pembukaan dan Doa
Pembacaan Kitab Suci
Lagu Antar Bacaan
Renungan – Doa Umat
Bapa Kami – Doa penutup
Berkat dan Lagu Penutup






-----------------------------------------------------------------------

RENCANA KERJA OPERASIONAL
BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA KATOLIK

BULAN : MARET 2024

KELOMPOK BINAAN 
 : Warga Lingkungan Gabriel Dewasa Paroki Pringgolayan
ALAMAT 
 : Lingkungan Gabriel, Wilayah Timur, Gereja Paroki Santo Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul



Pendalaman Materi Penyuluhan Katolik TW I th 24

Berikut ini adalah materi yang disampaikan sebagai sumber inspirasi dari Kitab Suci utamanya serta Pendalaman pokok materi yang diberikan agar dapat membantu di dalam proses beriman baik secara personal maupun komunal sebagai bagian dari Gereja Katolik.

Bulan Januari 2024



Bulan Februari 2024



Bulan Maret 2024

Senin, 05 Februari 2024

HUKUM PERNIKAHAN

Matius 19:1-12

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. 
(Matius 19:6)

Peliknya masalah pernikahan membuat banyak pasangan merasa hidup membujang itu lebih baik. 

Banyak alasan dikemukakan: ketidakcocokan, sifat buruk pasangan, pasangan yang tidak bertanggung jawab, perselingkuhan, perlakuan kasar, gairah cinta yang sudah padam. Berada dalam situasi pernikahan yang buruk sering memicu pertanyaan: Dalam keadaan bagaimanakah Tuhan mengizinkan perceraian?

Ketika orang Farisi bertanya kepada Yesus soal perceraian, mereka bukan benar-benar sedang prihatin atas persoalan rumah tangga. Mereka hanya ingin mencobai Yesus. 

Yesus menjawab persoalan ini dengan mengingatkan mereka bahwa pernikahan adalah ketetapan Allah (ay. 56; bandingkan Kejadian 2:24). 

Hukum Musa diberikan karena hati umat Tuhan yang keras, tidak mau tunduk pada apa yang sudah ditetapkan Tuhan (ay. 8). Tentang hidup tidak menikah, Tuhan kembali menjawab dengan menunjukkan apa yang sudah ditetapkan Tuhan dan apa yang menjadi kemauan hati manusia (ay. 12).

Tuhan memiliki maksud terbaik ketika Dia menetapkan pernikahan, hidup membujang, maupun penyelesaian masalah rumah tangga. 

Bukankah Dia Allah yang Mahatahu dan Mahabaik? 

Kita dapat memilih, apakah akan mengikuti ketetapan ini atau melanggarnya. Sebelum memutuskan untuk menikah atau tetap melajang, renungkanlah dengan sungguh-sungguh: 
Apakah tindakan yang akan saya ambil sesuai dengan maksud Tuhan atas hidup saya? 
Adakah kecenderungan hati saya ini bertujuan memuaskan diri sendiri atau menyenangkan Tuhan?

LEMBUTKAN HATI KETIKA MEMBACA KETETAPAN-NYA,
AGAR KITA DAPAT MELIHAT MAKSUD TUHAN YANG CEMERLANG

SENI MENGKRITIK

Kisah Para Rasul 18:24-28

Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. 
Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, 
mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. 
(Kisah Pr. Rasul 18:26)

Seorang pengkotbah pernah bercerita dan berbagi pengalamannya.
Ketika dipercaya berkhotbah dalam berbahasa Inggris, ia tertantang dan sekaligus bergumul. Suatu kali, seusai sebuah kesempatan, seorang mantan dekan fakultas sastra mendekatinya dan mengomentari beberapa pelafalan yang kurang tepat. Mendengarnya, ia merasa khotbahnya buruk sekali. Kemudian datang beberapa orang, sebagian penutur bahasa Inggris dan pernah bersekolah di luar negeri, menyemangatinya. Mereka menghargai usahanya, mengatakan khotbahnya dapat dipahami. Mereka bahkan bersedia menolong memperbaiki kemampuan bahasa Inggrisnya.

Apolos pemberita Injil yang fasih dan mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia bersemangat mengajar banyak orang, termasuk di rumah ibadat. Namun, karena keterbatasan pengetahuan, ia hanya mengajarkan baptisan Yohanes. 

Ketika Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka tidak mempermalukannya. Mereka membawanya ke rumah dan menjelaskan apa yang perlu Apolos tahu. Mereka tidak hanya menunjukkan masalahnya, tetapi juga memberikan solusi. 


Hasilnya, Apolos menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya di Akhaya. Ia bahkan mempergunakan keterampilannya memberitakan Injil Kristus di depan umum.

Umumnya, kita lebih senang mengkritik daripada dikritik. 

Jika harus mengkritik, pakailah cara terbaik untuk membangun, bukan menjatuhkan. Dan saat dikritik, belajarlah menyimak isi kritik, bukan berfokus pada caranya, sehingga kita dapat belajar memperbaiki diri.

KRITIK DIMAKSUDKAN UNTUK MENGOREKSI DAN MEMPERBAIKI KEADAAN,
BUKAN UNTUK MENYOMBONGKAN KEHEBATAN PRIBADI

MEMBACA TANDA

Kejadian 24:22-33

Terpujilah TUHAN, Allah tuanku Abraham, 
yang tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; 
dan TUHAN telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuanku ini! 
(Kejadian 24:27)

Dalam mencari kehendak Tuhan, sering kita meminta tanda dari-Nya. 

Masalahnya, tidaklah mudah bagi kita membaca tanda-tanda-Nya. Kita cenderung membaca tanda sesuai dengan keinginan kita sehingga mengakibatkan penafsiran yang keliru. 

Untuk menghindarinya, kita memerlukan hikmat Tuhan, seperti yang dilakukan oleh hamba Abraham dalam Kitab Kejadian ini.

Hamba Abraham memulai perjalanan dengan meminta petunjuk dan tanda dari Tuhan. Tanda yang diminta sangat detail sehingga tak akan mudah terjadi secara kebetulan dan melahirkan salah persepsi. 

Tanda yang ia minta juga menunjukkan hikmat dan iman bahwa Tuhan akan memberikan istri yang berbudi kepada anak tuannya. Ia menjumpai anak gadis yang melakukan persis seperti tanda yang ia minta dari Allah. 

Namun, ia tidak gegabah. Ia mengamat-amati, apakah yang terjadi sesuai doanya kepada Tuhan. Setelah melihat bahwa Ribka melakukan seperti tanda yang ia minta, hamba Abraham itu berkenalan dengannya sehingga kemudian tahu gadis itu ternyata memiliki hubungan keluarga dengan Abraham. Hamba ini pun yakinlah bahwa Tuhan menuntunnya.

Dalam pergumulan iman, kadang kita membutuhkan tanda dari Tuhan sebagai jawaban atau tuntunan. 

Namun, kita perlu memeriksa hati kita, jangan sampai kita meminta tanda untuk keuntungan diri dan bukan bagi terlaksananya maksud Tuhan. 

Meminta tanda juga membutuhkan hikmat untuk memastikan apakah tanda itu benar-benar dari Tuhan. Carilah konfirmasi melalui firman-Nya dan Roh Kudus.


TUHAN MENYATAKAN TANDA-TANDA BERDASARKAN KEHENDAK-NYA,
BUKAN DEMI MEMUASKAN KEINGINAN MANUSIA

WARISAN BURUK

Kejadian 37:1-11

Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, 
sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya.
(Kejadian 37:3)

Ishak pada usia 60 tahun menikahi Ribka, yang saat itu berumur 40 tahun. Kemudian lahirlah Esau dan Yakub bagi keluarga ini. Sungguh disayangkan, mereka tidak mengasuh keduanya dengan baik. Ishak cenderung lebih menyayangi Esau; sebaliknya, Ribka menyayangi Yakub. Kedua orangtua ini mengungkapkan rasa sayang secara timpang kepada kedua anak mereka. Baik Ishak maupun Ribka tampaknya tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan warisan yang salah bagi anak-anak mereka.

