Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 04 Mei 2023

TERSALIB OLEH KITA

1 Petrus 2:18-25

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, 
supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. 
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh 
(1 Petrus 2:24)

Dalam lukisannya yang berjudul “The Raising of the Cross”, Rembrandt melakukan sesuatu yang tidak lazim dalam dunia lukis di Eropa saat itu. 

Ia melukis dirinya sendiri sebagai salah satu orang yang menyalibkan Kristus. Kesedihan menggelantung di raut wajahnya. Namun, kedua tangannya terlihat bersemangat memegang kayu salib. Melalui lukisan ini, ia menyampaikan sebuah paradoks. Ia tidak suka Kristus disalibkan, tetapi dosanyalah yang membuat Kristus naik ke atas kayu salib.

Jauh sebelum Rembrandt lahir, Rasul Petrus telah memahami kebenaran ini. Walau Kristus mati dengan cara disalibkan sebuah eksekusi yang ditujukan hanya bagi para kriminal kelas kakap, hukuman mati-Nya bukanlah karena Dia adalah seorang penjahat. 

Dengan tegas Petrus menyatakan bahwa Kristus tidak berbuat dosa (ayat 22). Bahkan, selama Yesus menjalani hukuman, Dia tidak mengeluarkan caci maki dan serangan kemarahan sebagaimana yang sering dilakukan oleh para terpidana mati zaman itu (ayat 23). Mengapa Dia harus mati disalibkan? Karena Dia hendak memikul dosa-dosa kita (ayat 24). 

Dia menggantikan kita untuk menanggung hukuman dosa kita supaya kita “sembuh”; supaya kita keluar dari ketersesatan kita dan kembali kepada Bapa surgawi (ayat 24-25).

Ketika kita memandang salib, apakah kita hanya melihat Kristus dan kerumunan orang-orang yang membenci-Nya? Adakah, seperti Rembrandt, kita melihat diri kita pun hadir di situ dan turut menyalibkan Dia? 

Berlututlah di bawah salib itu dan katakanlah dari hatimu, “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela mati bagiku!”

KASIH YANG AGUNG! 
BAGAIMANA BISA ENGKAU,
TUHANKU, 
HARUS MATI BAGIKU?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar