Filipi 4:2-9
Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)
Penyanyi dan penulis lagu Sarah Masen pernah bersaksi tentang kesulitannya dalam membuat lagu. “Kadang-kadang ketika saya duduk dan menulis, saya begitu takut bahwa nanti lagunya tidak akan jadi, tidak akan berhasil, tidak akan ada lagi inspirasi. Tetapi, waktu saya mengambil keputusan untuk berdoa di tengah kebingungan itu, saya mendapati upaya saya untuk melakukan sesuatu selalu saja disempurnakan Allah, namun tidak menurut cara yang saya pikirkan. Hal itu berlaku bukan hanya untuk proses penulisan lagu, melainkan untuk semua bidang kehidupan.”
Rasa khawatir dapat melumpuhkan kita. Kita khawatir tentang pernikahan kita atau, jika belum menikah, kita khawatir tidak akan menemukan pasangan hidup. Kita khawatir tentang uang, keluarga, pekerjaan, dan seterusnya. Mengenai pemikiran yang merusak ini Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir.” Mungkin kita akan menjawab, “Yah, benar. Tapi, engkau tidak mengalami apa yang kualami.” Namun, sesungguhnya Paulus cukup mengerti keadaan kita. Ia juga mengalami banyak hal yang dapat membuat cemas—pelayanan, kesehatan, jemaat yang dirintis. Namun, ia melatih kebiasaan berdoa.
Secara bersamaan dan dalam waktu yang sama, doa dan rasa khawatir tidak bisa muncul sebagai satu kondisi mental yang sama, yang satu akan mendorong yang lain keluar. Kala kita berdoa dan mengisi pikiran kita dengan kuasa dan pemeliharaan-Nya, niscaya ruang yang tersisa untuk hal-hal yang membuat kita takut menjadi lebih sempit.
DOA MEMBERIKAN KEKUATAN PADA ORANG YANG LEMAH,
MEMBANGKITKAN KEPERCAYAAN DAN KEBERANIAN