Warisan buruk ini berlangsung pada generasi berikutnya. Sebagaimana perlakuan orangtuanya pada dirinya, begitulah Yakub (Israel) memperlakukan anak-anaknya. Ia lebih mengasihi Yusuf daripada anaknya yang lain. Salah satu alasannya, menurut catatan Alkitab, mirip dengan alasan Ishak, yaitu karena Yusuf lahir pada masa tua Yakub. Apa yang pernah ia lihat dan ia alami di rumah orangtuanya, itu pula yang Yakub lakukan di rumahnya sendiri. Warisan salah yang ia terima turut membentuknya menjadi orangtua yang pilih kasih.

Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda, namun hal ini bukanlah alasan bagi kita untuk bersikap pilih kasih. Cara kita mengungkapkan kasih kepada masing-masing anak bisa saja berlainan, namun kita tidak seharusnya membela salah satu anak lebih dari yang lain karena lebih menyayangi anak itu. Kita memperlakukan mereka seadil mungkin sehingga kita tidak memberikan warisan yang mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Belum terlambat untuk memulainya dari sekarang. Mari!

SALAH SATU WARISAN YANG PALING BERHARGA
ADALAH KASIH YANG ADIL TERHADAP ANAK-ANAK KITA

Pemimpin yang berkualitas

Filipi 2:19-24

Karena tidak ada seorang pun padaku, 
yang sehati dan sepikir dengan aku 
dan begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu. 
(Filipi 2:20)

Sosok F.X. Hadi Rudyatmo mungkin tidak seterkenal Jokowi, Gubernur DKI Jakarta. Namun, mantan wakil Jokowi yang sekarang menjabat sebagai Walikota Surakarta ini dikenal peduli pada rakyatnya. Sejak masih menjadi wakil walikota, pria berkumis lebat ini menyumbangkan gajinya untuk kepentingan warganya. Sesekali, ia rela merogoh kocek pribadinya untuk kegiatan sosial tanpa mengharapkan imbalan. Rudy mewakili sosok pemimpin yang rela melayani.

Dalam Kitab Suci, kita mengenal Timotius sebagai sosok pemimpin berkualitas. Keunggulan karakternya diakui oleh Paulus, mentor sekaligus bapa rohaninya. Timotius sehati dan sepikir dengan Paulus dalam pekerjaan Tuhan.


Cucu Lois ini dikenal sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan umat Tuhan, bukannya sibuk memikirkan kepentingan sendiri. Ia mengabdikan hidupnya untuk memuliakan Tuhan, bukan mengejar ambisi pribadi. 

Kualitas Timotius sebagai pemimpin semakin lengkap oleh kesetiaannya yang teruji dalam pelayanan Injil (ay. 22). Tidaklah mengherankan jika Paulus berharap bisa segera mengirim Timotius kepada umat Tuhan di Filipi.

Seseorang yang mengutamakan kepentingan Kristus tidak akan menjadi egois pada waktu yang bersamaan. Orang yang memiliki kualitas karakter seperti Timotius, meskipun tidak menjabat sebagai pemimpin, hidupnya akan berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Sebagaimana Kristus rela berkurban bagi umat manusia, biarlah kita juga dikenal sebagai orang yang mendahulukan kepentingan sesama.

KETIKA KITA MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN SESAMA,
KITA MENYATAKAN KASIH KRISTUS KEPADA DUNIA

KEKUATAN CINTA

1 Korintus 13

Kasih itu… 
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 
(1 Korintus 13:5b)

Tom Riddle, salah satu tokoh jahat dalam serial Harry Potter, sebenarnya adalah pribadi yang rapuh.
Ia sangat jahat karena memendam kepahitan sejak masa kanak-kanak. 
Ia dendam pada sang ayah yang meninggalkannya sewaktu masih dalam kandungan ibunya. 
Didorong oleh dendam kesumat itu, ia mencari tahu keberadaan ayahnya dan, sewaktu menemukannya, tak segan membunuhnya. 


