Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Selasa, 24 Januari 2023

Lahir dan Batin

Galatia 6:11-18

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, 
tetapi menjadi ciptaan baru, 
itulah yang ada artinya. 
(Galatia 6:15)

Kekristenan mengenal banyak simbol lahiriah. Perhiasan berbentuk salib; hiasan dinding bertuliskan kutipan ayat; ornamen Natal. 

Kita mengutip ayat Alkitab saat berbincang atau mengucapkan “Puji Tuhan”. Gereja menyelenggarakan sakramen baptis dan perjamuan ekaristi kudus, memakai lilin, daun palem, dan sebagainya. Semua itu dapat mendukung kita dalam memaknai karya penebusan Kristus.

Namun, tidak sedikit orang yang menekankan penggunaan simbol secara berlebihan. Orang Kristen Yahudi memaksa jemaat di Galatia disunat, seolah-olah keselamatan dalam Kristus belum lengkap. Mereka menganggap pertambahan orang yang disunat sebagai pencapaian tersendiri. Sunat juga dipakai untuk menghindari penganiayaan. Mereka memilih menganut doktrin yang keliru daripada dianiaya karena mengikuti Kristus.

Paulus memiliki tanda lahiriah: disunat pada hari kedelapan, berasal dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, seorang Farisi, tak bercacat dalam menaati Taurat (bdk. Flp. 3:5-6). 

Namun, ia tidak bermegah atas semuanya itu. Ia bermegah karena pengenalan akan Kristus dan memilih menderita karena melayani.

Mengedepankan simbol lahiriah menjadikan kehidupan rohani kita tampak saleh di luar, tetapi keropos di dalam. 

Iman yang keropos membuat orang mudah menyangkal Tuhan, semudah mereka menyembunyikan kalung salib dari pandangan orang lain. 

Karena itu, kehidupan yang menghasilkan buah kebaikan sebagai wujud iman lebih bermakna daripada sekadar tanda lahiriah. Iman seperti apa yang kita hidupi?

IMAN 
YANG MENGHASILKAN BUAH KEBAIKAN
LEBIH BERMAKNA 
DARIPADA SEKADAR TANDA LAHIRIAH

Otot Rohani Perlu dilatih

1 Timotius 4

Latihlah dirimu beribadah. 
(1 Timotius 4:7b)

Bagi seorang atlet, selain menjaga asupan makanan, latihan merupakan keharusan agar kondisi tetap prima. Secara rohani, kita juga seorang "atlet"; dan latihan juga merupakan keharusan supaya otot-otot rohani tetap kencang dan tangguh menghadapi apa pun tantangan yang menghadang. 

Usia belia tatkala menerima tampuk pelayanan yang sebelumnya dikerjakan Paulus besar kemungkinan menjadi halangan psikologis bagi Timotius untuk melanjutkan pelayanan Tuhan yang besar. Paulus memiliki keyakinan bahwa hal terpenting yang mesti dikerjakan Timotius agar ia mampu melanjutkan pelayanan anugerah Tuhan adalah dengan terus melatih diri beribadah (ay. 7). 

Alkitab Today’s English Version menulis demikian: “Keep yourself in training for a godly life”. 

Penting untuk selalu berada dalam arena berlatih untuk hidup dalam kesalehan. Simaklah bagaimana zaman itu “cerita-cerita takhayul nenek-nenek tua” sedemikian mencengkeram pemahaman orang terhadap kebenaran (ay. 7a); perdebatan tentang tata cara dunia serta makanan yang haram/ tidak haram. 

Orang sudah mengabaikan yang utama, yaitu bagaimana terus hidup dalam kesalehan di hadapan Allah, bukan semata perbuatan-perbuatan lahiriah.

Pandangan-pandangan apa yang saat ini mengombang-ambingkan kita? Kegentaran-kegentaran apa saja yang melemahkan iman kita hari-hari ini? Dalam anugerah Tuhan, kiranya kita ditolong menaati firman-Nya, yaitu untuk terus berada di arena latihan kesalehan hidup. 

Otot-otot rohani kita akan terus mendapat kekuatan baru dalam relasi yang intim dengan-Nya.


LATIHLAH OTOT ROHANI KITA 
AGAR TETAP “KENCANG”.
DALAM ANUGERAH-NYA, 
UJIAN HIDUP AKAN KITA LALUI 
TANPA GONCANGAN.