Ia tidak memiliki cinta untuk mengalahkan dendam dan kebencian yang terus membara di dalam hatinya. Kejahatan dan kekejian menyelubunginya sampai ia tewas dalam ambisinya untuk menguasai dunia.

Kita lebih mudah menyimpan dendam membara akibat perlakuan orang yang kita anggap tidak adil. 

Sebaliknya, kita sulit mengingat kebaikan yang pernah orang berikan bagi kita. Beribu kebaikan serasa tak berarti lagi gara-gara suatu pelanggaran yang terjadi. 

Satu kesalahan bisa menghancurkan segalanya, menjerat kita dalam kekejian.

Tetapi, jika kita memiliki kasih yang Tuhan karuniakan kepada orang percaya, kita bisa mengalahkan sakit hati dan kepahitan yang menghampiri kita. 

Sabda Tuhan ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah. Artinya, orang yang memiliki kasih tidak akan mudah naik darah. Kasih juga tidak menyimpan kesalahan orang lain. 

Kita berusaha menyelesaikan masalah secepat mungkin dan melupakan kesalahan orang lain. Bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kelemahlembutan dan pengampunan. Kalaupun orang itu belum menyadari kesalahannya dan meminta maaf, kita sudah lebih dulu mengampuninya.

TIDAK ADA ORANG YANG TERLALU MISKIN
SEHINGGA TIDAK MAMPU MEMBERIKAN CINTA

MENJAGA LIDAH

Yakobus 3:1-12

Siapa tidak bersalah dalam perkataannya, 
ia orang yang sempurna, 
yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
(Yakobus 3:2)

Charles Spurgeon dan istrinya suatu saat menjual telur ayam peliharaan mereka. Mereka benar-benar menjualnya, tidak memberikan secara cuma-cuma, bahkan kepada saudara atau kerabat dekat. Beberapa orang menganggap mereka pelit. 

Suami-istri itu membiarkan saja berita itu beredar tanpa berusaha membela diri. Akhirnya, terkuaklah apa yang sebenarnya terjadi. 

Ternyata hasil penjualan telur itu digunakan Spurgeon dan istrinya untuk menyokong hidup dua janda lanjut usia. Mereka bersepakat untuk menolong tanpa diketahui orang lain.

Kita hidup di tengah dunia yang begitu mudah membicarakan masalah dan keburukan orang lain. Lihat saja tayangan televisi atau ambillah lembaran koran, kita akan mendapati banyak liputan gosip tak sedap. 

Tanpa sadar kita jadi mulai terbiasa dan ikut terseret dalam arus kebiasaan itu. Betapa sering kita menilai seseorang sebatas apa yang kita lihat dan kita ketahui. Alih-alih mencari fakta yang sebenarnya, mendoakan, dan menjaga nama baik orang itu, kita cenderung mempergunjingkannya.

Kitab Suci mengajarkan pentingnya mengendalikan lidah. 

Salah satu caranya dengan tidak menyebarluaskan atau membicarakan masalah seseorang pada orang lain yang tak perlu mengetahuinya. 

Jika saudara kita berbuat salah, kita diminta untuk menegurnya dengan kasih, bukan mempergunjingkannya. Nah, sebagai anak Allah, kita sepatutnya belajar menggunakan lidah untuk mengasihi, bukan untuk menyakiti satu sama lain.

LIDAH YANG TAK TERKENDALI MENDATANGKAN KEMATIAN.
LIDAH YANG TERKENDALI MEMBUAHKAN KEHIDUPAN.

ORANG NOMOR DUA

Kisah Para Rasul 11:19-30

Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; 
dan setelah bertemu dengan dia, 
ia membawanya ke Antiokhia. 
(Kis11:25)

Tidak banyak orang siap menjadi nomor dua, apa lagi jika ia telah lama menjadi orang nomor satu. Realitas ini juga berlaku dalam dunia pelayanan. Barnabas termasuk salah satu orang yang memiliki kesiapan itu.

Orang-orang percaya, termasuk para rasul, meragukan pertobatan Saulus dan menolaknya karena takut. Barnabaslah yang bersedia menerimanya dan meyakinkan para rasul. Karena terancam, Saulus akhirnya kembali ke Tarsus, desa asalnya (Kis. 9:26-30). 

Beberapa tahun kemudian, orang-orang percaya tersebar karena penganiayaan. Namun, terjadi pula pertumbuhan di banyak tempat, salah satunya di Antiokhia. Jemaat Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi mereka.

Menyaksikan jemaat Antiokhia, Barnabas bersukacita. Ia sadar mereka memerlukan pembimbing. Dan ia tahu, Saulus orang yang tepat untuk menjalankan tugas itu. Ia mencari Saulus dan mengajaknya melayani bersama di Antiokhia. Kemudian, Saulus (nantinya menjadi Paulus) semakin menonjol dan berpengaruh dalam pelayanan. Bahkan, mereka sering disebut “Paulus dan kawan-kawannya” saja. Peran Barnabas seolah tidak terlihat lagi, namun ia tetap melayani dengan setia.


Ketika orang yang kita bimbing menjadi lebih menonjol dalam pelayanan atau di bidang lain, bersediakah kita berbesar hati mendukungnya? Atau, kita tergoda untuk menyingkir karena sakit hati dan bahkan merongrongnya? 

Kita perlu meneladani Barnabas yang rela menjadi tak terlihat, asalkan pelayanan terus maju demi kemuliaan Allah.

DI ATAS PANGGUNG ATAU DI BALIK LAYAR,
HENDAKNYA KITA TETAP BERPERAN DENGAN EFEKTIF 
UNTUK MEMAJUKAN PELAYANAN BERSAMA

KAYA HATI

2 Korintus 8:1-7

Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, 
sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, 
namun mereka kaya dalam kemurahan. 
(2 Korintus 8:2)

Wahyudin, seorang pemulung dari Bekasi, tidak dapat melanjutkan kuliah karena kekurangan biaya. Namun, ia tidak meratapi diri. Ia malah tergugah untuk membantu warga tidak mampu di lingkungannya. Ia pun menggalang dana dari menjual gorengan buatan ibunya dengan harga khusus. 

Ternyata banyak orang tergerak mendukungnya sehingga terkumpul beasiswa melebihi perkiraannya. Ia sendiri akhirnya bisa melanjutkan kuliah dan meluangkan waktu memberi les bahasa Inggris gratis untuk anak-anak kampungnya.

Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati jemaat Makedonia dalam menolong jemaat di Yerusalem yang menderita dan miskin (ay. 2). Jemaat Makedonia sendiri juga menderita, namun kasih Allah yang ada dalam hati mereka, membuat mereka tetap bersukacita dan peduli pada orang lain. 

Mereka tidak terjebak dalam sikap mengasihani diri sendiri. Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi memilih berbelas kasih dan menolong orang lain yang membutuhkan. Bahkan mereka memberi melampaui kemampuan, bukan karena mereka kaya, melainkan karena berlimpah dalam kasih (ay. 3).


Kita sering sibuk dengan persoalan dan kesulitan pribadi sampai lupa dan tidak peduli bahwa di luar sana masih banyak yang lebih menderita dan membutuhkan pertolongan. 

Kiranya kita belajar untuk tidak hanya berfokus pada kesukaran dan penderitaan pribadi, tidak putus asa dan meratapi diri, tetapi tetap bersuka cita dan peduli pada orang lain.

SIKAP MENGASIHANI DIRI SENDIRI 
MELUMPUHKAN RASA BELAS KASIH
TERHADAP SESAMA